Setelah kabar kehamilan Sita sampai ke telinga Elle dan Mr. Aland, besoknya Mr. Aland langsung terbang ke Indonesia untuk menemui Sita. Elle yang tak terima Mr. Aland meninggalkannya begitu saja, mogok bicara pada Mr. Aland selama seminggu. Alasan Elle tidak boleh ikut alasannya sangat klise, Elle tidak boleh bolos kuliah.
Mr. Aland datang membawa buah-buahan sebanyak mungkin hingga pria itu harus membeli satu kulkas lagi untuk meletakkan seluruh buah-buahan yang dibawanya di dalam kulkas.
Kini, Mr. Aland sedang duduk di teras rumah dan Sita yang bersandar di bahunya. Adrian yang mendengar permintaan Sita sontak merengut, ia tak suka Sita lebih dekat dengan Ayahnya ketimbang dirinya. Sita harus bermanja-manja padanya, bukan Ayahnya!
"Ta! Mas ini suami kamu. Ayahnya bayi kamu, kok kamu malah lebih nempel ke Papa?!"
"Apa to Mas? Kamu itu ribut terus dari tadi. Kupingku sampai bengkak denger kamu ngomong terus." balas Sita, ia masih menyandarkan tubuhnya pada Mr. Aland.
"Kamu sama Papa kok masih sempat cemburu to Dri. Aneh." ucap Mr. Aland pada Adrian.
Adrian geram. Ia bangkit dari duduknya, dengan paksa ia menggendong tubuh Sita dari samping dan meletakkan tubuh istrinya di atas pangkuannya. Adrian memeluk pinggang dan leher Sita agar wanita itu tak bisa bergerak.
"Mas! Kamu ini manusia apa medusa sih?" ucap Sita sebal namun tidak mencoba melepaskan diri.
"Ta, kamu gak pengen makan mangga muda?" tanya Mr. Aland pada Sita.
"Enggak Yah. Aku gak pengen apa-apa."
"Kamu hamil tapi gak muntah-muntah ya Ta. Padahal Ayah udah siapin mangga muda tiga kardus nyolong dari rumah Pak RT loh."
Sita terkekeh kecil. "Gak tau nih Cucu Ayah gak mau makan apa-apa. Gak mau ngerepotin Eyang Kakungnya."
"Ayah jadi gak sabar gendong si Cucu. Pasti mirip Ayah nanti."
"Heh! Gak bisa!" sentak Adrian tiba-tiba membuat Sita terlonjak kaget. "Maaf Sayang." Adrian menggelus pundak Sita lalu kembali berucap, "Orang itu anak Adrian. Kenapa bisa mirip Papa?"
"Ingat Dri. Kamu itu control+P Papa, pasti anak kamu juga bakal mirip Papa nantinya."
Adrian mengelus perut Sita yang masih rata. "Anak kita nanti campuran kamu sama aku ya Ta. Bukan Papa sama kamu."
"Iya Mas. Ini nanti gak mirip Ayah kok, mirip kita."
"Papa dengar? Mirip Adrian sama Sita. Bukan Papa sama Sita."
Mr. Aland mengangguk malas menanggapi pernyataan Adrian. Sita yang hamil tidak membuatnya emosi, malah anaknya sendiri yang membuatnya emosi. Kenapa? Karena emosi Adrian selama dua minggu ini naik turun seperti resleting celana jeans.
***
Sita mengangkat wajan besar berisi minyak penuh. Ia ingin meletakkan wajan itu di lantai dekat rak piring, namun belum sampai ke tempat yang akan ditujunya. Wajan yang ia angkat sudah berpindah tangan ke tangan Adrian.
"Kamu jangan angkat yang berat-berat Ta. Gak boleh."
"Cuma angkat ini aja kok Mas. Nanggung, aku lagi pengen––"
"Kamu pengen apa? Biar Mas yang beli. Gak usah masak, nanti kamu kecapean. Ingat kata dokter Ta, kamu gak boleh terlalu capek. Nanti kamu pingsan bisa-bisa Mas juga ikut pingsan bareng sama kamu. Kan gak lucu Ta." sela Adrian cepat.
"Iya Mas Sayang. Aku cuma pengen bikin hokkaido cheese toast."
"Makanan apa itu?"
"Ya Mas cari aja di mall, di Amplaz kayaknya ada di bagian agak pinggir dekat pintu masuk yang depan. Tapi gak tau kalau tempatnya udah pindah. Atau di JCM, Hartono Mall kayaknya juga ada deh Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sangat mencintainya dan dicintainya. Tidak mudah mendapatkan kepercayaan Sita, gadis itu dikenal sangat...