Empat Puluh Tiga

25.6K 1.8K 52
                                    

"Saya tidak menyangka kamu melakukan hal itu pada Adik saya." Hardi menatap tajam Adrian. Kedua pria itu sudah membuat janji akan bertemu kemarin dan di sinilah mereka sekarang. Sebuah kafe terkenal di Semarang.

Adrian menyesap V-60 coffee miliknya. "Saya tidak menyangkal yang saya lakukan itu salah. Tapi saya akan mencoba memperbaiki semua kesalahan saya."

"Kamu sebagai Suami Sita harusnya tau betul bagaimana trauma yang Sita alami. Saya dulu selalu melindungi dia dari Ayah sampai menyekolahkan dia ke Jogya. Apa saya juga harus melindungi Sita dari kamu Adrian?"

"Tolong jangan lakukan itu. Saya sudah berjanji pada diri saya sendiri tidak akan melakukan hal yang sama pada Sita."

"Kamu bukan hanya menyerang fisik. Namun hati Sita juga terkena dampak dari perkataanmu itu. Saya tidak percaya lulusan Oxford begitu bodoh sepertimu."

Adrian menundukkan kepalanya. Ia tidak menyangkal apapun perkataan Hardi. Adrian merasa ucapan Hardi benar, ia begitu bodoh.

"Saya tidak ingin berlama-lama di sini. Sita meminta saya mengunjunginya. Maka dari itu, sampai saya mendengar Adik saya menangis lebih parah setelah kejadian ini. Saya pastikan kamu tidak akan pernah melihat Sita dan keponakan saya." ucap Hardi panjang lebar dan penuh ancaman. Tentu pria itu tidak akan main-main dengan ucapannya.

Adrian merespon Hardi dengan anggukan kepala. Setelah Hardi pergi dari hadapannya. Adrian memijat kepalanya yang tiba-tiba pening. Ia harus terus berusaha mendapatkan hati Sita kembali jika tidak ingin kehilangan wanita itu.

Kesempatan tidak akan datang dua kali. Adrian akan menggunakan kesempatan ini. Semoga Sita mau menerima dirinya kembali.

*****

Adrian terus melihat jam yang menggantung di tangannya. Ia mendapat kabar Sita tidak berada di unit. Jadi Adrian nekat menyusul Sita ke apartemen. Tidak perduli kehadirannya ditolak nantinya. Adrian masih memiliki ratusan cara membuat Sita kembali padanya.

Mendengar langkah kaki menuju ke arahnya, sontak Adrian menatap penuh harap orang yang datang menghampiri dirinya. Dugaan Adrian benar, Sita pasti terkejut melihat kedatangannya ke sini.

"Aku kira hidupku tenang setelah kamu pergi dari apartemenku. Ternyata itu cuma perkiraan." ucap Sita tajam, wanita itu berhenti tepat di depannya. Tanpa menatap Adrian Sita mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya.

"Ta, kasih Mas waktu buat nebus semuanya."

"Aku kasih kamu waktu pun gak akan mempengaruhi apapun. Kita nanti juga akan tetap bercerai."

Tubuh Adrian menegang. "Ta. Mas minta kesempatan kedua. Kalau emang kesempatan ini bakal Mas langgar lagi, kamu boleh pergi sejauh-jauhnya dari Mas." sahut Adrian. Walau ia tidak yakin akan bisa hidup tanpa Sita dan anaknya. Namun semoga cara ini dapat membuat Sita mau memberinya kesempatan.

"Aku pernah dulu pernah memberikan seseorang kesempatan kedua. Akhirnya juga sama, aku gak yakin itu gak akan berlaku di kamu." jawaban Sita mampu membuat Adrian terkesiap. Tidak terlalu panjang, tapi entah mengapa sangat menyakitkan bagi Adrian.

"Apa yang harus Mas lakuin biar kamu mau menerima Mas lagi Ta? Mas cuma mau kita seperti dulu."

Tangan Sita memegang gagang pintu, namun Adrian sebisa mungkin menahan langkah Sita yang hendak masuk ke dalam unit. "Apapun yang kamu mau Mas akan kasih Ta. Tapi tolong terima Mas kembali."

"Kamu lucu ya. Kamu sendiri yang mengusir aku dan kamu sendiri yang mohon-mohon aku kembali. Aku heran, ada orang seperti kamu."

Adrian bungkam. Namun matanya menyiratkan rasa bersalah yang mendalam. Sita tidak buta, tapi mau bagaimana pun Adrian, Sita perlu memikirkan ribuan kali untuk memaafkan Adrian.

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang