Lima

42K 3.1K 76
                                    

"Jangan senyam-senyum terus." Elle menekan luka Adrian membuat kakak laki-lakinya itu meringis perih. "Pelan-pelan El."

"Tadi aja waktu ditekan-tekan Sita, gak komen. Waktu aku yang ngobatin, kebanyakan komen. Heran aku."

"Sita gak tekan luka Abang kayak kamu tadi."

"Belain terus...." Elle menempelkan hansaplast pada luka Adrian. "Bang?"

"Apa?"

Elle berdecak kesal. "Kalau ada yang ngajak ngomong, lihat orangnya, bukan malah lihat dapur!"

"Iya, apa?"

"Abang beneran suka sama Sita?"

"Hah?!"

"Hah heh hah heh, jawab Bang."

"Kamu itu ngomong apa?"

"Budeg. Abang beneran masih suka sama Sita?" Bisik Elle tepat di sebelah telinga Adrian.

"Gak tau."

"Sebenernya Elle cuma mau iseng tanya aja sih. Orang buta juga tau, kalau Abang masih suka sama Sita."

"Orang buta mana bisa liat."

"Elle gak bilang bisa liat. Elle bilangnya bisa tau."

"Terserah kamu aja."

Adrian kembali melihat dapur, tanpa menyadari senyum miring Elle. Gadis itu berdiri dari duduknya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia menghampiri Sita yang sedang memindahkan nasi goreng ke atas piring.

Suara dari pintu yang diketuk membuat Adrian juga ikut beranjak dari duduknya. Pria itu membuka pintu, Mr. Aland berdiri di depan pintu dengan dahi mengerut.

"Adrian?" Tanya Mr. Aland heran. "Kamu udah pulang?"

Mr. Aland terlonjak kaget karena Elle yang menerjang tubuhnya dengan pelukan hangat. Papahnya ini baru saja pulang dari perjalanan bisnis yang lumayan jauh, maka dari itu, kemarin Mr. Aland tidak bisa pulang ke rumah dan bertemu dengan Sita.

"Biasa Pah," Elle mengambil tas Mr. Aland dan meletakkannya di atas sofa. "Bang Adrian mau modus."

"El!" Tegur Adrian, pria itu menatap Elle tajam.

"Emang iya kok." Balas Elle tak perduli, mengabaikan tatapan Adrian yang ingin melakban mulutnya.

"Modus sama siapa?"

"Eh Om Aland. Apa kabar Om?" Sita mengusap tangannya menggunakan tisu, ia baru selesai cuci tangan setelah memasak di dapur.

Gadis itu mengambil tangan Mr. Aland, menyalami. "Aku udah masak Om, tinggal dimakan aja sekarang." Ucap Sita, lalu gadis itu kembali lagi ke dapur untuk membuat minum.

"Oh, I see." Mr. Aland menaik-turunkan alisnya. "Jadi ini alasan kamu tidak ke kantor?"

"Enggak Pa. Elle gak usah di dengerin." Elak Adrian saat dirinya sudah merasa terpojokkan.

"Halah Bang, gak usah ngelak. Tadi aja pelukan waktu naik motor, itu sebagian dari niat modus Abang kan?"

"Siapa yang mau modus?"

"Abang lah! Masa Papah!"

Mr. Aland tertawa mendengar perdebatan Adrian dan Elle. Pria tua itu menepuk-nepuk pundak Adrian lalu berucap. "Umur kamu sudah matang untuk menikah Adrian, jika itu pilihan kamu. Maka, ajak dia ke jenjang yang lebih serius. Jangan sampai kamu keduluan orang lain."

"Tuh dengerin omongan tetua."

"Kamu juga El, jangan terlalu terbelenggu dengan masa lalu."

"Tuh dengerin omongan tetua." Adrian menirukan ucapan Elle yang sempat mengejeknya. Pria itu beranjak dari duduknya dan melangkah menuju ruang makan.

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang