27. dimiliki 2 hati

2.2K 149 2
                                    

"kadang urusan mencintai menutup mata hatimu dari melihat mana seseorang yang pantas dan tidak untuk kau perjuangkan.
Kadang juga mencintai membendung batinmu dari merasakan mana yang patut dan tidak untuk diharapkan. Hingga Allah membuka jalan bagimu ketika kau tadahkan kedua tanganmu atas jiwamu yang berserah. "

Dikutip dalam buku untuk seseorang yang tertulis di lauhul mahfudz

***

"ini kamar kakak, aku sudah menghiasnya dengan cantik ditambah bunga mawar di sekelilingnya.  Lubna tahu kakak suka bunga mawar. " ucap lubna.

Ijab kabul telah selesai,  para keluarga pun semua sudah pulang.  Hanya abi syifa dan orang tua arkhan dan lubna yang masih tinggal. Dan kaffah memilih untuk langsung pulang ke makassar hari itu juga.

"terima kasih lubna. " ucap syifa.

"sama sama kak.  Kalau gitu lubna permisi yah,  kalau ada apa-apa panggil lubna saja. " ucap lubna "assala-"

"lubna... " panggil syifa.

"kenapa kak?"

"apa kakak boleh meminta   tidak terhitung sudah berapa kali syifa meminta tolong pada lubna.  Namun itu tidak dipermasalahkannya,  bukankah itu memang kewajiban seorang muslim untuk saling tolong menolong?....

"bolehkah mas arkhan tidur dengan kakak nanti malam lubna?" ucap syifa.  Yang kembali menyadarkan lubna bahwa arkhan bukan lagi miliknya seorang.

"ta.. Tapi jika kamu tidak mengizinkan  kak--"
"bukankah itu sudah hak Seorang istri untuk  tidur bersama suaminya?,  kenapa harus minta izin kak? " ucap lubna berusaha tegar.

"kakak hanya... "

"ketika lubna mengizinkan mas arkhan untuk menikahi kakak, berarti seterusnya lubna sudah ridho jika perhatian mas arkhan akan terbagi dua. Lubna tidak ingin  hanya karena ego lubna,  mas arkhan masuk neraka karena tidak berlaku adil pada istrinya.  Untuk itu,  lubna ikhlas. " ucap lubna tersenyum pada syifa.

Hal itu membuat syifa tertegun melihat betapa hebatnya wanita yang ada dihadapannya ini. Demi allah,  ini pertama kalinya ia bertemu langsung sosok wanita setabah lubna.

Tanpa mereka sadari,  dibalik dinding pembatas ada seseorang yang sedari tadi mendengar percakapan mereka. Orang itu tertegun mendengar penuturan lubna yang lemah lembut dan dewasa.

Ia sangat menyesal telah ikut andil dalam drama ini demi kebahagiaan anaknya yang sangat ia ketahui bahwa jalan ini membuatnya sangat berdosa.

"bukankah menantuku sungguh hebat?" ucap seseorang yang berada dibelakang abinya syifa.  Yah,  sedari tadi abinya syifa lah yang mendengar pembicaraan syifa dan lubna. Beliau tidak bermaksud menguping namun ia kebetulan lewat dan tidak sengaja mendengar ucapan bijaksana yang kelur dari mulut lubna.

"dia masih bisa tersenyum disaat suaminya menikah lagi, bahkan saya menjamin jika uminya arkhan yang berada di tempat lubna sekarang ia pasti hancur.  Namun menantuku?, entah terbuat dari apa hatinya sehingga ia bisa menerimanya dengan ikhlas." ucap abinya arkhan menatap lurus kearah lubna sedangkan abinya syifa menatap abinya arkhan dengan pandangan menyesal.

"saya merasa kasihan dengan takdir yang mempermainkan menantuku, disaat ia mendapatkan kebahagiaan karena keinginan seseorang ia juga harus menanggung penderitaan karena kemauan seseorang yang sama. Tapi saya percaya Allah menciptakan skenario yang baik untuk lubna walaupun ia harus menerima cobaan terlebih dahulu. "

"ini bukan kesalahan syifa,  dia sakit dan ia juga tidak ingin hal ini terjadi. " bantah abinya syifa cepat.

"yah saya tidak menyalahkan siapapun. " ucap abinya arkhan tenang. "tapi saya hanya ingin melihat menantuku bahagia. Tanpa harus berpura pura menyembunyikan air matanya. Saja juga menjamin, anda tidak ingin syifa berada di posisi itu. " ucap abinya arkhan lalu berlalu meninggalkan abinya syifa yang tertegun mencerna kata kata yang dilontarkan abinya arkhan.

Saja juga menjamin, anda tidak ingin syifa berada di posisi itu.

Memang betul,  tidak ada orang tua yang bisa tahan melihat anaknya berada di posisi yang sama dengan lubna.

Karena ke egoisannya membahagiakan putrinya ia tidak berpikir jika anak seseorang juga terampas kebahagiaannya.

"maafkan hamba mu ini ya Allah. "

***

Makan malam berlangsung, dan pertama kalinya semua keluarga berkumpul dalam satu meja makan.  Ditambah ada anggota baru dalam keluarga.

Makan malam berlangsung dengan suasana canggung tanpa ada sepatah katapun keluar.
Orang tua arkhan dengan kecanggungannya dan ketidak enakannya kepada orang tua lubna,  abi syifa dan syifa yang masih canggung berada di dua keluarga ini sedangkan orang tua lubna yang masih memikirkan kebahagiaan anaknya.

Melihat hal itu arkhan berdehem bermaksud mencairkan suasana.

"mas--" ucapan lubna terpotong kala syifa langsung menyodorkan air ke arah arkhan.

"mas tidak apa apa,  diminum dulu mas" ucap syifa.  Yang seketika membuat sekeluarga menatap mereka.

Arkhan menerima air tersebut dan meminumnya sambil melirik ke arah lubna yang menunduk memainkan sendoknya.  Bermaksud ingin mencairkan suasana namun yang terjadi malah semakin canggung.

Abi dan uminya lubna yang melihat lubna saat ini terasa teriris hatinya melihat anaknya seperti menahan sesuatu yang mungkin menyakitkan.

"lubna" panggil uminya sambil menggengam tangan lubna. "nanti malam, tidur sama umi yah, abimu ada urusan diluar."

"abi emang gak nginap?" tanya lubna.

"abi nginap kok nak,  cuman kayaknya pulang larut. Abi perginya sama abinya arkhan juga jadi untuk masalah tidur bisa pake karpet nanti di ruang tamu. " ucap abinya lubna.

"saya juga yah mbak kita bertiga di kamar. Gak enak tidur sendirian hehe.  Nanti kalau gak muat ranjangnya kita ambil kasur kebetulan ada di mobil. " ucap uminya arkhan.

Arkhan yang mendengarnya hanya menggengam erat garpu dan sendoknya.  Ia kemudian menghela napas dan beristigfar kemudian mendongakkan wajahnya.

"bukankah ada hal yang harus kamu berikan humairah?  Aku menagih janji mu tadi pagi. " ucap arkhan bermaksud agar lubna nya tetap tidur bersamanya.

"lubna-- " lubna melirik syifa yang hanya menatapnya kosong.

"mas arkhan" panggil syifa seraya mengalihkan pandangannya ke arah arkhan. "bisakah mas malam ini menemaniku tidur?, lubna bersama umi dan syifa sendiri. Syifa ingin merasakan tahajjud pertama syifa dengan mas" ucap syifa seraya menggengam tangan arkhan.

Sungguh arkhan sangat tidak enak disaat saat seperti ini. Ia ingin humairahnya namun ia tidak bisa menghiraukan permintaan syifa yang notabennya adalah istrinya. Ia Harus berlaku adil, baik syifa maupun lubna adalah istrinya ia tidak boleh membeda bedakan keduanya.

"baiklah, malam ini mas tidur dengan mu"

Dan tentu saja ada hati yang harus tersakiti walaupun hati itu mencoba untuk ikhlas.

***

Maaf up nya pendek. Ini hasil pikiranku saat terbagi dengan fokus ujian.

Tapi setidaknya aku nepatin janji kan buat up walaupun lambat:v

Makasih buat yang masih setia dengan cerita aku

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang