The Wedding (18+)

5.8K 122 16
                                    

Hola, Amigos...
Ketemu lagi dengan Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan selalu cuci tangan ya :)

Semoga kalian masih suka dengan cerita Jejen yang gak jelas ini :)
Happy Reading, Amigos...

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

(Satu Minggu kemudian)

Aku bangun dengan ceria. Seluruh badanku terasa sangat nyaman. Tapi, entah mengapa tanpa kehadiran sosok mas Daffa dua hari terakhir membuatku sangat merindukannya. Rindu pelukkannya, Rindu Bibirnya, dan tentu rindu jamur nya hehehe...

Kami terpisah hotel di kota California ini. Hotelku berada di Jellin House Blvd. sedangkan Hotel mas Daffa berada di Hallworthy Blvd. Kami terpisah sejauh dua blok dari lokasiku. Kami bukan marahan ataupun liburan...

Tapi hari ini adalah hari dimana kami akan mengikat janji suci antara aku, mas Daffa dan Tuhan. Walaupun kami menikah di luar negeri, yang merupakan permintaan mas Daffa, kamk tidak melakukan upacara yang kebarat-baratan. Justru identik dengan budaya kami, orang Jawa.

Ibuku dan Abah menyarankan kami untuk dipingit. Kalian tahu kan ? Katanya sih calon pengantin dilarang untuk saling bertemu sebelum hari pernikahan. Pamali katanya, ya walaupun ibuku seorang ahli sains tapi tetap saja tradisi harus dijalankan. Karena itu adalah identitas kami, bangsa yang berbudaya.

Aku dan Mas Daffa hanya bisa bicara lewat telepon saja selama dua hari ini. Aku bahkan kaget dengan tuturan mas Daffa jika dia selama dua hari ini selalu menghabiskan waktu selama 12 jam di Pusat kebugaran milik hotel. Katanya sih dia ingin memberikanku yang terbaik dan tentunya stamina yang terbaik. Aku hanya bisa tertawa mendengar kalimat akhirnya itu.

"Morning, Mr. Zani (Pagi, Tn. Zani).". Ucap pelayan hotel yang ternyata sudah berdiri di belakangku.

"Morning (Pagi).". Ucapku dengan senyum.

"I was ordered by your mother to make sure you're ready for the ceremony (Saya diperintahkan oleh Ibumu untuk memastikan bahwa anda telah siap untuk upacara).". Oh, ternyata mamah yang nyuruh mba-mba ini.

"Sure. I'll be ready in 10 minutes. (Tentu. Aku akan siap dalam 10 Menit).". Jawabku.

"Alright, Sir (Baik, Tuan.)". Jawabnya. Saat dia hendak beranjak pergi dari kamarku, aku teringat sesuatu.

"Ehmm... Miss (Ehmm... Mba).". Sialnya aku gak tahu nama dia siapa lagi. Tapi, diapun berhenti.

"Yes, Sir ? (Iya, Tuan ?).". Jawabnya.

"Could you please tell my mom to bring my suit ? (Bisa minta tolong bilangin ibuku untuk membawa setelan bajuku ?).". Pintaku.

"Obviously, Sir. (Tentu saja, Tuan.).". Diapun akhirnya pergi keluar dari kamarku. Aku harus mandi dan bergegas menuju kamar Ibuku yang terletak di lantai 10, sementara aku di lantai 17.

Tadinya Ibuku ingin kamarnya di sebelahku tapi kalah cepat booking-nya dengan orang lain. Mas Daffa sampai hampir mau ngebanting meja resepsionis loh, tapi untungnya mamah bilang gak papa. Emang ya, punya calon suami yang terlampau kuat ya gitu. Aku kira cuma di Indonesia aja ditakutinya, ternyata satpam hotel sini, bahkan CPD (Polisi Wilayah California) enggan untuk melawan mas Daffa.

Setelah beres mandi dan pakai baju biasa. Aku bersiap-siap keluar menuju kamar hotel ibuku. Akupun tidak lupa menutup dan mengunci pintu balkon serta semua jendela beserta tirainya. Mengambil kartu kunci hotel lalu akupun pergi menuju lantai 10, dengan Elevator tentunya. Ya gila udah ganteng-ganteng gini suruh turun naik tangga. Luntur gantengku...

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang