6. Berniqab?

2.3K 163 3
                                    

"Allah akan bersama mu, bersama orang-orang yang sabar"

Khadijah

***

Hari ini kedua orang tua arkhan datang ke pondok setelah kemarin meminta izin kepada mereka untuk membicarakan pernikahan.

Terlihat dari raut wajah arkhan yang cerah ketika sampai di pondok. Ia benar-benar tidak sabar bertemu calon makmumnya.

Ketiganya kemudian disambut oleh ustad yang tak lain adalah abi syifa serta kaffah disampingnya.

Setelah bincang-bincang sediKit menyakan bagaimana perjalanan mereka sampai sini. Akhirnya abi mempersilahkan arkhan beserta kedua orang tuanya masuk ke kediamannya.

Di pesantren ini, memang terdiri dari 3 pondok dimana satu pondok putra, satu pondok putri dan satunya kediaman abi Yang berada di samping pondok putra.

Awalnya syifa juga tinggal disini, namun setelah ia beranjak dewasa ia kemudian memutuskan untuk tinggal di pondok putri karena tidak enak dengan santri putra, walaupun begitu syifa selalu menjenguk abinya.

"silahkan duduk pak bu" ucap abi mempersilahkan. "syifa sini nak, sudah ada arkhan." panggil abinya.

Yah syifa memang dari tadi sudah berada di rumahnya ini untuk menyambut kedatangan calon mertuanya.

"iya abi" syifa keluar untuk menemui tamunya. Namun tak sendiri, ternyata ada lubna di belakangnya.

"lubna kamu kok disini?" tanya kaffah heran.

Melihat lubna yang sepertinya tidak tahu harus menjawab apa, syifa kemudian menjelaskannya kepada kaffah.

"syifa tadi yang suruh lubna ikut, biar ada yang bantu masak. Soalnya mba hadijah lagi ngajar disebelah." ucap syifa. Khadijah adalah salah satu tenaga pengajar di pesantren ini.

Abi dan umi arkhan yang sedari tadi penasaran akan sesosok wanita yang baru mereka lihat ini akhirnya membuka suara. " siapa dia kaffah?" tanya abi arkhan

"ohiya bi, dia adik saya lubna humairah al-kathiri. Saya mengajaknya kesini untuk belajar juga."

Abi dan umi arkhan tersenyum tak terkecuali arkhan yang entah kenapa menampilkan senyum manisnya yang membuat lubna seketika tersipu.

"umi tidak pernah tahu, kamu memiliki adik secantik ini." ucap umi arkhan.

Kaffah memang memanggil abi dan umi arkhan dengan sebutan yang sama seperti arkhan. Karena dulu ketika mereka masih menempuh pendidikan. Arkhan selalu mengajak kaffah ke rumahnya yang membuat kaffah akhirnya akrab dengan kedua orang tua arkhan.

Lubna tersenyum mendengar pujian itu. "terima kasih, namun itu membuat saya malu tante" jawab lubna.

Seketika membuat semua orang yang berada disitu tertawa melihat ekspresi malu-malu lubna.

"hahaha saya tidak bermaksud membuat mu malu, tapi juju kamu sangat cantik. Ohiya panggil saya dengan sebutan umi. Kaffah adalah kakakmu berarti kamu juga sudah kami anggap sebagai anak. Terlebih lagi kamu juga adalah teman syifa. Calon menantu kami"

Deg...

Deg...

Selalu seperti ini, bahagia sesaat. Itulah yang dirasakan lubna. Ia hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan dari umi arkhan.

Syifa yang memang diam-diam mengetahui nya hanya menatap iba kepada lubna. Dalam dirinya ia merasa tidak enak namun di lain sisi ini juga bukan kesalahannya.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang