Kepanikan

1.4K 99 1
                                    

Hola, Amigos...
Ketemu lagi sama Jejen di sini :)
Tetap #StayAtHome dan Rajin Cuci Tangan ya :)

Semoga kalian masih suka cerita yang gak jelas ini :)
Happy Reading, Amigos...

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

*Sudut Pandang Mas Daffa*

(Kilas Balik)

Aku dan Rafli pergi menuju kantor seperti biasa. Dalam mobil kamipun hanya terpaku dengan kesibukan kami masing-masing. Aku sibuk dengan kertas-kertas yang diberikan Lee tadi pagi sebagai bahasan yang akan disebut saat rapat nanti. Sementara Rafli tentunya sibuk mengatur laju kendaraan ini.

"Aku butuh pulpen...". Ujarku mencari pena yang harus kugunakan untuk menandai pembahasan yang memang penting dan harus didahulukan. Aku juga harus hati-hati dalam bergerak, karena meskipun baju ini besar tapi otot-otot dalam tubuhku tetap saja tidak bisa diajak damai. Tentunya aku tidak ingin baju ini terkoyak dengan ganas sebelum rapat ini selesai.

"Apa di tas ya ?". Aku mulai mencari di dalam tas ku. Tapi bukannya pulpen yang aku dapat, melainkan sebuah tempat makan yang tidak pernah aku gunakan.

"Lho ? Siapa yang meletakkan ini di tas ku ?". Aku mengeluarkan kotak makan itu, berat ternyata, sepertinya ada isinya. Perhatianku teralih dari mencari pena ke kotak makan ini. Aku membuka tas yang membungkus kotak makan ini dan menemukan secarik kertas kecil.

'Semangat Rapatnya, Sayang :* - Zani'.

Bibirku tidak tahan untuk tidak membentuk senyum yang lebar saat membaca kertas ini. Sebelumnya, aku tidak pernah membawa bekal seperti ini. Tapi, apa yang dimasukkan dia ke sini ya ? Setahuku seluruh makanan yang temanku kirim sudah habis.

"Ya ampun...". Aku kembali bahagia saat melihat masakan tersebut masih panas. Tandanya dia telah membuatkan masakan ini untukku. Mungkin itu akibat tindakkanku yang pagi tadi telah mengecewakannya. Dia benar-benar mengerti aku, bahkan porsinyapun pas.

"Wah... Bapak bawa bekal ? Tumben sekali...". Rafli membuka percakapan karena melihat aku membuka kotak makanan ini lewat cermin pemantul.

"Iya, bahkan saya juga gak tahu kalau saya dibawakan bekal.". Ujarku bahagia padanya.

"Wah, wah... Sayapun gak pernah lihat bapak sebahagia ini sebelumnya. Baik sekali ya dik Zani itu...". Benarkah ? Aku memang merasakan ada yang berbeda setelah kehadirannya di dalam hidupku. Apakah aku benar-benar sebahagia ini ?

"Ya, mungkin kamu benar, Rafli. Kehadiran dia di hidup saya benar-benar membuat saya lebih menikmati hidup.". Ujarku, aku lantas menutup kotak makan ini lagi agar bisa aku santap nanti siang untuk makan siang.

"Betul itu, Pak. Pokoknya saya mendukung bapak sepenuhnya dengan dik Zani. Dia benar-benar orang yang cocok dengan bapak.". Ucapnya dengan senyumnya yang terlihat lewat cermin pemantul itu.

"Terima kasih, Rafli. Kamu memang asisten terbaikku.". Sanjungku padanya. Diapun tertawa, sehingga kamipun tertawa bersama dalam perjalanan. Aku mengajaknya bercerita tentang pengalaman kehidupan Rafli yang memang sudah menikah dibawah pengetahuan agensi. Dia mengutarakan hal-hal unik dalam pernikahan yang dipandang sebelah mata bagi manusia lainnya. Itu membuatku semakin yakin jika aku bisa bersatu dengan Zani.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang