Hawa sejuk sangat terasa pada kedua kakiku. Kubuka perlahan kedua kelopak mataku, termyata aku tertidur menghadap dinding. Kamar Mas Daffa ini salah satu sisi kasurnya berhimpit dengan tembok kamar ini.
Kuputuskan untuk berganti posisi dengan memutar badanku...
"God ! Mas Daffa tidur di sampingku ?". Batinku kaget ketika melihat wajah tampannya yang masih dalam keadaan tertidur. Entah sampai kapan aku terus memuji paras indahnya.
Haruskah aku memanfaatkan kesempatan ini ? Beranikah aku menyentuh wajahnya ? Kembali lagi aku berkonflik dengan batinku yang labil ini."HA... HA... HA...".
Sh*t ! Hidungku tiba-tiba gatal dan hendak bersin. Untung aku mengurungkan niat untuk bersin dengan menutup hidungku.
"HATCHUUUUUU !!!"
Mas Daffa-pun terbangun dari tidurnya dan segera dalam posisi duduk. Ya tentunya dengan ekstrak hidungku yang dikeluarkan saat bersin tadi tepat di wajahnya.
"Mas, maaf ya. Aduh... aku benar-benar minta maaf, Mas". Akupun berdiri dan mengambil tisu yang ada di atas meja dan hendak membersihkan wajahnya.
"Mas, aku minta maaf ya mas. Aku betulan gak sengaja tadi, Mas. Aku udah tahan tapi gak bisa. Sekali lagi maaf ya, Mas". Ucapku sembari mengelap ekstrak hidungku dari wajahnya. Tentunya dia hanya diam tak bergeming.
"Mas, adik minta maaf ya". Aku baru ingat jika, kemarin Mas Daffa sudah menggapku sebagai adiknya. Ya walaupun agak mendadak, but it's okay.
Dia tetap tak bergeming namun kulihat bibirnya menunjukan senyum indahnya walau hanya sedikit.
"Ya sudah, sebagai hukumannya. Aku bakalan buat sarapan deh". Ucapku dihadapannya. Dia menatapku dengan sangat lekat. Sekiranya apa maksud dari tatapan itu ?
Aku akhirnya keluar dari kamar untuk menuju dapur. Kubuka kulkas dan kutemukan bahan-bahan makanan.
"Aku akan coba buat pancake aja deh. Mapple syrup ganti aja sama madu". Aku tidaklah pandai memasak tapi aku lumayan jago jika disuruh memasak kue dadar. Pasalnya aku sering membuat side meal tersebut ketika temanku berkunjung ke flat-ku.
Setelah berkutat selama 20 menit di dapur, hidanganpun siap untuk disajikan. Aku bawa dengan hati-hati kue dadar tersebut menuju ruang tamu.
"Mas... Mas Daffa ?". Ku telik kamarnya dia tidak ada. Ternyata dia sedang sibuk mengolah otot perutnya yang berjumlah sepuluh kotak yang dalam dan keras tersebut. God, dia selalu membuat aku terangsang.
"Mas Daffa, ayo kita makan. Makanan u...".
"...Tunggu". Ucapnya kali ini dengan nada yang biasa. Tapi tetap saja irit dalam berbicara. Kesal !
Setelah hitungan 700 dia akhirnya bangun dan mendahuluiku menuju ruang keluarga. Semoga dia suka dengan makananku.
"Ayo makan, Mas". Ucapku mempersilahkan dia untuk menyantap makanan tersebut.
Dia melahap satu suapan lalu menatap tajam ke arahku. Apakah makananku gak enak ? Setelah itu dengan lahap dia menghabiskan makanannya.
"Eh, Mas. Mas mau minum susu ya ? Aku buatin ya". Cegahku saat dia hendak berdiri.
Dasar aku bodoh ! Aku mana tahu cara membuat susu protein ! Akupun meraih toples besar yang berisi susu protein dan mengikuti instruksinya.
"Ini, Mas. Barangkali Mas Daffa butuh minum air". Ucapku sembari menyerahkan dua minuman, yaitu susu protein dan air putih.
Kembali lagi keheningan yang ku terima. Sangat susah memang untuk membuat dia berbicara.
"Ya sudah, Mas. Aku mau mandi dulu. Ada kelas jam 11 nanti". Akupun mangkir dari hadapannya menuju kamar ku untuk mengambil handuk serta baju ganti. Meninggalkan dia yang sedang meminum susu proteinnya dengan cara yang sangat membuncah nafsuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...