Hola, Amigos...
Ketemu lagi sama Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan rajin cuci tangan ya...Semoga kalian masih suka sama cerita gak jelas ini :)
Happy Reading, Amigos...♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
*Sudut Pandang Zani*
Sebenarnya, aku suka sekali menari tarian modern maupun tradisional. Aku memang dari kecil suka melihat orang melakukan tarian, bahkan sering kali aku memperagakannya diam-diam jika keadaan sedang sepi.
Aku menantang mas Daffa menari, karena aku penasaran bagaimana tampangnya jika dia menari dengan lagu yang aku pilih nanti. Sebenarnya aku juga gak tega sih melihatnya melakukan aktivitas yang capek itu, tapi salah sendiri dia gak mau aku ajak jalan-jalan dan malah ngajak olahraga. Maafkan aku ya, Mas. Hihihi...
"Ayo, Mas. Gimana ? Takut nih ?". Ujarku masih menantangnya.
"Mas gak bisa menari, Sayangku.". Cakapnya dengan tawa renyahnya. Aku tahu dia tidak mau melakukan ini.
"Ayolah, Sayang. Aku ajari nanti. Beneran deh...". Ucapku meyakinkan kekasih hatiku ini. Dia menghembuskan napasnya kasar tanda bahwa dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi demi aku dia mau melakukannya."Baiklah... Ayo.". Ucapnya dengan nada yang berbeda. Sepertinya dia kesal.
"Ih... Mas jangan marah dong... Yaudah deh gak jadi aja...". Aku melihat reaksinya yang berbeda kali ini. Aku tidak ingin memaksakan kehendakku. Kalau dia tidak mau, ya sudahlah...
"Siapa yang marah sih, Sayang... Enggak kok. Ayo sini mas gendong.". Tanpa aba-aba tangan besarnya meraihku di pelukannya dan beranjak menuju lantai tiga.
"Mas gak marah kan ? Kok kelihatannya kesel gitu ?". Ucapku melihat wajahnya yang menampakkan seperti itu.
"Enggak, Sayang... Mana mungkin mas bisa marah sama kamu. Apapun akan mas lakukan agar kamu senang, Sayang.". Ujarnya yang kali ini telah normal.
"Berarti kalau mas aku suruh keliling kota Malang telanjang bulet, mau ?". Ujarku meledeknya.
"Kamu mau tubuh mas ini dinikmati oleh orang lain ? Hmm ?". Dia mengecup bibirku gemas yang membuat aku tertawa.
"Iya, iya, iya... Bercanda doang kok, Sayang...". Dia lalu tersenyum senang setelah melihatku dengan wajah yang dia sebut menggemaskan itu.
Kami lalu sampai di ruangan kebugaran milik mas Daffa yang besar ini. Seluruh alat kebugarannya besar-besar sekali. Aku merupakan orang yang tidak pernah ke pusat kebugaran sekalipun, jadi aku tidak pernah tahu fungsi atau bahkan nama alatnya.
"Sini, Sayang.". Dia memanggilku untuk mengikutinya ke ruangan yang dindingnya terlapis cermin-cermin besar.
"Lah ? Kita mau nari di sini, Mas ?". Aku memandangi sekitarku yang penuh akan peralatan kebugaran miliknya.
"Hahaha... Ya enggak, Sayang. Kamu duduk di pojokan sana dulu, ok ?". Ucapnya sembari menunjukkanku sebuah bangku yang terletak dipojokkan sana.
"Ok... ". Aku menuruti ucapannya dan duduk manis memandang manusia kekar itu yang langsung mengangkat alat-alat kebugarannya sekaligus bebannya !
"Anjrittt...". Ucapku saat melihat dia memikul alat-alat kebugaran itu layaknya memanggul kipas angin. Ringan sekali nampaknya.
"Lelakiku ini manusia apa bukan ya ?". Aku tak habis pikir betapa kuatnya lelaki yang aku cintai itu. Aku takutnya dia memiliki titisan Monster atau apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...