32. akhir yang menyedihkan

2.4K 156 9
                                    

"Hal yang paling menyedihkan untuk ditatap di dunia ini adalah perempuan yang sedang patah hatinya"

***


Dua hari berlalu, tepat hari ini syifa akan keluar dari rumah sakit.

"apa sudah tidak apa-apa? " tanya arkhan pada syifa.

"iya sudah. "

"baiklah kita pulang. "

Syifa mengangguk lalu arkhan mendorong kursi roda syifa ke mobil. Syifa pun senantiasa menggandeng tangan abinya yang ikut berjalan tepat disampingnya. "abi nginap yah dirumah. Syifa masih kangen abi. " ucap syifa.

"iya nak abi nginap"

Syifa pun tersenyum mendengar ucapan abinya.

***

Sesampainya dirumah mereka pun memberi salam sebelum masuk rumah.

"assalamualaikum "

"waalaikumsalam" ucap abi umi dan lubna yang memang menunggu kehadiran mereka.

Lubna pada saat itu ingin mengambil tangan suaminya untuk dicium seketika harus mengurungkannya karena terlihat arkhan yang dengan cepat meraih tangan syifa untuk digenggamnya.

Dan hal itu tidak luput dari penglihatan abi dan umi arkhan.

"masuklah" ucap abi arkhan. Mereka pun masuk.

"untuk saat ini kamarmu di kamar bawah yah, aku takut kamu capek untuk naik turun tangga. " ucap arkhan pada syifa yang dibalas dengan anggukan oleh syifa.

"lubna siapkan peralatan mandi suamimu, dia pasti capek" ucap abinya arkhan.

"baik a-"

"tidak perlu" potong arkhan "aku akan mandi di kamar bawah" ucap arkhan kemudian berlalu sambil mendorong kursi syifa menuju kamarnya.

Lubna pun hanya menghela napasnya atas perlakuan suaminya kepadanya.

"yang sabar yah nak" ucap uminya arkhan menenangkan. Lubna pun hanya bisa mengangguk sambil mengelus punggung tangan mertuanya.

***

Malam harinya lubna menunggu arkhan di kamarnya, ia berharap jika arkhan akan masuk dan menemani nya untuk malam ini.

Ia sangat merindukan suaminya, selama hamil lubna belum pernah merasakan ngidam yang biasanya akan ada suami yang mendampingi.

Tak berselang lama suara pintu menyadarkan lubna. Terlihat dari balik pintu arkhan masuk menuju lemari pakaiannya.

"mas" tidak ada jawaban dari arkhan.

"ada yang pengen lubna sampaikan... " ujar lubna lagi.

Sekali lagi tidak ada jawaban dari arkhan. Akhirnya lubna memberanikan diri untuk menyentuh pundak arkhan.

"mas-"

"jangan sentuh saya lubna. " bentak arkhan menepis tangan lubna.

"mas, lubna hanya--" lubna sungguh takut melihat perubahan arkhan saat ini, ia bukan lagi arkhan yang romantis seperti dahulu melainkan arkhan yang selalu menatapnya tajam.

"bisakah kamu tidak membuat pusing mas untuk satu hari saja?  Mas capek baru pulang. Mas ingin istirahat. " ucap arkhan lalu ingin beranjak dari tempatnya. Namun, ucapan lubna seketika membuat arkhan membeku di tempatnya.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang