Dua Puluh Dua

34.6K 2.4K 99
                                    

Sita menatap dirinya di depan cermin, wajahnya sepenuhnya tertutup oleh make up. Hari bahagia untuknya, pernikahannya bersama Adrian. Sita menatap tangannya yang dipenuhi dengan hena, nama Adrian terbaca jelas di tengah-tengah telapak tangannya.

Senyum Sita terbit, dalam hati berucap terima kasih pada Tuhan atas semua yang terjadi padanya. Pintu ruangan terbuka, kepala Mr. Aland menyembul dari pintu. Pria itu masuk dan tersenyum lembut pada Sita. Laki-laki itu duduk di sebelah Sita.

"Sebentar lagi kamu akan menikah." Mr. Aland mengelus pipi Sita, memandang Sita seolah yang ada di sampingnya adalah putrinya. "Ayah gak bisa kasih tau kamu gimana cara membina rumah tangga yang bahagia karena pernikahan Ayah dan Ibu Elle gagal, Ayah tidak bisa menjaga Ibu Elle sampai akhir hayatnya."

"Ayah...,"

"Tapi Nak, Ayah hanya ingin berkata sama kamu. Bersikaplah jujur dan terbuka dengan pasangan kamu. Bagaimana pun keadaan kalian, kalian harus saling mendukung satu sama lain."

"Iya Yah. Terimakasih." Sita menghambur ke pelukan Mr. Aland. "Sita bakalan dengerin omongan Ayah. Sita bakalan selalu bantu Mas Adrian gimana pun keadaannya nanti."

"Kamu sudah siap?" tanya Mr. Aland sambil merenggangkan dekapannya. "Adrian sudah berkeringat di luar."

"Ya. Sita siap."

Mr. Aland menyodorkan lengannya dan Sita memeluk lengan Mr. Aland, Sita berjalan masuk ke dalam sebuah gereja di Yogyakarta. Begitu masuk, suasana di dalam gereja sangat tenang. Semua mata tertuju padanya, Sita mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Kebanyakan umat yang hadir adalah keluarga besar Adrian dan keluarga Ibunya. Adrian benar, Ayahnya tidak datang, hanya datang sebagai tamu di resepsi mereka nanti. Elle dan Laras memberikan senyuman terbaik mereka pada Sita, ngomong-ngomong mereka terlihat menawan dengan dress yang dipilihkan Sita.

Mata Sita terpaku menatap Adrian yang juga menatapnya tanpa berkedip, seperti ada magnet diantara mereka berdua. Pada saat Sita sampai di depan Adrian, tercetak jelas senyum haru di wajah pria itu. Upacara penerimaan sakramen perkawinan berlangsung dengan khidmat, Adrian maupun Sita melakukan sumpah pernikahan lalu bertukar cincin. Adrian mengecup kening Sita, dilanjutkan dengan ciuman sebagai sepasang suami istri.

Setelah semua sudah selesai, Adrian dan Sita melakukan foto keluarga bersama. Mulai dari keluarga besar hingga dengan Elle dan Laras saja. Kedua sahabatnya itu berebut ingin foto bersebelahan dengan Sita, pada akhirnya Sita bersebelahan dengan Laras dan Elle yang bersebelahan dengan Adrian.

Di tengah pengaturan letak posisi keluarga besar Sita yang ingin berfoto bersama, Adrian mengecup daun telinga Sita lalu berbisik dengan suara mesra. "Hallo Wifey,"

Sita tersenyum, ia membalas Adrian dengan mengecup leher Adrian. "Hai Mas Suami."

*****

Sita masuk ke dalam ballroom hotel milik Adrian. Sita berjalan diiringi dengan tarian di depannya, Sita tersenyum begitu lebarnya--menunjukkan pada semua tamu undangan bahwa dirinya sangat bahagia. Pesta yang disiapkan oleh Mr. Aland tidak perlu diragukan lagi.

Mewah? Pasti.

Meriah? Sangat.

Elegan? Jangan ditanya. Tapi kalau terlanjur nanya ya udah.

Ribuan tamu datang di pesta yang dibuatkan oleh Mr. Aland entah dari kolega atau teman Sita saat kuliah maupun SMA. Setiap orang yang masuk ke dalam resepsi diberikan topeng untuk menutup setengah wajah mereka. Sita merasa ini lebih menjurus ke pesta ulang tahun daripada resepsi pernikahan. Dari semua manusia yang hadir, yang tidak menggunakan topeng hanya Raja dan Ratu di pesta pernikahan hari ini.

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang