30. kejadian satu hari

2.2K 150 15
                                    

"karena seseorang yang dulu paling keras berjanji untuk tidak saling menyakiti malah membuat patah hati paling dalam"

***

Arkhan menutup kamar syifa, yah selepas kejadian tadi syifa menyuruh arkhan agar malam ini tidur bersamanya. Sebenarnya arkhan berat hati karena kemarin malam ia juga tidur dengan syifa. Bukannya ia tidak mau, namun seharusnya ia juga meluangkan waktu pada istri cantiknya yang satu.

Namun, karena melihat syifa yang terlihat sakit terlebih lagi syifa yang saat ini mengandung membuatnya mau tidak mau meyetujui keinginan syifa.

Arkhan beranjak untuk ke dapur karena melihat air di kamar syifa telah habis, namun saat ia berbalik ia mendapati lubna menatapnya.

"apa kak syifa baik baik saja mas?" tanya lubna.

"iya, dia baik baik saja"

Lubna kemudian melirik tempat air kosong yang berada dalam pegangan arkhan. "mau lubna yang ambilin mas? "

Arkhan mengarah kan matanya pada tempat air kosong itu. "tidak perlu lubna mas bisa sendiri. "

"yasudah kalau begitu, lubna tunggu dikamar yah mas" ucap lubna tersenyum hendak berbalik namun ucapan arkhan menghentikannya.

"malam ini mas tidur sama syifa yah lubna. " ucap arkhan seakan tidak enak.

Lubna pun berbalik  menatap suaminya, ia pun sebisa mungkin mempertahankan senyumannya "padahal mas sudah tidur sama kak syifa kemarin. " bukannya lubna berpikir egois namun ia takut jika suaminya tidak bisa berlaku adil. Ia tidak ingin Allah marah kepada arkhan karena menelantarkan salah satu istrinya.

"tapi saat ini syifa butuh mas lubna. Mas mohon pengertian mu, ia lagi mengandung. "

"padahal lubna Juga membutuhkan mas. " batin lubna.

"yasudah, tidak apa apa mas." ucap lubna mencoba untuk mengalah.

Arkhan kemudian berlalu meninggalkan lubna menuju dapur. Selepas arkhan tidak terlihat, lubna kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar syifa. Ia ingin memastikan sesuatu.

Sesuatu miliknya yang hilang.

Dibukanya pintu itu, ia melirik syifa yang saat ini terbaring diatas ranjang dengan mata tertutup.

"ampuni lubna ya allah" lubna pun meneliti seluruh tempat di kamar itu, ia kemudian mulai mencari sesuatu yang seingatnya terakhir ia lihat ketika di kamar ini.

Ia tidak bermaksud su'udzon namun entah kenapa hatinya mengatakan bahwa benda itu berada di kamar ini. Lubna juga tidak menyentuh apapun yang berada dalam kamar ini, ia hanya mengecek dengan penglihatannya saja. Ia takut menyentuh barang orang lain.

Lama lubna mencari namun benda itu tak kunjung ia dapatkan sampai tangannya tak sengaja menyenggol sebuah laci yang tidak tertutup penuh. Ia bermaksud untuk menutup laci itu namun sesuatu yang berada didalamnya membuatnya mengurungkan niatnya itu.

Diambilnya benda itu dan seketika perasaan kecewa hinggap didadanya, ia sudah memikirkan segala kemungkinan agar apa yang ia khawatirkan tidak lah betul betul terjadi. Namun, pikiran itu seakan akan langsung menghilang saat mengetahui benda itu memang ditemukan dalam laci itu.

"apa yang kamu lakukan lubna? "

Deg...
Deg...

Seketika suara itu membuat lubna langsung berbalik. Yah dihadapannya saat ini syifa menatapnya dengan tatapan asing yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, seakan akan orang yang dihadapannya ini bukan syifa yang ia kenal.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang