"APA??" sentak kaffah, "arkhan tidak mengakui anaknya dan malah memfitnah mu lubna? " lanjut kaffah sangat marah.
Memang orang tua Lubna serta kakaknya sudah tiba di Aceh. Awalnya memang mereka heran, mengapa lubna berada di rumah mertuanya namun sesampainya mereka di rumah. Abi dan uminya arkhan menceritakan semuanya. Yang membuat kedua orang tua lubna sangat syok hingga uminya Lubna pingsan hingga sekarang. Sedangkan abinya Lubna tak kuasanya menahan emosi namun ia tidak mengekspresikannya seperti Kaffah.
Kaffah yang saat ini benar benar marah, tidak terima jika adiknya diperlakukan seperti ini. Bahkan awalnya ia bahagia mendengar kabar kehamilan Lubna namun, kebahagiaan itu seakan sirna tergantikan oleh emosi akibat arkhan yang tidak mengakui keponakannya sebagai anaknya.
"aku akan menemui arkhan" ucap kaffah bersiap-siap meraih kunci motor.
"jangan kak kumohon" ucap lubna sambil memegan lengan kaffah dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari matanya.
"tidak Lubna, kakak harus mengajarkan nya etika agar tidak menyakiti hati istrinya sendiri. "
Lubna pun tetap menggelengkan kepalanya sambil mempererat kan pegangannya. "kumohon kak, mas arkhan masih berduka atas meninggalnya janin kak syifa. Lubna tidak ingin menambah bebannya lagi. "
Ucapan Lubna membuat semua orang disitu tertegun bahkan ibu mertuanya tak kuasa menahan tangisannya di dekapan suaminya. Bahkan saat ini Lubna masih memikirkan perasaan Arkhan. Sungguh luar biasa.
Kaffah pun langsung menghadapkan dirinya ke arah Lubna sambil tersenyum sinis "kamu bahkan masih memikirkannya setelah apa yang ia lakukan terhadap mu lubna? " ucap kaffah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang berada dalam pikiran adiknya ini. Ia sangat bersyukur jika Lubna memang sedari dulu sangat baik dan mudah memaafkan orang lain. Namun, kali ini bisa kah ia memikirkan dirinya sendiri?, ia tidak ingin kebaikan sang adik membuat orang lain menindasnya.
Lubna hanya bisa meneteskan air matanya melihat raut wajah kekecewaan terpancar dari kakaknya. Ia tahu persis selain ia dan orang tuanya yang sedih atas hal ini, ada kakakny yang lebih menderita melihat adiknya diperlakukan seperti ini. Lubna tahu dari dulu kakaknya sangat menyayangi nya bahkan kaffah tidak pernah membuat ia menangis.
"sudahlah nak, kasian adikmu. Abi juga sangat marah akan hal ini namun ingat ada Allah yang akan membalasnya. Tugas kita hanya perlu ikhlas dan tetap berdoa. Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk membalas perilaku jahat seseorang. Istigfar nak" ucap abi mereka menenangkan. Sudah cukup ia melihat anak perempuan yang ia sayangi mengeluarkan air matanya. Ia merasa tidak becus dalam menjaga anak perempuan satu-satunya itu.
Abi pun kemudian beralih ke Lubna lalu memeluknya. "menangislah nak, abi umi dan kakakmu ada disini menemani mu." ucap abinya menepuk nepuk pundak lubna. Seketika isakan tangis Lubna keluar yang terdengar sangat pilu. Lama kelamaan semakin deras hingga membuat pundaknya bergetar. Ia mengeratkan pelukannya pada abinya. Satu satunya laki laki yang ia percaya selain kakaknya.
Bahkan ia yang awalnya sangat kuat menerima ini semua seketika menjadi seorang gadis kecil yang cengeng di depan abinya.Mertuanya yang dari tadi menyaksikan mereka juga merasakan euforia menyedihkan ini. Di satu sisi mereka sangat terpukul melihat menantu yang mereka sayangi menangis namun di sisi lain mereka juga merasa bersalah karena sebab keluarnya air mata itu berasal dari anak mereka.
***
Di tempat lain....
Arkhan bahkan belum keluar kamar sejak semalam, ia masih duduk di sofa menghadap jendela dengan pandangan yang kosong...
Kemudian tidak lama seseorang memeluknya dari belakang.
"aku bersama mu mas.. " ucap syifa meletakkan dagunya di pundak arkhan. Arkhan pun menggenggam tangan syifa yang mengelilingi perutnya.
"aku mencintai mu..." ucap syifa lagi.
"aku juga mencintai mu... " balas arkhan Tersenyum menoleh ke arah syifa. Yah ia masih memiliki syifa, syifa selalu setia padanya. Bahkan syifa dulu ikhlas saat ia menikahi lubna. Ia tidak akan mengecewakan syifa... Tidak akan...
Bahkan ia tidak bepikir siapa yang akan mengecewakan siapa....
***
"apa tidak bisa nginap satu hari saja? Ibu sama bapak baru saja sampai tadi pagi?" tanya uminya arkhan.
"iya pak bu, lebih baik kalian menginap saja dulu besok baru pulang. "tambah abinya arkhan.
"maaf pak bu, Kaffah baru memberitahukan kami tadi jika dia sudah memesan tiket pesawat nanti malam. " ucap abinya Lubna.
"lebih baik kita pulang, untuk apa tinggal terlalu lama kita sudah tidak memiliki kepentingan. "ucap kaffah menyambung.
"kaffah yang sopan nak, tidak baik bicara seperti itu apalagi dihadapan orang tua. " tegur uminya. "tidak apa-apa bu kami pulang saja, kan sayang tiketnya kalau gak dipake mubadzir. " ucap uminya lubna. Yah uminya lubna dari tadi sudah sadar. Ia memilih bicara baik baik pada uminya arkhan. Sedangkan Lubna selepas menangis ia diantar ke kamarnya oleh abinya untuk istirahat
"bagaimana dengan Lubna? " tanya abinya arkhan.
"lubna juga ikut, tidak mungkin kami membiarkannya disini di kota orang. " ucap kaffah lagi. Betul betul kaffah ini. Mungkin kekesalannya masih berlangsung hingga sekarang.
Abinya dan uminya hanya menggelengkan kepalanya.
"Lubna ikut pulang, untuk kedepannya nanti kami bicarakan baik baik disana." ucap abinya lubna.
Uminya arkhan pun sedih mendengar itu "bisakah lubna tinggal sementara waktu dengan kami?, kami sangat menyayanginya. " pinta uminya arkhan.
"tidak.. " sela kaffah "saya ingin membawa adik saya, jika kalian benar benar menyayanginya seharusnya kalian mengizinkan karena dengan lubna disini akan menambah kesedihannya. Apalagi dengan kondisi nya yang hamil. " yah ucapan kaffah memang benar. Lubna akan sedih jika terus terusan disini. Apalagi dibayang bayangi oleh arkhan.
Dan abi serta uminya arkhan hanya mampu pasrah bahwa sebentar lagi mereka kehilangan menantu kesayangannya.
***
Bandara sultan hasanuddin.....
Setelah sekian lama Lubna tidak menginjakkan kakinya di kampung halamannya akhirnya saat ini Lubna tiba..
Walaupun kedatangan nya saat ini tidak ditemani arkhan, ia harus tegar. Ia tidak tahu bagaimana kelanjutan takdirnya dan Arkhan namun saat ibu mertuanya memberitahukan arkhan tentang kepulangan Lubna ke Makassar. Arkhan hanya menanggapinya dengan dingin bahkan yang membuat lubna kembali sakit hati bahwa arkhan akan mengurus surat cerai mereka.
Demi Allah, Lubna tidak ingin berpisah ia bahkan jika bisa ingin mempertahankan kembali rumah tangganya. Sungguh, Allah sangat membenci perceraian.
Apalagi sekarang ada anak yang dikandungnya, ia tidak bisa membayangkan anaknya lahir tanpa seorang abi disisinya. Ia sangat takut.
"ayo nak" ucap abinya menuntun ia ke mobil.
Sesampainya mereka di rumah, lubna langsung beristirahat di kamarnya. Ia kemudian melihat stick note yang menempel didinding kamarnya.
Jadi istri Arkhan Malik Ghossan..
Itulah yang tertempel di stick note itu, yang awalnya hanya bertemu dengan Arkhan namun saat arkhan dan Lubna ke sini Arkhan menggantinya dengan kata-kata itu.
Sungguh, itu kenangan indah untuk Lubna yang sampai saat ini tetap berdoa deminya, demi janinnya bahkan demi arkhan...
Setetes air kembali membasahi matanya, ia sungguh rindu dengan Arkhan...
************************************
Assalamualaikum guys aku update lagi, jadi cerita "menanti takdir" ini tidak lama lagi selesai
Dan kalau udaj selesai aku bakal buka vote untuk cerita aku berikutnya jadi ikutan ngevote yah..Ohiya kalau gak ada halangan atau author gak terserang penyakit mager inshaa Allah aku bakal update tiap hari sampai end yuhuu 💕😘
Jadi jangan lupa vote yah karena cerita ini untuk kalian.See you next capter

KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Takdir (END)
Romance18++ [PUBLISH ON 13 DESEMBER 2019] [FINISH ON 14 MARET 2020] RANK# ON WATTPAD #11in-ikhlas [26-03-2020] Lubna humairah al-kathiri gadis cantik berhijab dengan tutur kata yang lembut, ia sangat berharap kepada Allah SWT agar menjadikan Arkhan malik g...