Prolog

12K 301 22
                                    

"Setiap doa ku panjatkan untukmu di setiap shalat ku
Berharap kau yang akan menjadi teman ku di syurga nanti
Walau ku tau kau sama sekali tidak mengenal ku"

Dear imam khayalan ku, akan kah kau yang dituliskan
Namanya bersama ku di lauhul mahfudz.

Lubna Humairah Al-kathiri

**

Adzan magrib berkumandang, menyerukan nyanyian Allah yang tiada kalah merdunya. Memanggil setiap muslim untuk menghadap kepadanya, memohon ampunan serta meminta kepadanya.

Tidak terkecuali, gadis cantik yang mengenakan mukenah putih polos yang baru saja membentangkan sajadahnya menghadap kiblat. Langsung saja ia mendirikan shalat selepas adzan berkumandang, ditunaikan nya dulu shalat sunnah 2 rakaat dilanjutkan shalat wajib magrib 3 rakaat. Itulah kebiasaan yang selalu ia lakukan.

Selepas shalat serta bershalawat menyebut nama Allah SWT ia kemudian membuka kitab Al-Quran dan membacanya, sesekali ia membaca terjemahan dari ayat itu. Hingga akhirnya ia menutup Al-Quran.

"lubna, tolong bantu umi " teriak wanita paruh baya dari dalam dapur.

Yah sesosok gadis cantik dan berhijab itu bernama Lubna Humairah Al-kathiri, ia merupakan gadis berusia 21 tahun dengan kulit kuning langsat dan memiliki lesung pipi di sebelah kiri. Matanya yang indah dan nampak teduh serta tutur katanya yang sangat lembut menjadikan ia banyak disukai oleh orang sekitarnya. Tak lupa juga ia merupakan seorang hafidzah 15 juz, sungguh ia apabila ditanya tentang hapalannya maka ia akan sangat malu menjawabnya karena hapalanya yang masih sangat sedikit.

Lalu bagaimana dengan kita?

"iya sebentar umi" ucap Lubna lalu merapikan mukenahnya. "umi mau dibantu apa sama lubna? " tanya lubna sesampainya ia didapur.

"lubna tolong kamu bawa ini ke rumah ibu fauzan yah, soalnya umi bikinnya lebih. Sekalian kamu jenguk Fauzan katanya dia lagi sakit. " ucap umi seraya menyodorkan tupperware berisi bolu cokelat kepada Lubna.

"yaudah umi, lubna pergi dulu Assalamualaikum " sambil mencium tangan uminya.
"waalaikumsalam.

Sesampainya Lubna di rumah ibu Fauzan yang jaraknya hanya tiga rumah dari rumahnya ia disambut baik oleh keluarga itu. Tak lupa juga Lubna sampai diajak makan bareng oleh ibu Fauzan. Ibu Fauzan sendiri sudah menganggap Lubna seperti anaknya karena watak Lubna yang sangat baik menjadikan ia disukai oleh ibu Fauzan.

"katanya fauzan sakit yah tante. " tanya Lubna.

"iya, dari kemarin Fauzan nya demam, terus setiap malam dia rewel. " ucap ibu Fauzan sambil mengelus lembut rambut fauzan yang berada di pangkuannya.

Lubna pun ikut mengelus rambut Fauzan. Yah anak berusia 3 tahun itu memang demam pikir Lubna. "kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja tante? "

"tante masih gak mau bawa Fauzan ke rumah sakit, takutnya nanti dia kebiasaan kalau dibawa ke rumah sakit. Tunggu 3 hari kalau emang gak sembuh baru dibawa."

Lubna hanya mengangguk menanggapi ucapan ibu Fauzan. Ia masih terus mengusap lembut rambut Fauzan. "seandainya saja tante punya anak seumuran sama kamu, tante pasti suruh dia nikahin kamu, orang kamunya baik banget. "ucap ibu Fauzan.

Lubna tertawa mendengarnya, yah memang selalu seperti ini ujung-ujungnya pasti kalau bukan nikahan yah menantuan. "tante bisa aja, kalau begitu Lubna pamit pulang yah tante. Soalnya Abi juga pasti udah sampai rumah, gak enak kalau Lubna kemaleman. "

"iya makasih yah nak kuenya, salam sama umi dan abimu. "

"iya tante assalamualaikum "

"waalaikumsalam"

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang