28. manusia makhluk yang egois

2.1K 129 9
                                    

"salah satu bentuk melemah iman adalah ketika kita tidak lagi menyadari bahwa tujuan dalam memperbaiki diri hanya karena Allah, bukan karena sesuatu yang lainnya. "

***

Dua bulan berlalu, arkhan sudah terbiasa hidup dengan dua orang istri. Lubna dan syifa pun juga tampaknya sangat akur, lubna sudah bisa menerima bahwa arkhan memang bukan sepenuhnya miliknya lagi.

Walaupun begitu lubna selalu ikhlas jika melihat kedekatan arkhan dan syifa yang semakin hari semakin erat. Bahkan arkhan tak tanggung tanggung memanjakan syifa jika kadang ia bersikap manja. Bukannya pilih kasih,  namun lubna tipikal wanita yang dalam keadaan apapun selalu tegar.  Ia jarang menunjukkan perasaanya kepada siapapun sehingga jika arkhan menanyakannya, lubna akan selalu mengatakan tidak apa-apa.

Bukannya karena tidak memercayai suaminya. Iya sangat memercayai arkhan namun, kebiasaannya yang dari dulu memendam perasaan menjadikannya ia wanita yang tegar ditambah dengan kehadiran syifa yang belum bisa membuatnya menghilangkan sifat menutup diri itu.

Yah ia selalu bilang, cukup Allah yang tahu perasaannya saat ini.

Lubna memandang sebuah benda yang berada di tangannya, ia sesekali tersenyum melihat benda itu dan tangan satunya mengelus perutnya yang mulai membuncit walaupun belum kentara

Sebenarnya dalam sebulan sesudah ia mengetahui kehamilannya.  Ia belum memberitahukan suaminya sampai sekarang mengenai kehamilannya ini. Bukannya ia mau menjadi istri durhaka yang tidak ingin mengabarkan kabar bahagia ini namun setiap ia ingin memberitahukannya kepada arkhan,  selalu saja ada yang menghalanginya. Entah itu karena syifa,  atau arkhan yang memiliki urusan mendesak.

Lubna tidak ingin menyalahkan siapapun, sesekali ia juga lupa ketika ada waktu bersama arkhan ia tidak memberitahukan suaminya.  Untuk itu,  hari ini ia sudah bertekad untuk memberitahukan arkhan tentang kehamilannya.

"aku rasa kak syifa juga pasti akan senang mendengar kabar ini." ucap lubna tersenyum lalu memasukkan testpack itu kedalam kantong gamisnya dan berjalan menuju ruang keluarga.

Sesampainya ia di ruang keluarga, ia tersenyum melihat arkhan dan syifa yang duduk bersama sambil menonton acara berita di tv. Entah terbuat dari apa hati lubna yang tidak ada rasa cemburu sedikit pun melihat keduanya. Mungkin ia sudah betul-betul ikhlas.

"assalamualaikum mas, kak" ucap lubna yang membuat kedua orang itu menegakkan badannya.

"waalaikumsalam"

"duduklah humairah." ucap arkhan mempersilahkan lubna untuk duduk disampingnya.  Lubna pun duduk sehingga membuat arkhan berada diantara dua wanita cantik yang sudah sah menjadi mahram nya.

"ada yang ingin lubna sampaikan mas,  kak" ucap lubna.

"apa itu? " tanya arkhan.

"lubna--" seketika ucapan lubna terputus tatkala suara seseorang seperti ingin muntah memotongnya.

Hoek hoek hoek.

Arkhan dan lubna pun segera menoleh ke arah syifa yang seperti menahan sesuatu untuk keluar dari dalam mulutnya.

"syifa ada apa? " ucap arkhan panik. Lubna pun takkala paniknya dengan arkhan sampai-sampai ia sudah melupakan apa yang ingin ia sampaikan tadi.

Syifa menggeleng sambil menutup mulutnya lalu berlalu menuju kamar mandi. Lubna dan arkhan pun mengikuti syifa.

Sesampainya syifa dikamar mandi,  ia memuntahkan cairan berwarna putih tanpa ada makanan yang keluar dari mulutnya. Arkhan pun senantiasa memijat tengkuk lubna untuk membantunya.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang