40. Menanti Takdir (END)

7K 319 83
                                    

"kisah akan terus berlanjut selama Allah menyiapkan skenario takdir buat kita. "

***

4 Bulan kemudian....

Kehidupan Arkhan berubah menjadi 180° dari sebelumnya, ia yang dulunya merupakan pria yang ramah baik serta selalu menjaga kebersihannya sekarang menjadi seorang yang dingin, berantakan dan cuek terhadap kesehatannya.  Rambutnya yang sudah tumbuh lebat tanpa dicukur serta kumis dan janggot menghiasi wajah tampannya. Kulitnya yang sekarang tidak terurus serta kantong matanya membesar membuatnya seperti bukan Arkhan.

Yah semenjak kepergian Lubna, yang sampai sekarang tidak bisa ia temukan. Berbagai cara ia lakukan untuk menemukan istrinya bahkan selama 4 bulan ini sudah terhitung 10 kali ia mengunjungi rumah Lubna untuk sekedar memeriksa apakah Lubna sudah pulang.

Selalu menerima tatapan tajam dari Kaffah membuatnya tidak gencar untuk mencari tahu dimana Lubna sekarang, bahkan abi dan uminya hanya bisa berdoa agar Lubna segera datang dan merubah kembali anaknya ini.

Sedangkan Syifa saat ini, mendekam di rumah sakit jiwa akibat stress berat karena Arkhan menceraikannya. Yah setelah pulang dari Makassar, Arkhan langsung mengurus surat cerai kepada Syifa. Hal itu dilakukannya karena setiap kali ia melihat Syifa ia terus mengingat perlakuan buruknya kepada Lubna. Walaupun ia tahu, Allah pasti sangat murka. Untuk itu, ia selalu memohon ampunan kepada Allah disamping ia memohon agar Lubna kembali ke pelukannya.

Saat ini Arkhan duduk di pinggiran kasur menatap sebuah foto di tangannya. Seorang wanita berbaju putih dengan senyuman yang indah memperlihatkan giginya.  Hijabnya menambah aura kecantikannya. Yah wanita itu adalah Lubna, wanita yang disayangnya. Yang setiap hari ia rindukan. Yang setiap hari mengisi pikirannya.

Wanita satu satunya yang membuat ia merasa sangat kehilangan, ia sangat berharap jika Lubna nya segera pulang.

Drrt... Drtt

Di tengah lamunannya suara handphone berbunyi.

"assalamualaikum.. "

".."

"hmm, bagaimana, apa ada kemajuan.. "

"..."

Seketika ucapan seseorang ditelpon membuat mata Arkhan terbelalak dan kaget tentunya. Yah, jawaban atas doa doanya sekarang kini terjawab.  Lubna nya,  ia tahu Dimana Lubna nya sekarang. Senyum terbit dari bibirnya dan air mata menetes di pelupuk matanya.

"Nyonya selama ini berada di Palestina dan esok tepat di hari jumat, rombongan sukarelawan akan pulang ke tanah air. Begitupun Nyonya. "

Akhirnya setelah penantiannya, ia akan bertemu lagi dengan Humairahnya..

***

"akhirnya besok kita pulang Lubna.. " ujar Ummul dengan semangat. Lubna pun hanya tersenyum mendengar sahabatnya itu tersenang dan sesekali mengelus perutnya yang sudah membuncit.

"Hey jagoannya Lubna, sebentar lagi kita akan pulang. Kamu tahan yah sebentar saja." ucap ummul sembari ikut mengelus perut Lubna.

Saat ini kondisi di Palestina sungguh berbahaya. Akhir akhir ini, banyak warga Palestina yang meninggal akibat tentara Israel yang semakin gentar menjajah mereka. Bahkan Lubna saat ini bersembunyi disebuah tenda kecil karena fisiknya yang sekarang lagi  hamil tua tidak mungkin lagi ikut membantu pasien.

Ummul saat ini bertugas untuk menjaga Lubna, karena besok rombongan mereka akan pulang. Lubna pun awalnya dilarang untuk naik pesawat karena kondisi nya yang hamil namun ia memilih untuk tetap pulang daripada harus membahayakan janinnya disini.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang