9. permintaan syifa

2.2K 163 3
                                    

2 hari sejak syifa masuk rumah sakit, lubna dengan setia masih menemaninya. Ia tidak pernah meninggalkan syifa, sesekali abi dan kaffah pulang ke pondok untuk memantau keadaan disana dan Lubna hanya menitipkan pakaian kepada kaffah.

2 hari juga arkhan dengan setia menemani Syifa, namun bukan berarti ketika malam mereka satu ruangan. Arkhan memilih beristirahat di kursi tunggu depan untuk menjaga 2 wanita didalamnya.

Dalam 2 hari juga Syifa sudah membuka matanya, namun itu hanya sekedar membuka tanpa mengatakan apa-apa. Ia lebih betah di alam mimpinya daripada alam sadarnya.

Seperti saat ini, Syifa masih setia dalam tidurnya. Disampingnya ada lubna yang tidak putusnya melantunkan ayat sucinya. Ia berharap agar syifa bangun dan kembali bercanda dengannya.

Saat ini memang Lubna hanya berdua dengan syifa. abinya syifa, dan kaffah sedang dalam perjalanan menuju kemari dari pondok, sedangkan arkhan saat ini ada dirumahnya untuk istirahat atas paksaan dari Lubna.

Yah Lubna kasian dengan arkhan yang hampir 2 malam ini terus-terusan tidur di kursi Yang akan membuat badannya pegal-pegal.

"Nggh" erangan terdengar yang seketika membuat lubna menghentikan bacaannya. Dilihatnya syifa yang perlahan-lahan membuka matanya.

"alhamdulillah, kak syifa udah sadar?" tanya lubna.

Syifa hanya mengangguk dan menggerakkan mulutnya seperti membutuhkan sesuatu.

"kak syifa mau minum?" yang dibalas anggukan syifa.

Lubna dengan telaten membantu syifa minum seraya melepaskan alat bantu oksigen dari mulut syifa.

Setelah selesai, Lubna kembali duduk seraya menggengam tangan syifa. Ia hanya diam tanpa berkata, tetapi senyumanya tidak pernah luntur dari bibir lubna.

Ia sungguh senang melihat Syifa membuka matanya agak lama dari biasanya.

Namun tidak lama setelah itu, lubna mendapatkan syifa yang mengeluarkan air matanya.
"kenapa kak?, ada yang sakit?" tanya lubna kalut. Ia akan memencet tombol darurat di dekat ranjang sebelum tangan syifa menghentikannya.

Syifa menggeleng kepada Lubna tanda ia baik-baik saja.

"kak syifa Perlu sesuatu? Coba tanya Lubna."

Dan saat itu Lubna melihat bibir syifa bergerak mengucapkan sesuatu yang jelas lubna tahu apa itu.
"maaf" ucap syifa tanpa suara yang keluar. Air matanya terus mengalir walau tidak ada isakan terdengar dari dalam mulutnya.

"maaf untuk apa kak? Kak syifa gak pernah buat salah sama Lubna." dan sekali lagi syifa hanya menggelengkan kepalanya. "ka--"

Tiba-tiba ucapan lubna  terpotong mendengar suara pintu terbuka. Ia pun seketika menoleh dan mendapati arkhan dengan tampilan yang lebih rapi daripada sebelumnya.

"syifa..." ucap arkhan terkejut. Syifanya sudah sadar.
Ia lalu menghampiri syifa tanpa menyentuh syifa sedikitpun.

"bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit? Katakan padaku." ucap arkhan dengan nada cemasnya sekaligus raut wajah gembiranya melihat syifa bangun dari tidurnya.

Dan sama seperti tadi, syifa membalasnya dengan gelengan kepala seakan-akan untuk berbicara pun ia tidak bisa mengingat dirinya masih terlalu lemah.

Ia lalu beralih menatap lubna yang berada disamping kanannya, sambil berkata sesuatu yang mungkin semua orang tidak bisa mendengarnya.

Lubna pun mendekatkan telinganya di bibir syifa. Dan seketika suara itu terdengar, lubna seakan disadarkan dengan takdir yang seperti mempermainkannya saat ini.

"ku berikan arkhan untukmu Lubna, jaga dia kumohon" ucap syifa dengan suara bergetar seperti menahan tangis yang akan tumpah saat itu juga.

Lubna saat itu juga ingin menangis sekencang-kencangnya. Entah takdir apa yang digariskan Allah kepadanya, apakah ini jawaban atas doa-doanya selama ini.

"aku tahu kamu mencintainya, dan aku ikhlas untuk itu Lubna." ucapnya lagi terbata-bata.

Arkhan yang saat itu masih berada di samping syifa melihat dengan jelas kedua wanita dihadapannya. Namun ia tidak bisa mendengar apa yang syifa katakan kepada Lubna. Yang jelas, ada hal yang tidak beres melihat Lubna tiba-tiba meneteskan air matanya.

Mereka kemudian menoleh disaat dirasanya ada yang memasuki ruangan, dan itu adalah Abi dan kaffah.

"alhamdulillah nak kamu sudah siuman?" tanya Abinya syifa mendekat dan mencium puncak kepala anaknya itu.

Syifa yang mendapat perlakuan itu pastilah senang, ia sangat merindukan abinya ini.
Sedangkan kaffah yang sejak awal masuk tadi lebih memfokuskan penglihatannya kepada adiknya Lubna.

"kenapa?" tanya kaffah, dan itu tidak luput dari penglihatan arkhan.

Lubna sendiri masih merasa linglung dan tidak menjawab pertanyaan kaffah. Ia merasa kata-kata syifa seakan terputar terus dipikirannya.

Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran syifa saat ini, dan lagi bagaimana syifa tahu jika ia mencintai arkhan? Sungguh ia merasa tidak percaya.

Ditengah kelingluannya ia dikagetkan dengan tangan yang menggengam tangannya, lalu lubna menunduk melihat syifa yang menggengamnya.

"kumohon lubna, kabulkan permintaanku." ucap Syifa dengan suara yang Agak lebih besar walaupun masih membutuhkan kemampuan untuk mengatakannya.

"ada apa ini syifa, permintaan apa yang kamu berikan kepada Lubna?" tanya arkhan yang sedari tadi penasaran dengan bisikan syifa kepada Lubna.

Ia merasa ini adalah sesuatu yang salah yang membuat lubna meneteskan air matanya dan berakhir dengan tatapan kosong.

Syifa menoleh kepada Arkhan lalu menolehkan lagi kepalanya menatap abinya dan kaffah seraya tersenyum tulus dan beralih kembali menghadap arkhan yang sedari tadi menunggu jawaban syifa.

"menikahlah dengan Lubna kak"

Degg....

***

Hohoy si syifa ada ada aja yah...
Ternyata jawaban dari doa nya lubna melalui syifa yah.

Heheh tetap tunggu yah kelanjutannya. Makasih tetap setia baca.

Loppyu💕

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang