Rahasia Zani

1.5K 106 0
                                    

.

.


.


"Sudah aku bilang, aku tidak tahu apa rencananya dengan Virus itu. Tapi yang pasti itu akan sangat berbahaya.". Ujarku pada Lelaki paruh baya ini.

"Baiklah. Jika seperti itu, saya pamit dulu.". Pria itu bangkit dari duduknya.

"Pak, saya gimana ? Saya juga mau pulang.". Dia hanya melihat ke arahku dan tidak menjawab pertanyaanku. Dia keluar dan aku hanya sendirian di sini. Sudah 3 jam aku berada di ruangan Interogasi mereka. Mereka menanyakan hal yang sama membuatku jengkel.

"Kau boleh keluar.". Ujar pria yang tempo hari menyelamatkanku di depan pintu ruangan ini.

"Boleh aku berbicara denganmu ?". Ujarnya. Aku mengangguk lalu dia membawaku ke suatu ruangan terbuka.

"Kamu ingin bicara apa ?". Ungkapku. Dia menghela napas lalu mengenggam tanganku.

"Aku ingin menikah denganmu ...". Wadow ! Telinga aku sepertinya korslet. Aku jadi tergelitik mendengar hal tersebut.

"Kamu bercanda ya ?". Dia menggeleng. Aku mulai jadi salah tingkah karena ini.

"Dengar, Hasan. Kita tidak saling mengenal. Aku bahkan baru mengenalmu dua hari yang lalu. Tapi kamu mau langsung ajak aku nikah.". Ujarku. Dia kembali duduk normal di sampingku.

"Baiklah. Aku mengaku. Aku memang terpaksa melakukan ini.". Aku melihatnya dengan ekspresi heran milikku.

"Ok, jangan katakan menikahi aku ialah misimu ?". Dia menggeleng.

"Lalu ?". Dia menghela napasnya.

"Rina, aku baru saja konsultasi dengan salah satu ahli perundang-undangan. Katanya aku harus memiliki anak denganmu jika ingin terbebas dari masalah ini.". Aku semakin dibuat bertanya-tanya atas pernyataanya.

"Maksudmu apa, San ? Aku gak ngerti.". Tuturku.

"Dengar, Louvri akan terus mengetahui dan mengincar aku serta dirimu. Dia pasti bisa membahayakan nyawa kita. Dia mengatakan, jika seluruh data di Rasio Perancis tidak lagi akan mencatat data penduduk atau turis ketika dia memiliki anak. Aku takut jika dia justru akan membahayakan Indonesia dengan mengetahui datamu atau aku.". Aku mengingat aturan 'Gila' milik Perancis itu. Itu benar adanya.
"Hasan, aku yakin ada cara lain. Menikah itu bukan suatu hal yang mudah.". Dia menggeleng.

"Jika ada cara lain, mengapa dia menyarankan cara terakhir ini sebagai solusi untuk menghilang dari Data pemerintah Perancis agar tidak bisa dilacak oleh Louvri ?". Ucapnya. Tuturannya benar sekali. Jika memang ada cara lain mengapa dia menyarankan cara final ? Ya Tuhan, tapi aku belum siap untuk menikah. Aku bahkan belum siap untuk memiliki anak.

"Hasan, tapi aku sama sekali belum siap mengenai ini... Kita tidak mencintai satu sama lain.". Dia mencoba menenangkanku dengan memegang kedua tanganku.

"Kita lakukan demi keamanan negara kita. Aku gak mau karena kita banyak nyawa akan berjatuhan jika dia mengetahui posisi kita. Kita akan melaluinya sama-sama, paham ?". Entah mengapa, aku hanya mengangguk lemah. Aku takut.

Lalu, setelah kejadian itu. Aku dan Hasan menggelar pernikahan secara diam-diam agar tidak diketahui oleh perusahaan tempat kerjanya. Karena katanya, seorang agen yang masih aktif dilarang menikah ataupun memiliki anak. Tapi kami terpaksa melakukan ini semua. Walaupun belum ada cinta diantara kami, tapi aku yakin kita pasti bisa bertahan.

Saat pernikahan kami, ada salah satu sahabatnya yang datang. Badan dia sangat besar dan kekar sekali. Tapi raut wajahnya seperti tidak senang atau terpaksa terlihat bahagia atas pernikahan kami. Sepertinya, dia memiliki hubungan sesuatu dengan Hasan. Namun, aku tidak mengungkapkannya.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang