Kehangatan : Jilid 2 (17+)

4.5K 139 12
                                    

Hola, Amigos...
Ketemu lagi sama Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan Jaga Kesehatan ya.

Semoga kalian masih suka dengan Zani x Daffa ya :)
Happy Reading, Amigos...

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡


*Sudut Pandang Daffa*

.

"Ini rumah siapa, Mas ? Bagus banget tahu...". Ucapnya terkagum.

"Ini rumah Mas, Sayang.". Bisikku pada telinganya dengan lembut.

"Hah ?". Sudah aku prediksi bahwa dia akan memperlihatkan ekspresi kagetnya itu.

"Iya, Sayang. Sebenarnya rumah Mas di sini. Bukan di sana.". Wajah dia masih bingung seperti meminta penjelasan kepadaku. Dia manis sekali jika berekspresi seperti itu.

"Mulai sekarang, kamu akan tinggal di sini sampai kapanpun. Mas gak mau kecolongan dalam mengawasimu lagi. Saat itu, Mas hampir kehilangan kamu...". Aku menatap sendu wajah yang kini menatapku dengan teduh. Aku menempelkan keningku padanya, lalu hidung kami saling beradu napas yang terasa hangat di filtrum kami masing-masing.

"Apakah aku sebeharga itu bagimu, Mas ?". Mata kami benar-benar hanya berjarak beberapa milimeter sekarang. Tanganku mulai mengangkat dia dan meletakkannya di atas pangkuanku.

"Kamu lebih beharga dibanding nyawaku sekalipun, Sayang...". Dia tersenyum padaku. Hal itu membuatku juga menjadi senang karenanya.

"Mas ?". Ujarnya.

"Ya ?". Jawabku.

"Kenapa Mas gak memberi tahuku tentang rumah Mas ? Dan siapa Mas sebenarnya ?". Sepertinya aku harus mengatakan seluruh rahasiaku padanya kali ini. Hubungan kami akan beranjak ke jenjang yang lebih serius, jadi aku tidak akan menghiasinya dengan dusta yang manis. Lebih baik, aku berkata yang sebenarnya padanya.

Dengan penuh pengertian, aku menjelaskan bahwa akulah yang membawanya kembali ke Indonesia karena aku takut jika dia kenapa-kenapa. Aku juga menjelaskan semuanya tentang apa yang sebelumnya yang dia tidak ketahui. Masalah dia mengerti atau menerima alasanku tersebut adalah urusan belakangan.

"Kamu gak marah kan, Sayang ?". Ujarku saat melihat dia yang diam saja saat aku menceritakan seluruh kejadian padanya dan rahasiaku yang hanya aku dan Tuhan saja yang tahu.

"Bagaimana aku bisa marah dengan lelaki yang sudah memberikan segalanya untukku ?". Dia mengucapkan kalimat itu dengan jelas dan senyuman yang terukir di bibirnya.

"...Bahkan, lelaki itu rela menyerahkan nyawanya hanya untukku. Pantaskah aku marah karena dia ingin melindungiku ?". Tangan dia meraih pundakku yang besar itu. Dia mendaratkan bibirnya di pipiku dengan lembut.

"Terima kasih sudah mengerti lelakimu yang egois ini, Sayang.". Aku merasa bahagia karena dia mau menerima alasanku untuk melindunginya. Aku membalas ciumannya itu dengan hal yang sama.

Tapi, tangan dia memulai meraba rambutku yang acak-acakkan ini, lalu turun di tengkukku. Dia menarik tengkukku lalu memberikan bibirku sebuah ciuman yang sangat hangat dan mesra. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku dan melakukan tarian di dalam. Aku juga tidak ingin kalah dalam menarikan lidahku di dalam lidahnya itu. Jadi, aku mengimbangi permainan dia yang aku akui benar-benar ahli. Bibir kami saling berpagutan sehingga air liur kami sampai berceran ke bajuku.


.


Tuingggggg...


.




Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang