[Calon] Ibu Mertua

1.6K 113 5
                                    

"Saya ada hal yang ingin dibicarakan dengan anak Ibu, yaitu Hamzani Ramadhan. Apakah boleh ?". Ujar pria dengan pakaian rapih itu.

"Mah... Ada siapa ?". Ternyata Zani sudah terbangun dari tidurnya, menurut Rani. Tapi nyatanya tidak.

"Wah... Pas sekali Zaninya sudah bangun, Pak. Silahkan duduk, Pak.". Ujar Rani sembari memberikan sebuah kursi untuk Pak Ramlie duduk. Daffa hanya melihat ke arah pria itu saja yang terus memperhatikan pacarnya.

Pak Ramlie akhirnya duduk di samping ranjang Zani yang sudah dalam posisi duduk sekarang. Ia menyalami CEO dari perusahaannya bekerja itu. Ya, walaupun dia hanya diminta untuk membantu dosennya saja sih. Tapi tetap saja, dia sudah menjadi bagian keluarga besar perusahaannya.

"Ada perlu apa ya ke sini, Pak ?". Ujar Zani yang membuka kalimat pada pembicaraan antara Zani dan Pak Ramlie. Sementara itu, Rani dan Daffa hanya juga ikut duduk di bangku yang juga telah Ia ambil tadi.

"Saya mohon maaf atas kecelakaan kemarin. Karenanya, kami telah kekurangan banyak tenaga ahli dalam bidang Virologi. Termasuk posisi dari almarhum dosenmu, Pak Samuel.". Mengingat kejadian itu membuat Hati Zani kembali dirundung duka. Mengapa Ia tidak bisa menghentikan kejahatan itu ? Setidaknya jika Ia tidak memancing kemarahan Jalang itu pasti dia memiliki kesempatan untuk menyelamatkan teman-temannya.

"Maaf juga, Pak. Atas kesalahan saya, saya membiarkan dia mengambil seluruh sampel Virus itu. Padahal itu yang terakhir.". Ujarnya dengan wajah menyesal. Ibunya mengerti perasaan anaknya dan tanggung jawabnya, karena Ia pernah berada di posisi seperti Zani.

"Sebenarnya, itu bukan yang saya maksud, Zani.". Ujar pria itu sembari terkekeh kecil. Zani menunjukkan wajah bingungnya.

"Jadi, apa yang dimaksud bapak ?". Ujar Zani.

"Saya ...". Ujar Pak Ramlie yang membuat seluruh telinga di ruangan ini bersiap untuk mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pria itu.

"...Ingin...". Tambahnya.

.

Kring... Kring... Kring...

.

.

Suara panggilan masuk terdengar di ruangan ini yang membuat Pak Ramlie mengurungkan untuk menyelesaikan perkataannya. Mereka semua sibuk mencari asal bunyi itu dan ternyata berasal dari Daffa.

"Diangkat dulu saja, Mas.". Ujar Pria itu pada Daffa. Tapi Daffa tidak menghiraukannya. Dia malah menolak panggilan itu dan kembali mengantungi ponsel di sakunya.

"Tidak usah. Silahkan lanjutkan.". Ujar Daffa. Dia sebenarnya ingin tahu apa yang akan dikatakan orang ini.

"Baiklah, sampai dimana tadi ?". Ujar Pria itu kebingungan.
"Bapak ingin saya menjadi... ?".

"Ah, Iya... Saya lupa. Sudah pikun saya.". Semua tertawa kecil atas tuturan CEO ini. Ternyata dia cukup humoris juga untuk ukuran orang yang penting.

"Saya ingin...". Kembali dia berucap itu yang mengakibatkan telinga kembali hendak menyimak perkataannya selanjutnya.

"...Kamu menjadi...". Dia kali ini menimpali kata yang agak panjang. Apakah dia akan ? Ah masa Zani menikah dengan orang yang sudah berumur 50 tahunan. Zani sukanya daun muda atau sedang, bukan daun yang dikit lagi udah mau gugur.

.

.

Kring... Kring... Kring...

.

.

"Astaga...". Ucap Pak Ramlie karena mendengar dering nada panggilan masuk yang sama seperti tadi. Semua mata memandangi Daffa yang sedang melihat ke arah ponselnya yang berdering.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang