Hola, Amigos...
Ketemu lagi dengan Jejen :)
Tetap #StayAtHome dan selalu cuci tangan ya :)Semoga kalian masih suka dengan cerita Jejen yang gak jelas ini :)
Happy Reading, Amigos... .☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
.
"Loh ? Kita di mana, Mas ?". Ucapku bertanya pada lelakiku ini. Dia membawaku ke sebuah perumahan dan bukan rumah mas Daffa.
"Kamu bakalan tahu sebentar lagi kok. Sabar ya, Sayang.". Ucapnya dengan masih menggenggam tangan kananku. Emang deh, mas Daffa ini penuh kejutan. Tadi pagi kita tidak ada rencana untuk pergi kemanapun tapi malah pas sorenya seperti ini.
Ternyata mobil kami memasuki perumahan Araya, perumahan yang kata orang Malang merupakan salah satu kompleks perumahan elit. Aku semakin penasaran, untuk apa aku dibawa ke sini.
Setelah sekitar beberapa lama, mobil kami memasuki rumah yang besar itu. Aku baru menyadari, jika rumah ini dikelilingi oleh penjaga dengan pakaian formal plus kacamata hitam.
"Sepertinya ini rumah orang penting...". Pikiranku menerawang pemandangan yang tersaji di kedua mataku ini. Tapi tetap saja tidak menjawab pertanyaan kenapa aku dibawa ke sini.
Pak Rafli menghentikan mobil ini tepat di kumpulan para penjaga berpakaian formal itu. Dengan sigap, seluruh penjaga itu berbaris rapih dan salah satu dari mereka membukakan pintu di sisi mas Daffa.
"Rafli, kita bertemu 30 menit lagi, Ok ?". Ucap mas Daffa memberi perintah pada pak Rafli.
"Siap, Pak.". Jawab pak Rafli dengan tegas.
"Ayo, Sayang.". Tangan besar mas Daffa menarikku keluar mobil dan seluruh penjaga itu memberikan hormat pada mas Daffa.
"Selamat datang, Quad Vana.". Ucap mereka serentak. Mas Daffa membalas hormat mereka dengan tegas. Aku benar-benar dibuat terpana apabila mas Daffa sedang tegas seperti ini. Jantan sekali.
"Saya minta amankan lokasi ini dari gangguan sekecil apapun. Dapat dimengerti ?". Ujar mas Daffa tegas.
"Siap, Tuan.". Jawab mereka dengan jelas dan lantang. Tangan besar mas Daffa kembali menarikku perlahan untuk masuk ke rumah yang besar ini melalui pintu yang besar berwarna coklat itu. Ukiran pada kayu pintu itu sangat rumit, sepertinya harganya bukan main.
Mas Daffa membuka pintu dan aku langsung terpana karena melihat rumah ini begitu bernuansa klasik. Ada banyak ukiran-ukiran di sekitar dinding dan langit-langitnya, ukiran yang menceritakan abad reinasans, bercorak keemassan serta putih membuat rumah ini terasa semakin elegan.
"Mas, ini rumah siapa ?". Tanyaku sembari masih berjalan dengan mataku yang menjelajah seisi rumah ini.
"Itu yang punya rumah sedang duduk.". Mas Daffa menunjuk pada seseorang yang sedang duduk membelakangi kami di sofa yang luas itu.
"Hei...". Sapa mas Daffa dari kejauhan. Tapi dia tidak menoleh sedikitpun ke arah kami. Aku belum mengetahui siapa yang duduk di sofa itu, karena cuma rambutnya saja yang terlihat.
"Mungkin dia sedang mendengarkan lagu dengan earphone, Mas.". Ujarku sembari terus menerka-nerka siapa dia.
"Betul juga. Ayo kita datangi saja.". Aku mengangguk lalu kamipun berjalan mendekati dia. Semakin mendekat ke arahnya, aku mendengar suara dengkuran yang cukup keras.
"Astaga tidur dia ternyata...". Aku menghampiri mas Daffa yang lebih dahulu sampai di hadapan pria itu.
"Loh ? Bang Lee ?!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...