Dua Puluh Lima

31.1K 2K 10
                                    

Sita duduk di ruang tengah. Empat bulan penuh kegiatannya selalu seperti ini. Duduk-duduk di rumah, jalan-jalan mengelilingi komplek, dan memasak makanan. Tidak melelahkan, namun cukup membosankan.

Sita mengganti siaran televisi internasional dengan siaran nasional. Tadi pagi Laras menemaninya di sini dan siangnya Laras sudah kembali ke kos-kosan gadis itu. Keberadaan Laras disini membuatnya terhibur. Di rumah besar ini sepi dan entah mengapa semenjak hamil Sita tidak menyukai kesunyian.

Adrian duduk di sebelah Sita, merangkul pundaknya dan menyandarkan kepala Sita ke dadanya. "Ta. Kalau Mas hari ini harus ke Jakarta kamu gimana?"

"Emang ada masalah Mas?"

"Hotel di Jakarta ada yang kebakar. Hotel Mas yang bintang tiga."

"Hah?! Kebakar? Semuanya?"

Adrian mengelus pundak Sita yang tegang. "Cuma sebagian aja Ta. Belum sampai merambat kemana-mana untungnya, cuma sepuluh kamar aja yang kena."

"Itu banyak Mas. Terus ada korban gak?"

"Beruntungnya gak ada korban. Cuma luka ringan aja."

"Jadi, Mas boleh ke Jakarta?" tanya Adrian memastikan pertanyaannya yang belum terjawab.

"Boleh Mas."

Adrian mendekat. Ia mengecup dahi dan bibir Sita. "Mas berangkat sekarang ya Ta."

Sita beranjak dari duduknya. "Ya. Aku siapin barangnya dulu." ucapnya lalu masuk ke dalam kamarnya bersama Adrian.

****

+628134526***: Ini beneran penting Ta. Tolong balas pesanku. Aku Mas Hardi

Ponsel Sita mengeluarkan notifikasi. Sita mengambil ponselnya, ia membaca pesan yang dikirimkan oleh orang itu. Pesan yang sudah lama ia arsipkan keluar lagi ke permukaan.

"Mas Hardi to ternyata. Aku kira siapa." gumam Sita. Tangannya bergerak segera menyimpan nomor ponsel Mas Hardi secepatnya.

Natalia Sita: Kenapa Mas?

Mas Hardi: Hari ini Mas lagi ada di Jogya. Kamu bisa nemuin Mas?

Natalia Sita: Emangnya ada masalah apa Mas?

Mas Hardi: Tentang suami kamu. Pokoknya nanti Mas kasih tau tempatnya, kamu tinggal nyusul Mas aja. Kira-kira nanti jam 7 malam

Natalia Sita: Oke

Sita bangun dari rebahannya. Sita melihat jam dinding yang tergantung di atas pintu masuk. Sudah jam enam sore ia di sini, ditemani oleh dua asisten rumah tangga di bawah.

Sita masuk ke dalam walk in closet. Berhubung Hardi belum mengabarinya, ia akan memakai masker wajah. Sita mengoleskan masker bubuk yang sudah dicampurnya dengan air hangat. Setelah mencuci wajahnya, Sita memakai masker yang sudah siap.

Sita bermain ponsel dan membuka halaman berita yang memunculkan kebakaran hotel milik suaminya. Di dalam halaman itu, disebutkan bahwa kebakaran itu diduga atas kesengajaan seseorang. Bukan kecelakaan. Sita terus membaca halaman demi halaman berita. Tidak hanya satu sumber namun dari beberapa sumber lainnya.

Dahi Sita mengerut, saking dalamnya kerutan. Beberapa bagian masker yang sudah kering menjadi terpecah. Kebakaran ini bukan kecelakaan. Berarti kebakaran ini disengaja oleh seseorang. Kenapa bisa sampai terjadi keteledoran fatal seperti ini?

Dan siapa orang yang membakar hotel suaminya?

Pertanyaan itu berputar-putar di kepala Sita. Apa ini ada hubungannya dengan Kakaknya yang menyuruhnya untuk bertemu?

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang