22. Kembali

2.1K 142 0
                                    

"Dan, sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

(Q.S Al-Baqarah:155)

***

Dimeja makan, lubna dan arkhan sedang memakan sarapan mereka. Sesekali lubna melirik ke arah arkhan yang asik mengunyah makanan.
Ia ingin menanyakan sesuatu, terkait seseorang yang kemarin ia lihat di pasar.


"mas?" panggil lubna. Membuat arkhan menoleh ke arahnya.
Lubna hanya diam tanpa membuka mulut, tidak tahu harus mengucapkan apa.

"kenapa?" tanya arkhan.

"tidak jadi, maaf" ucap lubna lalu melanjutkan kegiatan makannya.
Arkhan menatap heran istrinya itu, tidak biasanya lubna seperti ini. Atau ada hal penting yang ia rahasiakan.

"mas akan ke pesantren hari ini ini"
Lubna seketika memandang arkhan dengan raut wajah bahagia. "mas, lubna ikut boleh?" ucap lubna.

Seketika arkhan menghentikan aktivitas makannya dan sendoknya pun ia lepas dari genggamannnya.
"tidak lubna kamu jaga rumah" tegas arkhan yang membuat lubna menatapnya tidak percaya. Padahal ia hanya berkata ingin ikut, itupun dalam kontes bertanya dan mengapa suaminya harus semarah ini.

"lubna hanya bertanya saja mas, jika mas tidak mengizinkan lubna juga tidak akan ikut. Tidak perlu marah" ucap lubna
.
Mendengar itu arkhan tersadar bahwa ia sudah menyakiti hati istrinya. "ma-"

"lubna sudah selesai mas, lubna siapkan baju mas dulu yah" potong lubna lalu beralih menyimpan piring nya dan ke kamar. Seharusnya ia tidak memotong perkataan suaminya, maafkan lubna ya Allah.

Arkhan menatap nanar punggung istrinya yang perlahan hilang dari hadapannya. Entah kenapa ia merasa marah dan takut jika lubna ikut dengannya ke pesantren.

***

Saat ini lubna sedang menyulam, entah sejak kapan ia memiliki hobi menyulam yang jelas ia sangat menyukai kegiatan itu sekarang.

Arkhan sudah pergi sejam yang lalu walaupun lubna agak mendiami arkhan namun ia juga tidak lupa tugas nya sebagai seorang istri seperti menyiapkan pakaiannya dan sebagainya.

Hampir 1 jam lubna menyulam dan akhirnya terlihatlah bentuk dari sulaman itu.
Sebuah topi semacam kupluk berwarna pink muda yang ukurannya hanya cocok untuk anak berumur 1-2 tahun. Lubna melihat hasil karyanya dengan bibir melengkungkan senyuman.

Bukan hanya kupluk itu saja, berbagai macam hasil sulamnya seperti sweater bayi, syal dan topi yang memang berukuran kecil sudah banyak terdapat dalam lemarinya. Ia tidak tahu kenapa kegemarannya dalam menyulam diperuntukkan untuk bayi perempuan padahal ia tidak atau belum memiliki anak.

Lubna selalu berpikir bahwa nantinya sulaman ini akan dipakai oleh anaknya dan arkhan kelak. Membayangkannya membuat ia tidak bisa menahan haru.

Asik dengan pikirannya, ia dikagetkan dengan suara bell yang berbunyi dari pintu utama.

Ia kemudian segera ke bawah melihat tamu yang berkunjung ke rumahnya. Pikiran lubna hanya dua jikalau bukan arkhan pasti mertuanya. Karena sampai saat ini tidak ada satupun orang yeng bertamu di rumahnya kecuali keluarganya.

"iya sebentar" ucap lubna lalu membukakan pintu itu. Senyum lubna yang sedari tadi mengembang digantikan dengan lunturnya senyum itu.

"assalamualaikum lubna" ucap seseorang itu.

***

Arkhan saat ini buru buru pulang ke rumahnya karena mendapat telepon dari istrinya. Ia tidak menyangka jika dia menemui istrinya tanpa memberitahukannya dulu.

Sesampainya di rumah, arkhan langsung masuk tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

"mas?" ucap lubna kaget melihat arkhan dengan peluh keringat di wajahnya. Arkhan menoleh mendapati seorang wanita yang membelakanginya. Seketika wanita itu berbalik menghadap arkhan.

Deg...
Deg...

Dia ada dihadapannya. Wanita yang dulu ia cintai sekarang ada dihadapannya tersenyum kepadanya dengan senyum  yang tidak berubah sebelumnya.

"assalamualaikum mas" ucapnya yang membuat arkhan benar benar percaya ini nyata.

Flashback on...

Arkhan sampai di pesantren, ia heran kenapa semua orang terlihat sangat bahagia. Ia pun menghampiri salah santri disana.

"assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

"ada apa ini? Tidak biasanya kalian sibuk seperti ini. Apa ada tamu?" tanya arkhan.

Santri tersebut hanya tersenyum lalu berkata untuk mengechek kedalam. Karena penasaran arkhan pun langsung masuk dan betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang ada dihadapannya saat ini.

"pak ustad?" ucap arkhan.

"arkhan" ucap pak ustad langsung memeluk seseorang yang hampir menjadi menantunya itu.

Arkhan terdiam meresapi kenyataan sekarang. Jika pak ustad ada dihadapannya lalu...

"dia sudah pulang, dia ada disini arkhan" ucap pak ustad seakan mengetahui jalan pikiran arkhan.

"dimana?"

"dia di kota, dia rencana ingin menemui kalian tapi entahlah pak ustad juga tidak tahu. Kami merindukan mu nak" ucap pak ustad " terutama syifa"

Flashback off

Arkhan masih mematung sampai akhirnya syifa berada di hadapannya.
"awalnya aku ingin menemui kalian kemarin, namun aku terkendala sesuatu jadinya baru hari ini bisa." ucap syifa tersenyum.

Tidak terasa waktu sudah lama membuat mereka berpisah. Dan karenanya pun dia harus merelakan orang yang ia cintai bahagia. Namun entah kenapa, melihat arkhan berada dihadapannya sekarang membuat seketika tumbuh penyesalan dalam dirinya. Apakah sekali lagi hamba boleh egois ya Allah?

Lubna yang hanya bisa diam ditempatnya melihat suami dan mantan calon istrinya bertemu hanya bisa terus menahan perasaan bergejolak dalam dadanya. Ia semampunya untuk menahan rasa takut ini. Ia hanya bisa mengaduh kepada Allah dalam hatinya agar tidak terjadi apa-apa.

"ketahuilah bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak akan menimpamu tidak akan pernah menimpamu." (sumber: La Tahzan Book)

"bagaimana kabarmu?" ucap arkhan untuk pertama kali.

"a..aku sakit" ucap syifa tetap tersenyum namun tersirat kerinduan "dan hidupku tidak lama lagi."

Arkhan kaget mendengarnya begitupun lubna yang sudah mengeluarkan air matanya.

"aku hanya ingin menemui kalian." ucap syifa lagi. "aku harap kamu masih ingin menemaniku" ujarnya.

Entah apa maksud syifa, arkhan tidak mengerti. Yang jelas Lubna menyadari sesuatu.

Ia harus kembali belajar untuk ikhlas

***

Assalamualaikum guys,
Ternyata syifa udah kembali gimana yah nanti. Sepertinya konfliknya muncul secara internal.
So, tetap sabar yah buat nunggu karena masih banyak hal menarik nantinya...

Thanks guys for reading my story

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang