Hola, Amigos...
Ketemu lagi dengan Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan selalu cuci tangan ya :)Semoga kalian masih suka dengan cerita Jejen yang gak jelas ini :)
Happy Reading, Amigos...☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
(2 Tahun Kemudian)
*Sudut Pandang Zani*
Dua tahun berselang. Selama waktu itu pula aku berjuang melaksanakan tugas ku sebagai kepala divisi dan riset "Mikrobiologis dan Virologi" di Indonesia. Tapi, aku tidak lupa dengan statusku yang masih mahasiswa.
Setelah habis masa dispensasiku, aku diperkenankan untuk cuti dari kantor dan melaksanakan tugasku sebagai ketua di bagianku secara daring. Aku belajar dan berusaha bersaing menjadi mahasiswa yang sesungguhnya dan pastinya aku harus menyusul ketinggalan mata kuliah yang telah ku tinggalkan.
Mas Daffa juga berperan penting dalam studiku. Dia yang selalu menyemangatiku, mengantarku, menjemputku, memanjakanku, selalu sayang padaku. Berkatnya aku merasa seperti berada di tempat yang aman dan nyaman. Aku tidak salah mencintainya. Sosoknya yang merupakan fantasiku kini berubah menjadi nyata. Sosok manusia super kekar yang mencintai seorang pria bertubuh rada tambun.
Peran mas Daffa bukan sampai situ saja. Saat penulisan tesisku saja, dia membantuku mengurusi beberapa projekku, pokoknya selama dia bisa membantu tanpa disuruhpun dia akan membantu.
Aku bersyukur memiliki pria sepertinya. Pria sempurna, bukan, pria yang sangat sempurna."...Dan wisudawan terakhir ini adalah merupakan wisudawan pascasarjana terbaik dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Berkatnya dalam penelitian di bidang Mikroorganisme dan tesisnya, dia telah menjadi wisudawan yang sarat akan prestasi. Dipersilahkan kepada dr. Hamzani Ramadhan, B. Sc. , S. Rad. dipersilahkan menuju ke panggung...". Namaku dipanggil oleh Rektor Universitas ini. Riuh tepuk tanganpun menggema selama aku berjalan ke atas panggung.
Dengan memakai toga, aku telah berdiri di depan rektor dan pelaksanaan wisuda pascasarjanaku. Beliau memasangkan lencana padaku.
"Selamat ya, Mas Zani.".
"Terima kasih, Pak.". Kamipun berjabat tangan dan berfoto. Beliau juga memberikan Ijazah dan Transkrip nilaiku.
Wisuda pascasarjana berbeda dengan sarjana. Saat sarjana kita bisa berfoto ria dan banyak adik kelas akan berfoto dengan kita, tapi di wisuda pascasarjana tidak terjadi. Hal itu karena kebanyakan wisudawan telah memiliki pekerjaan, apalagi di Fakultasku ini. Banyak yang sudah menjadi poli umum di puskesmas maupun rumah sakit swasta di sekitar sini.
Akupun turun dari panggung dan rencanaku adalah ingin berfoto bersama Mas Daffa dan sekeluarga kami. Tapi... Kok mereka di bangku luar tidak ada ya ?
"Mereka kemana ya ?". Aku celingak-celinguk, ke kiri dan ke kanan tapi mereka tidak ada.
Tiba-tiba pinggangku di peluk oleh kedua tangan super besar, kekar, berotot dan urat yang bersliweran sampai ke jari-jarinya itu. Kalian tahulah siapa ...
"Di sini ternyata sayangku ini...". Katanya.
"Ih... Mas kemana aja coba. Aku cariin di sini gak ada. Keluarga yang lain mana ?". Tanyaku. Dia tersenyum.
"Mas akan jawab tapi dengan satu syarat...". Hadeh...
"Ok, apaan tuh ?". Bukannya mebalas pertanyaanku dia malah meraih pinggangku dan langsung mendudukkan aku dibahunya.
"Ih... Mas.. Turunin ! Aku malu...". Bayangin deh. Orang segede Hulk ngegendong aku yang masih pakai toga dan megang Ijazah. Kaya apa coba ?
"Shtttt... Diam panggeran. Raja akan menculikmu...". Ucapnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi deh. Akhirnya aku melingkarkan kedua tanganku di leher betonnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...