Hola, Amigos !
Semoga masih suka ya sama cerita Absurd ku ini.Happy Reading...
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
*Sudut Pandang Zani*
"Oh, jadi Pak Rafli yg kasih info sama Mas...". Mas Daffa tersenyum mengangguk.
"Oh iya, hampir aku lupa.". Bang Lee langsung tersenyum kepada kami.
"Lain kali, kalo berantem, jangan keras-keras ya. Apalagi sampe mukul-mukulin barang. Kasihan tetangga tau keberisikan. Hahahaha...". Ujar Bang Lee dengan tawa lepasnya.
Ya ampun, malu sekali aku. Aku hanya tersenyum getir dipangkuan Mas Daffa, begitupun dia.
"Sayang, jangan lanjutin penelitian mu ini ya ? Mas takut kehilangan kamu sayang". Dia mengecup keningku hangat. Aku baru sadar dia suka banget menciumku belakangan ini. Tapi gak papa sih...
"Mas, bukannya aku mau melawan. Tapi tugas ini emang udah dilimpahin ke aku, Mas. Aku juga tinggal dikit lagi kok. Formulasiin vaksin, pengujian, terus selesai". Aku menenangkan Mas Daffa pasalnya wajahnya berubah menjadi sendu kembali. Ini memang resiko diriku. Pekerjaan aku nantinya juga akan seperti ini. Mempertaruhkan nyawaku untuk orang lain.
"Tapi itu bukan virus biasa, Sayang. Itu berbahaya".
"Mas, di dunia ini hampir seluruh virus itu berbahaya. Hanya sedikit yg baik. Ini ang gambaran pekerjaanku nantinya, Mas. Aku janji setelah ini selesai, aku gak akan ke sini lagi. Tolong ya, Sayang ?". Tangan kananku membelai kedua pipinya itu. Rahang tegasnya serta kulit yang agak kasar membuatnya semakin jantan.
"Baiklah. Mas akan izinkan kamu. Tapi dengan beberapa syarat". Aduh... Persyaratan. Kaya apa aja deh, Mas.
"Apa itu ?"
"Pertama. Kamu akan selalu diantar oleh ku atau Lee atau Rafli baik pulang ataupun pergi dan harus menemanimu.". Oke... Gak papa. Jadi hemat ongkos nih...
"Kedua. Kamu dilarang dekat-dekat sama lelaki atau perempuan lain. Aku gak suka". Oh... Ceritanya cemburu nih...
"Kamu cemburu, Fa ?". Ujar Abang Lee. Ternyata dia menyimak pembicaraan kita. Aku pikir tidak. Ia tadi asik dengan telepon genggamnya.
"Iya. Aku gak akan membiarkan orang lain mendapatkan cintamu.". Ucap Mas Daffa kepadaku yg hanya disemyumi olehku.
"Ketiga..."
"Banyak banget deh...". Ujarku padanya sembari mengelus dada kekar itu yg meskipun dibungkus oleh pakaian tapi aku masih bisa merasakan serat-serat ototnya bahkan pembuluh darahnya yang awut-awutan. Jantan...
"Ini syarat terakhir kok sayang". Wajahku berusaha menyimak apa yg ingin dia katakan.
"Ketiga. Kamu harus bisa jaga diri baik-baik. Itu syarat-syaratnya. Bisa dipenuhi, Sayang ?". Dia mengambil tangan kananku lalu mengelusnya perlahan. Perlakuan dia selalu membuatku berada di atas awan.
"Siap, Pak.". Aku memuat nada tegas dan memberikan hormat padanya. Bukannya hormat balik yang aku dapatkan malah bibirnya menerjang bibirku dengan sedikit intens.
"Hei ... Hargain kehadiran jomblo sedikit disini dong...". Ucap Bang Lee yg masih dengan telepon genggamnya tapi masib menyimak adegan kami. Kamipun menyudahi aksi ini.
"Kita pulang yuk, Mas, Bang". Ujarku pada mereka berdua. Aku yg hendak turun dicegah oleh Mas Daffa.
"Biar Mas gendong kamu". Dia meletakkan tangan kiri super kekarnya itu untuk menopangku yg tidak ada apa-apanya pasti bagi dia. Aku hanyalah sebatas bulu ringan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...