Ketahuan

3.7K 212 5
                                    

Hola, Amigos !
Semoga masih suka dengan ceritaku ya ^_^

Happy Reading ...

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

*Sudut Pandang Zani*

Saat ini aku tengah berada di mobil menuju tempat penelitianku, tentunya dengan Pak Rafli di bangku kemudi. Awalnya Pak Rafli heran mengapa aku menyuruh mengantarnya ke Gedung ini. Tapi dengan cepat aku menjelaskan bagaimana aku bisa di sini. Konyol ya aku ? Pacarku saja belum mengetahui tentang ini tapi Pak Rafli sudah tahu. Aku juga banyak bertanya dengan Pak Rafli tentang Mas Daffa.

Dimulai dari hal sederhana sampai tentang pekerjaan yang dijalani Mas Daffa. Ya karena dia kan sudah menjadi sesuatu di dalam hidupku. Aku perlu tahu lebih detail tentang dia.

"Nanti berhenti di gerbang depan saja, Pak". Aku memberi tahu Pak Rafli. Aku tidak mau Pak Rafli mengikutiku sampai ke kantor karena gedung ini terbuka untuk umum hanya pada lantai 1 dan 1B. Sisanya, hanya karyawan dan orang tertentu saja yang memiliki akses untuk ke lantai lainnya.
"Maaf. Tapi perintah Pak Daffa, saya diharuskan mengawal kamu sampai dia kembali.".

"Tapi, Pak. Gedung ini bukan untuk um-..."

"...-Saya bisa mengatasinya. Kamu tenang saja". Potong Pak Rafli terhadap ucapanku dengan senyumannya.

Hmm... Aku jadi curiga. Se-powerful itukah tempat dimana Mas Daffa bekerja. Apa dia benar-benar bisa masuk ke gedung ini dengan kekuasaannya ?

Kamipun sampai di parkiran. Tempat parkiran khusus untuk para karyawan. Aku berjalan masuk ke dalam gedung. Pada saat memasuki second lobby, kami diharuskan menunjukan identitas karyawan dan otentikasi data biometrik pada bagian keamanan untuk dapat mengakses third lobby yang mana terdapat elevator untuk menuju lantai lainnya.

"Identitas anda, Pak ?". Ujar penjaga itu menanyakan Kartu ID pekerja pada Pak Rafli.

Tetapi dengan mudahnya Pak Rafli merogoh kantung celananya dan menunjukan benda persegi yang terbuat dari kulit berwarna hitam itu. Kulihat ada lencana berwarna emas.

"Saya ditugaskan untuk mengawal adik ini". Dia mengarahkan pandangannya kepadaku.

"Silahkan, Pak. Maaf membuat anda menunggu". Holly molly ! Petugas keamanan itu langsung mengizinkan Pak Rafli mengikutiku.

"Gila. Kayaknya Mas Daffa bukan bekerja di lembaga yang ecek-ecek deh.". Batinku mengilhami kejadian tadi.

Aku dan Pak Ramli sedang menunggu elevator untuk naik ke lantai aku melakukan penelitian. Elevator ternyata kosong dan tak ada orang lain yang berada dalam antrian kami. Jadi elevator saat ini hanya membawa dua orang, yaitu aku dan Pak Rafli. Aku menekan tombol lantai dan tutup pintu.

"Pak". Ujarku memecah keheningan.

"Ya ?".

"Sebenarnya... Mas Daffa dan Pak Ramli itu kerja di instansi yang sama kan ?". Dia mengangguk.

"Berarti, bapak bisa jelasin apa itu sebenarnya instansi 'The Guardian of Indonesia' ?". Ujarku menyelidik. Dia tersenyum setalah mendengar pertanyaanku.

"Kami badan khusus dan rahasia. Tugas kami memberantas kejahatan kelas kakap, seperti teroris. Bahkan kami juga sebagai lembaga mata-mata rahasia." Dia tersenyum ke arahku.

"Jika badan tersebut rahasia, kenapa badan tersebut memiliki gedung yg sangat mencolok ? Bukankah itu jadi magnet para penjahat untuk balas dendam ?". Ujarku heran.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang