PROLOG

27.3K 555 27
                                    

"Tap, tap, tap..."

Suara sepatuku beradu dengan lantai sembari menyusuri lorong menuju Ruangan Dosen Aplikasi Nuklir di kampus ini.

Keketuk pintu berwarna silver dari metal yang bertuliskan nama Yukito Hamada, Phd di atas pintu tersebut.

"Excuse me, Miss. (Permisi, Bu)". Sahutku dengan membawa berkas laporan Ilmiahku.

"Oh come in and please have a seat, Zani. (Oh masuk dan silahkan duduk, Zani)". Ujar Dosenku yang akrab dipanggil Miss Yu. Lalu, akupun duduk berhadapan dengannya.

"Uhm, Adam said that you call me to come into your room ? (Uhm, kata Adam ibu panggil saya untuk datang ke ruangan ibu ?)." Ujarku mengingat ketika Adam, teman kelas Anatomi dan Fisiologi lanjutan, menyuruhku untuk ke ruangan Miss Yu

"Oh I almost forgot. Here. Read this report message. (Oh saya hampir lupa. Ini. Baca laporan ini)". Beliau menyodorkanku sebuah Map berwarna biru. Mataku terkunci pada tulisan 'Dokumen Negara' yang ada di sampul depan dokumen tersebut.

"Hah ? Dokumen dari Indonesia ?". Batinku terkaget. Apakah aku melakukan kesalahan di negeri ini ? Aku baca dengan seksama dokumen tersebut.

"Your government sent us this. It said that you have to come back to Indonesia for some reason. (Pemerintahmu telah mengirimkan ini pada kami. Dikatakan bahwa kamu harus kembali ke Indonesia karena beberapa alasan)". Ucapan beliau memecah fokusku dan benar saja, pemerintah Indonesia memintaku untuk pulang lalu melanjutkan pendidikanku di kota Malang tapi tetap dalam naungan LPDP. Namun, tidak disebutkan Alasan mengapa mereka menyuruhku pulang ke sana.

"Did I make any mistake in my academic history, Miss ? (Apakah aku telah membuat suatu kesalahan di riwayat akademik ku, Bu ?)". Ujarku khawatir dengan keadaan ku sekarang.

"What are you talking about, Zani. You're my best student and everyone know that. Remember when you help several of our campus project ? You did it good. As you can see, your scholarship isn't taken down, right ? (Kamu bicara apa sih, Zani. Kamu itu murid terbaik ku dan semua orang tahu itu. Ingat ketika kamu menolong beberapa proyek kampus kita ? Kamu telah melakukannya dengan baik. Seperti yang kamu lihat, beasiswamu tidak diambil, kan ?)"

Aku menjawab pertanyaannya dengan anggukan kepala. Walaupun demikian, hatiku tetap bertanya-tanya akan alasan mengapa aku dipindahkan secara mendadak seperti ini.

"Are you okay, Zani ? (Apakah kamu baik-baik saja, Zani ?)". Ujarnya memecah lamunanku.

"Sure... Sure... I'm doing good, Miss. So, when should I leave this campus ? (Tentu... Tentu... Aku baik-baik saja, Bu. Jadi, kapan seharusnya aku pergi dari kampus ini ?)"

"Tomorrow. Don't worry, Zani. I'll take care of all your moving documents. (Besok. Jangan khawatir, Zani. Aku akan urus semua berkas perpindahanmu)."

"Thank you so much for all of your help during my study in here, Miss Yuki. (Terima kasih banyak atas semua bantuanmu selama masa studiku di sini, Bu Yuki)."

"My pleasure, Zani. I think it would be a better idea if you prepare for tomorrow. It's going to be a long flight. (Dengan senang hati, Zani. Aku pikir akan lebih baik jika kamu bersiap untuk besok. Besok akan menjadi penerbangan yang panjang)" Ujarnya sembari melempar senyum manisnya padaku.

"Absolutely, Miss. Okay, I'll do it. Once again, thank you for your help, Miss. (Tentu saja, Bu. Ok, aku akan melakukannya. Sekali lagi, terima kasih atas bantuanmu, Bu)".

Dia hanya menggangguk masih dengan senyuman manisnya. Akupun menjabat tangannya sebagai tanda perpisahan dan Izin keluar ruangan.

Ya, di sinilah aku belajar. Kota Zurich menjadi saksi bisu perjuanganku dalam meraih gelar masterku. Aku adalah mahasiswa paling beruntung karena berhasil menembus ETH Zurich di jurusan Nuclear Medical Exploration. Tentunya aku mendapatkan beasiswa LPDP dari pemerintah. Perawakanku masih seperti anak SMA, karena aku masih berumur 18 tahun di tahun ini.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang