Satu minggu setelah kedatangan arkhan dan orang tuanya ke pondok, syifa tengah sibuk mempersiapkan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan inshaa Allah besok lusa.
Walaupun hanya sebatas akad tanpa resepsi tetapi harus ada perencanaan dimana syifa akan mengundang saudara terdekatnya.
Lubna yang juga ikut membantu syifa merasakan gembira melihat syifa yang terlihat sangat bersemangat. Walaupun dalam hati lubna sebenarnya sakit, namun ia percaya Allah selalu berada dengannya dan akan mempertemuhkannya dengan jodohnya nanti. Inshaa Allah lubna ikhlas.
Lubna yang pada saat itu mengatur kursi tempat para tamu nanti duduk menyaksikan akad tiba tiba dikejutkan dengan suara vas bunga yang pecah.
Sontak saja lubna membalik mencari asal suara itu dan melihat syifa yang sudah tergeletak tidak berdaya di lantai, dengan para santri yang banyak mengerumuninya berniat membantu.
"astagfirullah." ucap lubna lalu berlari ke arah syifa.
Syifa Kesakitan sambil memegang dadanya, ia terlihat sesak napas dengan kesadaran yang sudah diambang napas.
Lubna yang melihat itu tidak kuasa menahan tangis, ia meletakkan kepala syifa di pangkuannya sambil memegang tangannya. "kak syifa bisa dengerin lubna?" ucap lubna. Syifa tidak membalas, ia hanya sibuk menahan rasa sakit didadanya sambil menghirup napas dalam-dalam yang dirasa nya sangat sedikit.
"tolong panggilkan ustad dan yang lain." ucap lubna kepada santri yang ada disitu. Seketika dibalas anggukan oleh mereka.
Tidak berselang lama, ustad dan beberapa orang datang menghampiri kerumunan tadi. Ia sangat kaget melihat anak gadisnya terletak tak berdaya di pangkuan lubna.
"astagfirullah, kita ke rumah sakit sekarang. Bertahanlah nak." ucap abi yang kemudian syifa dibopong oleh beberapa pengajar perempuan disana termasuk lubna.
Syifa segera dibawa ke mobil yang diikuti oleh Lubna dan abinya.
"khadijah, kamu jaga pondok putri dan kamu raqib jagalah pondok putra." ucap ustad memberi amanat yang diangguki keduannya.
"semua baik-baik saja, biar saya lubna dan kaffah yang mengantarnya. Kalau begitu saya pergi assalamualaikum." kemudian mobil melaju meninggalkan para santri yang menangis menatap syifa yang terlihat kesakitan.
Pasalnya, selama ini syifa yang mereka kenal adalah sosok yang ceria dan tidak terlihat bahwa ia mengidap penyakit serius. Mereka hanya bisa mendoakan kesembuhan syifa.
***
Di mobil, lubna terus terusan menangis melihat syifa yang sudah tak sadarkan diri di pangkuannya.
Kaffah dan abi syifa juga turut merasakan kesedihan serta ketakutan melihat syifa yang saat ini tak sadarkan diri namun mereka menutupinya dengan memperbanyak istigfar.
Setelah sampai di rumah sakit terdekat, syifa langsung dibawa menggunakan brankar menuju ruang ICU. Lubna yang terus terusan menangis merasa tidak berdaya Ketika syifa sudah tidak terlihat lagi di hadapannya.
Kaffah yang juga sakit melihat lubnanya menangis kemudian memeluknya dan menenangkan adiknya itu. Ia selalu membisikkan lubna dengan kalimat istigfar agar senantiasa mengingat Allah.
Hampir setengah jam mereka menunggu hingga akhirnya dokter keluar dari ruang tersebut.
"bagaimana keadaan anak saya dok?" ucap abinya.
"kondisi anak bapak sekarang ini kritis, ia menderita penyakit jantung kronis yang menyebabkan darah dan oksigen tidak masuk ke jantungnya. Ini sudah diderita anak bapak sangat lama dan sudah sangat terlambat untuk ditangani. Jadi saya menyarankan untuk melakukan operasi." ucap dokter.
Dan sontak membuat abi terduduk tak kuat menahan apa yang dikatakan dokter tersebut. "Begitu menderitanya kah syifa selama ini?" batinnya. Lubna yang juga mendengarnya kembali menangis sejadi-jadinya di pelukan kakaknya. Ternyata orang yang selama ini dia pikir baik-baik saja sedang menderita melawan penyakitnya.
Dari dulu memang syifa merasakan kesakitan itu, namun ia selalu berpikir bahwa ini penyakit biasa. Hingga akhirnya ia selalu merasakan kejang di bagian ototnya serta mati rasa pada kaki dan tangannya namun ia selalu menyembunyikannya.
Abi dan almarhum uminya hanya tahu bahwa syifa menderita maag jadi mereka hanya menyarankan syifa untuk tidak telat makan.
Arkhan yang baru saja sampai pada saat itu sempat mendengar perkataan dokter dan disaat yang bersamaan ia merasa seperti langit akan jatuh menimpah dirinya, dan tidak disadari setetes air keluar dari matanya.
"bagaimana bisa?" tanya arkhan. Sontak membuat kaffah dan abi menoleh.
"bagaimana bisa, syifa yang kukenal adalah gadis ceria dan pemalu menderita penyakit berbahaya itu?" tanya nya lagi lebih menjurus kepada dirinya sendiri. Ia kemudian menoleh kepada abinya syifa. "kenapa ustad tidak tahu? Kenapa syifa bisa sakit dan ustad tidak tahu?" kata arkhan lagi sambil menangis sejadi-jadinya. Ia sangat marah mengetahui syifanya selama ini tengah berjuang melawan penyakitnya.
Abi hanya diam tidak tahu harus menjawab apa, ia merasa tidak becus sebagai seorang ayah yang tidak tahu apa-apa mengenai putrinya.
"lakukan apapun itu dokter, lakukan apapun untuk menyelamatkannya. Saya akan memberikan apapun asalkan dokter bisa menyelamatkan calon istri saya." ucap arkhan dengan harapannya, saat ini arkhan sangat kalut dan tidak berpikir jernih. Pasalnya tinggal menghitung hari untuk menjadikan syifa sebagai miliknya namun Allah memberikan cobaan untuk mereka.
Lubna menatap arkhan dengan air mata yang masih menetes. Ia tetap berada di pelukan kakaknya, Sambil mengeratkan tangannya di punggung kakaknya itu bermaksud untuk membagi rasa sakit yang dirasa ini.
Entah kenapa melihat arkhan yang seperti ini membuat Lubna sangat sedih. Ia tidak suka melihat arkhan seperti ini. Andai saja ia bisa, ia ingin berada di posisi syifa sekarang agar arkhan tidak perlu mengeluarkan air matanya dan syifa tetap bisa berada di samping arkhan saat ini.
Andai saja....
****
Beberapa jam kemudian, akhirnya syifa dipindahkan ke ruang inap. Sebelum, nantinya akan mendapat rujukan dari dokter.
Semua sudah ada di ruang inap syifa begitupun abi dan uminya arkhan yang baru dikabari oleh kaffah tadi.
Arkhan yang terlihat terpuruk dengan kondisi syifa hanya bisa menangkupkan kedua tangannya menunduk. Sedangkan syifa sedari tadi belum ada tanda-tanda sadar dari tidurnya.
Abi dan umi arkhan terus-terusan menyemangati arkhan walaupun Tidak ada yang dibalas oleh arkhan.
Sementara lubna sedari tadi tak melepaskan genggamannya kepada syifa, ia selalu merapalkan doa kepada Allah agar syifa sembuh dan cepat sadar dari tidurnya.
Lama mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, akhirnya terdengar suara pintu terbuka memperlihatkan Seorang suster.
"permisi dengan ayahnya syifa, bisa ke ruangan dokter sekarang, ada hal yang perlu disampaikan." ucap suster itu. Abinya syifa yang hendak mengikuti suster tersebut dihentikan oleh suara arkhan.
"saya ikut." ucap arkhan lalu mendahului abinya syifa.
Sebutlah arkhan yang tidak sopan namun prioritas utamanya saat ini adalah syifa, ia tidak ingin memikirkan yang lain. Walaupun begitu abinya syifa memaklumi keadaan arkhan yang masih dikuasai oleh emosi dan kesedihan..
"semoga baik-baik saja." ucap kaffah dalam hati. Menyadari sifat arkhan yang tidak bisa diganggu saat ini.
***
Selesai dengan part 7 alhamdulillah.
Jangan bosan yah bacanyaSemoga selalu bertambah readersnya aamiin.
Makasih💕
![](https://img.wattpad.com/cover/208216199-288-k171254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Takdir (END)
Romance18++ [PUBLISH ON 13 DESEMBER 2019] [FINISH ON 14 MARET 2020] RANK# ON WATTPAD #11in-ikhlas [26-03-2020] Lubna humairah al-kathiri gadis cantik berhijab dengan tutur kata yang lembut, ia sangat berharap kepada Allah SWT agar menjadikan Arkhan malik g...