Sehari Bersama

2.3K 118 2
                                    

Hola, Amigos...
Ketemu lagi bareng Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan pakai masker serta rajin cuci tangan ya :)

Semoga masih suka dengan cerita gak jelas ini.
Happy Reading, Amigos...

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡


*Sudut Pandang Zani*

Aku membuka mataku perlahan. Sepasang mataku langsung dihadapkan wajah gagah seorang lelaki yang aku cintai namun Ia masih tertidur dalam mimpinya. Saat dia tidur seperti ini, wajah tegasnya benar-benar sangat terasa. Tanganku memegang sekitar area rahang bawahnya yang tegas. Aku merasakan rambut-rambut kecil yang sudah tumbuh.

"Aku kan udah minta cukur tadi...". Aku tersenyum melihat dia yang seperti ini. Tangan besarnya berada di pinggangku. Perlahan, aku pindahkan tangannya agar aku bisa bangun dari tempat tidur.

"Hhmmmm...". Dia berganti posisi menjadi membelakangiku. Terpampang sangat jelas otot punggung yang sangat kekar itu. Aku berhasil bangun dari tempat tidur ini dengan mulus tanpa membangunkannya.

Aku baru menyadari jika kamar ini luas dan bagus sekali. Kasur itu pun benar-benar sangat empuk. Berbeda dengan kasur yang pernah Ia tiduri sebelumnya. Lantai rumah ini juga semuanya terbuat dari marmer yang indah. Cat putih yang penuh akan dekorasi yang cantik dan indah.

Perabotan di kamar ini hampir sama dengan kamar lainnya. Tapi yang menjadi pusat perhatianku adalah foto yang dipajang Mas Daffa di dinding kamarnya ini. Mas Daffa adalah orang yang suka berpetualang. Banyak foto dia dan timnya tengah berada di gunung, dan objek natural lainnya yang indah.

"Ayah ...". Aku menghampiri foto yang dibingkai di meja itu. Foto itu menampakkan ayahku dan Mas Daffa sedang berfoto sembari merangkul satu sama lain dengan latar belakang menara Eiffel. Wajah mereka terlihat sangat ceria. Aku jadi sedih lagi jika mengingat pasal ayahku.

"Wah... Mau jam 6. Aku mau masak dulu buat Mas Daffa lah.". Aku memutuskan untuk mencari dapur di rumah ini dan melakukan kegiatan masak-masak untuk sarapan serta makanan kami nanti. Rumah Mas Daffa ini tak layak disebut rumah melainkan istana. Aku sempat memutari lantai dua rumah ini. Ada banyak sekali ruangan dan pintu. Tapi yang jelas dapur tidak ada di lantai ini.

Terpaksa aku turun ke lantai satu rumah ini dengan tangga yang sangat besar dan bagus. Tangga model ini mengingatkanku pada film-film yang berlatar belakang kerajaan. Dengan sekejap saja, aku langsung menemukan dapur yang terhubung dengan ruang makan rumah ini.

"Wow... Ini dapur bagus banget...". Ucapku kagum pada seluruh isi perabotan yang ada di rumah ini. Jujur, aku tidak menyangka jika seorang Daffa Firdaus memiliki rumah yang besar, indah, dan mewah seperti ini. Aku kira Mas Daffa beneran ngontrak di kost-an bersama ku ternyata rumah itu juga telah dibeli olehnya dan memperdaya dosenku yang mengutus kepindahanku ke Indonesia. Aku sangat senang jika Mas Daffa selama ini menyangiku dan menjagaku tapi disisi lain apakah iya aku harus berada dipengawasannya selama 24 Jam penuh ? Apalagi dengan kejadian kemarin, aku jadi tidak yakin jika Mas Daffa akan menyetujui kenaikan jabatanku di perusahaan itu. Ya, tempat dimana dia hampir kehilangan setengah dari nyawanya, tutur Mas Daffa. Sepertinya aku harus merahasiakan kenaikan jabatanku padanya. Maaf ya, Mas.

"Masak apaan ya ?". Ujarku melihat isi kulkas Mas Daffa yang besar ini. Kulkas ini terisi penuh oleh bahan makanan, saking penuhnya sampai bingung harus masak apa. Hehehe...

"Masa nasi goreng lagi ?...". Ujarku saat melihat alat penanak nasi yang sudah terdapat nasi itu. Aku menggeleng.

"Gak ah. Keracunan nasi goreng nanti...". Aku kembali menyusuri kulkas ini. Mungkin sudah berkali-kali aku katakan bahwa aku tidak pandai memasak, tapi bisa lah untuk masak-masak sedikit mah... Aku gak bego-bego amat dalam dunia dapur kok.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang