Kehangatan (17+)

11.5K 279 8
                                    

Hola, Amigos !
Ketemu lagi bareng aku.
Nih, aku kasih lanjutannya.

Happy reading ya...

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Aku mau tidurin Daffa Junior dulu, Sayang". Ucapku sembari memicingkan kepalaku.

Dia hanya menunjukkan ekspresi yang aneh. Aku seketika tergelitik dengan hal tersebut.

"Loh ? Mukanya kok seperti itu, Mas ? Kenapa ?". Aku tertawa kecil melihatnya berekspresi seperti itu.

"Mas gak nyangka kamu mengatakan itu... Tapi lihat tanganmu". Aku melihat tanganku yang masih terbalut dengan Gyps, benar juga apa yang dia katakan.

"Bisa, Kok. Aku juga ingin tahu seperti apa bentukannya. Hehehe...". Aku mengelus gundukan yang semakin membesar itu dan mendengar Mas Daffa mendesis.

"Sssshhh... Baiklah. Kalau ah.... Kamu memaksa, Dik". Pertahanan dia akhirnya runtuh. Dia menurunkan celana ketat pendeknya selutut. Kini aku melihat dirinya secara utuh, tanpa sehelai benangpun.

Gila ! Aku melihat ular kejantanan itu berdiri tegak seolah menantang siapa saja yang berani menyentuhnya akan ketagihan. Aku kaget melihat ukuran yang sebesar itu. Walaupun lampu kamar kami dalam kondisi mati, tapi terlihat dengan jelas betapa tebal dan panjang kejantannya.

Tanganku semakin bersemangat untuk memberikan belaian pada Daffa Junior. Aku menggerakkan tangan kananku dengan erotis di kejantanannya. Ku rasakan urat-urat yang sebesar kelingking menghiasi batang tersebut yang kokoh layaknya besi beton.

Mas Daffa mendesis nikmat saat aku lakukan gerakan kocokan sederhana.

"Ah... Dik... Kamu... Pintar... Shh... Terus...". Ujarnya yang masih terbawa oleh nafsu yang menggebu.

Mendengar ucapannya aku semakin bersemangat untuk merasakan muntahan lahar putihnya. Aku merasa kurang puas jika hanya tanganku yang bermain. Aku langsung mengambil posisi duduk dan menduduki paha kekar Mas Daffa yang berbarik serat ototnya.

"Mas, aku ingin merasakan apa yang selama ini aku lihat. Aku sangat ingin melakukannya". Aku langsung menghujam lingkaran hitam yang sangat keras di dadanya yang sangat berotot. Aku menjilatinya sekaligus mengigitnya dengan ganas. Bukannya rintihan sakit yang kudengar tapi desahan Mas Daffa semakin menjadi-jadi. Desahan yang sangat jantan.

Aku ingin merasakan barik- barik serat otot dadanya yang sangat ekstrim. Rupanya ia sengaja mengeraskan dadanya agar aku bisa merasakannya. Dari dadanya, lidahku langsung menuju roti sobek berjumlah sepuluh buah itu.

"Mas, kerasin ini.". Ucapku padanya. Dia pun mengeraskannya dan terasa lebih dalam celah-celah di setiap roti sobeknya. Aku rasakan dia semakin menggelinjang kenikmatan yang aku berikan.

Setelah puas bermain dengan dada dan abdominalnya, lidahku bergerak menuju jamur matsutake raksasa itu. Ku jilati kepala jamur matsutake yang kekar itu sampai ke lubang tempat lahar putih itu akan keluar nantinya.

"Arghhh... Anjing !...". Ucap Mas Daffa yang sangat jantan. Desahan kasarnya membuatku semakin bernafsu. Ah, jika saja tangan kiri ku sudah sembuh, pasti akan lebih maksimal.

Aku melepaskan tangan kananku dan membiarkan mulutku yang berperang dengannya. Oh... Apakah ini nikmat yang dirasakan para pemain film porno yang sering aku tonton di laptopku ? Nikmat sekali.

Tapi jamur tersebut terlalu besar sehingga hanya separuh saja yang bisa masuk ke dalam mulutku. Aku mulai gerakan mengocok jamur matsutake perkasa itu dengan mulutku. Dia semakin menggelinjang lebih dari tadi. Sampai dia menyenggol tangan kiriku yang di-gyps. Sakit, tapi aku harus menahannya karena aku ingin merasakan kenikmatan yang selama ini hanya bisa aku bayangkan di otakku saja.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang