*Sudut Pandang Mas Daffa*
"Hah...". Aku hembuskan napasku kembali ke gedung ini. Badanku masih berantakan tapi peduli amat. Vaksin itu harus diselamatkan ! Aku berjalan menuju lobby dari gedung ini.
"Hah ? Dikunci ?". Aku melihat jam di ponselku. Jam menunjukkan pukul 22:00. Sial ! Diperburuk lagi dengan tidak ada aktivitas di dalam gedung ini.
Pintu ini terbuat dari kaca, sebenarnya aku bisa menghancurkannya hanya dengan kelingkingku tapi itu akan memicu alarm dari gedung ini. Aku tidak ingin membunuh orang kali ini.
"Bagaimana ya ?". Aku berpikir dan mengamati sekitarku. Aku kelilingi bagian gedung ini demi mencari celah agar bisa masuk. Sumpah, ini gedung tidak ada jalan lain selain melalui lobi utama.
Aku berharap ada pintu darurat atau pintu karyawan yang langsung mengakses keluar gedung. Tapi semua pintu itu menuju lobi utama. Otakku berpikir lebih keras. Apa harus kulalui dengan cara bar-bar ? Atau ...
"Bangsat ! ...". Aku mengacak-ngacak rambutku tanda aku sedang bingung. Aku mencoba melihat arah parkiran ini. Tidak ada satupun kendaraan atau orang di sini.
Aku mencoba memasuki parkiran bawah tanah yang ada di bawah gedung ini. Semoga ada aksesnya. Sial ! Pintu masuk menuju parkiran bawah tanah sudah ditutup dengan tralis besi. Apa aku rusak saja ? Jangan Daffa ! Nanti alarmnya menyala ! Jika menyala pasti insting membunuhmu bakalan menyala juga. Ok, cari cara lain.
Aku melihat ke sisi kiri, ada benda kotak berwarna merah. Di sana ada lampu berwarna merah juga. Apa itu bisa membuka tralis ini ?
Benda itu seperti ATM. Sepertinya aku memerlukan kartu untuk membuka tralis ini. Tapi dimana kartunya ? Zani tidak pernah menyebutkan ada kartu parkir.Oh, tunggu dulu ! Apa kartu ID ini bisa ? Tapi bagaimana jika salah dan malah memicu alarm ? Bajingan ! Serba salah aku ! Namun, kalau tidak dicoba aku tak akan tahu jawabannya. Ah, bodo amat ! Aku siap dengan cara bar-bar sekalipun ! Semua ini demi Zani-ku.
"Bismillah ...". Aku memasukkan kartu ID milik Zani ke mesin ini. Aku bersiap dengan kuda-kuda ku jika alarm berbunyi.
"Beepppp... Kreekkkkk...". Pintu tralis itu langsung terbuka otomatis dan lampu pada mesin itu berubah menjadi hijau. Aku bernapas lega cara ini berhasil. Aku masuk menuju parkiran bawah tanah yang luas ini.
Kosong. Tak ada kendaraan apapun di sini. Aku mencari pintu masuk di sini. Semoga saja ada. Setelah hampir 20 menit aku memutari parkiran ini, aku melihat sebuah pintu berwarna silver yang terbuat dari besi itu. Pintu itu terkunci, namun ada alat yang hampir sama seperti diparkiran tadi. Aku hendak memasukkannya ke lubang tempatnya tapi kok tidak ada.
Aku membungkuk dan mencoba membaca tulisan yang ada di alat ini.
"Pelace yur kard hire (Place Your Card Here) ? Hah ?". Jancok ! Bahasa inggris ! Aku mana ngerti bahasa orang luar ini. Aku mengamati kartu ID milik Zani ini. Aku menyadari bahwa kartu ID ini ada dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris.
"Aidi Kard (ID Card).". Oh... Kard itu atau apalah itu ternyata artinya Kartu. Aku juga baru ingat, jika tulisan ini juga pernah ada saat aku ke hotel. Untuk masuk kamarnya, kita perlu menempelkan kartunya. Apakah sama ? Mari kita coba !
"Crekkk...". Bunyi pintu terbuka kuncinya. Huh... Ternyata bahasa inggris itu penting ya. Menyesal aku tidak serius waktu belajar pelajaran bahasa inggris saat aku pelatihan dulu.
Aku masuk ke dalam ruangan ini. Ruangan ini seperti tempat para OB. Ada mesin kopi, ada peralatan dapur, dll. Aku masuk ke pintu lainnya dan akhirnya aku sampai di lobi utama. Wuhu ! Daffa ... Kau luar biasa !
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You Be Mine ? [DONE]
FantasyPeringatan : Cerita ini mengandung unsur B×B, dominasi, dan agak sedikit sadis. Cerita tentang Hamzani Ramadhan yang jatuh cinta dengan teman satu kontrakannya. Namun, ternyata dia bukan orang biasa tetapi punya rahasia yang amat besar. Penasaran de...