11. Akad

2.9K 196 3
                                    

"ajari aku untuk mencintaimu wahai makmumku"

Arkhan Malik Ghossan

***

Lubna dan kaffah berada di bandara menunggu kedatangan dua orang yang mereka sayangi.

Yah dua hari selepas kejadian itu, kaffah tetap mendiami lubna. Lubna sudah berusaha dengan segala cara untuk membuat kaffah memaafkannya namun kaffah tetap saja kekeuh dengan pendiriannya.

Seperti sekarang, mereka berada di tempat yang sama dan duduk di kursi yang berseblahan namun mereka seperti orang asing yang tidak saling mengenal.

Kaffah sibuk dengan hp ditangannya dan lubna sibuk menghela napas, mungkin sebagai kode bahwa ia sangat sangat bosan.

Setelah hampir setengah jam menunggu akhirnya orang yang mereka tunggu telah tiba.

"abi umi." ucap lubna menghambur ke pelukan orang tuanya.

Yah abi dan umi mereka datang jauh-jauh dari sulawesi ke aceh untuk membahas perihal pernikahan lubna yang tiba-tiba ini.

Tentu saja abinya syok dan sempat memarahinya lewat telepon lantaran kaffah memberitahukan mereka secara detail yang membuat abi mereka saat itu juga langsung memesan tiket untuk ke aceh.

Namun untung saja, pada hari itu tiket penerbangan tujuan ke aceh habis, jadi mereka harus bersabar menunggu penerbangan berikutnya.

"kamu hutang penjelasan sama abi lubna." ucap abinya tegas menatap lubna yang menunduk.

Kaffah sedari tadi hanya diam, setelah ia mencium tangan kedua orang tuanya, kaffah langsung membantu abinya membawakan koper mereka dan berjalan diluan menuju mobil.

Umi mereka yang melihat itu, memaklumi kaffah pasalnya ia sudah tahu bahwa saat ini kaffah sedang tidak dalam mood yang baik, mengingat dua hari yang lalu pada saat kaffah menelponnya, kaffah berada dalam emosi yang tidak stabil dan sampai hari ini tetap begitu walaupun ia lebih tenang dari sebelumnya.

Kaffah membawa kedua orang tuanya menuju rumah arkhan, karena memang sesuai kesepakatan bahwa abi dan uminya selama di aceh akan tinggal di rumah arkhan.

Awalnya kaffah menolak dan ingin mencarikan orang tuanya hotel untuk menginap namun orang tua arkhan membujuk kaffah.

***

Setibanya mereka di rumah arkhan, mereka langsung disambut oleh kedua orang tua arkhan namun tak terlihat tanda-tanda bahwa arkhan ada disana.

Selepas berbincang dan saling mengenalkan diri sesama orang tua. Akhirnya mereka mengobrol di ruang tamu.

"maafkan anak saya pak bu. Kami juga sebagai orang tua tidak tahu harus berkata apa." ucap uminya arkhan sendu.

Mereka memang mengetahui permintaan syifa itu dari abinya syifa yang membuat abinya arkhan marah kepada syifa. Dan sejak itulah, Abinya arkhan mulai tidak menyukai syifa.

"sebenarnya saya juga kecewa dengan keputusan ini. Lubna adalah putri saya satu-satunya dan saya hanya bisa tenang jika mempercayakannya kepada orang yang mencintai dia, bukan karena terpaksa." ucap abinya lubna.

Lubna yang saat ini duduk menunduk hanya bisa menggengam erat tangan uminya.

Uminya pun yang tahu perasaan lubna saat ini hanya dapat menguatkannya dengan cara mengelus tangan putrinya itu.

"jadi bagaimana dengan keputusan bapak?" tanya abinya arkhan.

Sebenarnya abinya arkhan tidak masalah jika arkhan menikah dengan lubna. Karena ia juga melihat lubna sebagai wanita yang baik dan sholehah dengan tutur kata yang lembut membuatnya percaya bahwa lubna bisa menjadi istri yang baik.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang