Perubahan Perasaan

7.5K 383 59
                                    

"Tung, ting, tung, ting, tung..."

Suara alarmku berbunyi ternyata. Semua dalam diriku terasa pegal. Hatiku pegal, ragaku pegal, termasuk perasaanku juga pegal. Ternyata jam menunjukan pukul 09:00. Baiklah, lupakan masalah kemarin, Zani. Jangan hiraukan si manusia berhati dingin tersebut, ok ?

Ku tujukan langkahku menuju kamar mandi rumah ini dengan hati-hati. Tak ingin rasanya aku menemui dirinya kali ini. Syukurlah dia tidak ada di ruang keluarga dan dapur. Mungkin dia sudah pergi bekerja. Akhirnya akupun masuk ke dalam kamar mandi dan melakulan ritual mandi ku.

Kubereskan peralatan kuliah perdanaku di sini, mengambil sepatu, lalu keluar dengan sedikit berlari...
.
.
.

*BUGH*
.
.
.
Aku serasa menabrak sesuatu yang keras dan ternyata manusia super dingin dan kasar tersebut hadir di depanku.

"Maaf...". Ujar dia menunduk menatap mataku dengan tatapan yang sangat dalam. Pertama kalinya pandangan ini dan nada ini terdengar oleh telingaku.

OH TIDAK SEMUDAH ITU, FERNANDO ! KAU PIKIR DENGAN HAL TERSEBUT MEMBUAT HATIKU LULUH UNTUK MEMAAFKANMU ? AKU TIDAK BODOH, ALEJANDRO (Please, jangan nyanyi).

"Minggir !" Ucapku secara kasar sembari mendorong badannya yang serasa mendorong pipa paralon...
.
.
TAPI TERBUAT DARI BETON !
Awkoawkoawko
.
.
Tentu saja tenagaku kalah dengan tenaganya.

Kali ini, dia berjongkok sehingga wajah kami saling menatap. Wajah tampan rupawan, rahang tegas dengan tanpa brewok ataupun kumis yang menjadi dambaanku. Ah, Mas Daffa mengapa engkai begitu sempurna di mataku ?

Dia memegang kepala belakangku, dan mengelusnya perlahan membuatku merasa...
.
Terlindungi dan nyaman...
.
"Saya minta maaf...". Tatapan matanya sangat dalam dan penuh penyeselannya.

"Mas ! Salah aku apa sih, Mas ? Aku cuma memberi empati sama, Mas Daffa. Apakah hardikan yang patut aku dapat ? Hiks... Hiks...". Air mataku tiba-tiba mengalir...
Entah mengapa aku merasakan kesedihan yang tadi malam aku rasakan. Aku telah mencurahkan isi hatiku tadi malam. Dan perasaanku lega...

Tidak disangka, dia menarikku dalam dekapannya. Wajahku terbenam di dalam dadanya yang sangat keras dan hangat. Tapi kehangatan tersebut belum cukup untuk meredakan rasa sakit di dalam hatiku ini.

"Lepas ! Lepasin Gue, BANGSAT LO !". Tubuhku meronta untuk lepas dari dekapannya. Tak kusangka tenaga ku kali ini mampu menyingkirkan dekapannya yang kuat itu. Aku berlari melewati pagar sembari menangis. Aku lihat wajah Mas Daffa dari kejauhan, raut wajahnya penuh penyesalan kurasakan.

"Ah, sial ! Hari pertama kuliahku di Indonesia bukanlah hari yang membahagiakan...". Batinku mengucap kenyataan pada hari ini.

****************************
"Ya Tuhan... Hari pertama tapi tugas sudah di depan mata...". Ucapku sembari mengerjakan tugasku di laptop.

"Permisi, boleh duduk di sini ?". Ujar lelaki bertubuh tegap di depanku. Berwajah oriental, berkulit putih namun tetap tampan. Berbadan tegap dan kucium wangi jantan seorang laki-laki yang maskulin.

"Mas ? Halo...". Dia melambaikan tanganku yang sedang melamun menatap dalam wajahnya.

"Eh, iya, Mas. Silahkan... Silahkan..."

Diapun duduk dihadapanku. Meskipun dia tak seberotot Mas Daffa, namun tampaknya dia sangat ramah.

"Maaf ya, Mas. Saya menganggu. Perkenalkan, saya Cheng Lee. Panggil saja Lee". Ucap dia sambil menyodorkan tangan kanannya yang berkulit putih itu.

"Hamzani Ramadhan. Panggil saja Zani, Mas". Tanganku meyambut tangannya. Ternyata tangannya kasar.

"Mas ini jurusan apa ya kalau boleh tahu ?" Ucapku memberi pertanyaan kepadanya.

Could You Be Mine ? [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang