Caranya (?)

1.7K 101 5
                                    

Hola, Amigos...
Ketemu lagi sama Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan cuci tangan ya :)

Semoga kalian masih suka dengan cerita Jejen yang gak jelas ini :)
Happy reading, Amigos...

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Sayang...". Suara berat itu terdengar dengan samar di telingaku.

"Sayang...". Suara itu kembali terdengar namun lebih jelas sehingga kesadaranku perlahan mulai menyuruhku untuk membuka kelopak mataku.

Seorang pria dengan keringat yang becucuran tampak di mataku. Dia menyuguhkan senyuman termanis yang Ia punya untuk menyambut pagiku kali ini.

"Bangun yuk, Sayang... Kita makan.". Tuturnya. Aku yang belum sepenuhnya terjaga hanya menjawab dengan dehamanku. Tapi, usaha dia dalam membangunkanku tidak sampai disitu saja. Tangan besar itu meraih belakang punggungku dan dengan mudahnya dia memindahkan posisi menjadi duduk di kasur ini.

"Eh... Ah... Sayang... Aku masih ngantuk...". Ucapku yang seperti anak kecil padanya.

"Loh, kamu memangnya gak kuliah ?". Tuturannya itu yang membuat mataku terbuka lebar. Waduh, hari ini adalah pelantikkanku sebagai ketua divisi yang baru. Aku harus ke sana sebelum jam makan siang !

"Hehehe... Iya, Sayang. Aku lupa. Iya aku bangun...". Kataku sembari melemparkan senyumku padanya.

"Gendong...". Ujarku sembari membuka kedua tanganku lebar-lebar untuk memberikan kode padanya agar menggendongku. Dengan cepat, dia langsung membawaku dalam gendongan tangan kananya yang perkasa itu. Kami keluar kamar dan menuju dapur.

"Mas kok keringetan ? Abis ngapain ?". Ujarku yang bertanya-tanya.

"Olahraga pagi, Sayang. Mas niatnya ingin bangunin kamu buat ikut. Tapi tidurmu pulas sekali. Jadi mas gak tega deh..". Dia tersenyum renyah padaku.

"Emangnya olahraganya apa ? Ngangkat barbel yang beratnya gak masuk akal itu, Mas ? Bisa-bisa retak tulangku langsung.". Dia tertawa mendengar jawaban itu. Aku jarang melihat dia tertawa di luar rumah. Di luar rumah atau dipekerjaannya dia selalu serius. Tapi ketika bersamaku atau di rumah seperti ini sifat aslinya sangat bertolak belakang dengan ungkapan orang bahwa dia kejam dan bengis.

"Loh ? Kamu udah masak, Mas ?". Aku melihat meja makan ini sudah penuh dengan makanan. Dia menggeleng.

"Lah terus siapa ?". Ujarku. Dia mendekat ke arah belakangku lalu melingkarkan kedua tangannya itu pada perutku yang agak lebar ini. Dagunya persis berada di atas kepalaku.

"Tadi mas suruh bawahan mas untuk membawa makanan ini. Baru saja mereka datang.". Entah mengapa aku merasa kecewa dengan ini, apakah mas Daffa kapok dengan masakanku ? Apakah masakanku gak enak sehingga dia melakukan ini ?

"Loh ? Kamu kok diam, Sayang ?". Lalu, dia memutar tubuhku dan berlutut. Dia melihat wajahku yang menampakkan senyum terpaksa.

"Ada apa, Sayang ? Mas salah ya ?". Dia menggenggam kedua tanganku.

"Masakan aku gak enak ya kemarin, Mas ?". Ujarku yang dihadiahi ekspresi bingung olehnya.

"Enggaklah, Sayang. Masakan kamu itu enakkkkk banget. Kan mas kemarin sampai nambah begitu masa gak enak ? Hmmm ...". Dia mengelus rambutku dengan lembut. Lalu, menarik napas panjang.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang