Dua Puluh Enam

26.5K 2K 15
                                    

Sita membuka pintu rumahnya. Ia masuk ke dalam kamar untuk mandi dan berganti baju. Sita masih di rumah sendirian, Adrian belum pulang dari Jakarta ke Yogyakarta.

Sita mengambil buah dari dalam kulkas untuk ia makan. Ayah Aland selalu menyuruhnya untuk banyak makan buah-buahan selama kehamilan. Ayah Aland bahkan membuatkan smoothie untuknya selama pria itu berada di sini.

Bel rumahnya berbunyi nyaring. Sita meletakkan buah apel dan pisau di atas meja.  Sita menyambut kedatangan Adrian dengan pelukan hangat dan kecupan di pipi.

"Mas kangen banget sama kamu Ta." Adrian mengelus rambut Sita lalu mengecup pundak istrinya.

Adrian masuk ke dalam rumahnya untuk membersihkan diri sebelum melepas rindu dengan istrinya. Sita menyiapkan baju tidur Adrian di atas kasur. Wanita hamil itu kembali ke ruang tengah, melanjutkan kegiatan makan apel yang tadi sempat tertunda.

"Ta."

Adrian keluar dari kamar. Pria itu menghampiri Sita dan meletakkan kepalanya di paha Sita. "Kamu seharian ngapain aja?"

"Cuma keluar tadi beli makan."

Adrian mengelus perut Sita yang belum terlalu besar. "Kamu gak bikin Mommy repot kan?" ucapnya lalu mengecup perut Sita.

Kebiasaan Adrian yang baru saat ini, berbicara pada di depan perut Sita dan sesekali menempelkan telinga ke perut Sita. Aneh, namun Sita suka. Wanita itu mengelus kepala Adrian pelan.

"Kamu gak potong rambut Mas?" Sita menyisir rambut Adrian ke belakang. "Udah mulai panjang rambutnya."

"Belum sempat Ta." Adrian mengubah posisinya menjadi telentang. "Kapan-kapan aja Mas manggil tukang cukur rambut ke sini."

Adrian menerima suapan potongan apel dari tangan Sita. Setelah apel itu habis dimakan oleh Sita dan Adrian. Sita bersandar pada sofa, tangannya masih mengelus rambut Adrian. Hanya butuh sepuluh menit, Adrian sudah tertidur lelap di paha Sita.

Sita memandang wajah Adrian. Kasihan suaminya, sudah membangun hotel miliknya mulai dari nol dan sekarang ada yang ingin menghancurkannya?

Sita tidak akan membiarkan itu terjadi pada Adrian. Kesuksesan adrian adalah bukti kebenaran pepatah yang berkata jika usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Sita tidak akan mengucapkan hal ini pada Adrian untuk sementara waktu. Sebelum pelaku itu tertangkap. Sita akan memastikan pelaku itu tidak akan selamat dan baru ia akan memberitahu hal Adrian hal ini.

Biar Sita menyimpan rahasia ini untuknya dirinya sendiri. Mungkin untuk waktu yang Sita tidak ketahui.

****

"Gimana Mas?"

Hardi menggeleng lemah. "Mas belum bisa memastikan siapa pelakunya. Dia bermain halus. Gak bukti satupun yang tertinggal."

"Aku selalu dukung Mas. Kalau ada yang bisa aku bantu, Mas bisa hubungi aku."

"Iya Ta."

Sita mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop berwarna coklat. "Aku lihat dari daftar semua hotel Mas Adrian. Ada tiga hotel yang hasil perhitungannya pendapatannya salah. Aku rasa itu disengaja."

Hardi mengambil amplop itu. "Kamu tau dari mana Ta?"

"Aku belajar dari Elle Mas. Dia yang ngasih tau aku cara ngitung-ngitung kayak gitu. Dan menurut data dan hasil perhitungan itu berbanding jauh. Ada pengeluaran yang tidak diketahui fungsinya tapi gak kehitung di situ."

Hardi membaca laporan yang diberikan oleh Sita. "Ya. Setidaknya ini bisa menjadi salah satu bukti. Kita tinggal mencari pelaku dari kejadian ini."

"Semoga bisa cepat ketemu."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang