Empat Puluh Empat

25.5K 1.7K 38
                                    

Adrian membawa sebuket bunga. Tak perduli nantinya bunga ini akan berakhir di mana, Adrian tetap membawa bunga ini untuk Sita.

Adrian sudah mengambil keputusan. Jika Sita menolak kehadiran Adrian lagi. Ia akan mundur, ia tidak mau Sita tertekan karena ia terus mengusik wanita itu. Tapi jika ia memiliki kesempatan lagi, tentu Adrian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut begitu saja.

Adrian melangkah pelan menuju unit Sita. Mengatur napasnya sebentar, lalu tangannya melayang mengetuk pintu apartemen Sita.

Butuh beberapa menit sampai Sita membuka pintu apartemennya. Senyum Adrian melebar ketika Sita membuka lebih lebar untuknya. Mempersilahkan Adrian masuk ke dalam.

Senyum itu hanya bertahan sepersekian detik. Ia masuk ke dalam apartemen ini ada dua kemungkinan. Pertama, ia harus pulang tanpa membawa Sita kembali padanya. Kedua, ia tidak membawa apapun dan hidupnya hancur termakan kesepian.

Adrian menyerahkan buket bunga untuk Sita. Wanita itu menerimanya. Adrian tidak melihat tanda-tanda bunga itu akan dibuang ke dalam tong sampah.

Adrian dan Sita duduk. Saling menjaga jarak satu dengan yang lain.

"Beri Mas waktu buat jelasin semua." ucap Adrian.

"Ya. Aku beri Mas waktu." panggilan yang sempat Adrian rindukan juga sudah kembali keluar dari bibir Sita. Itu cukup membuatnya sangat bahagia.

"Sebelum kejadian itu. Ada seseorang yang mengirimkan Mas sebuah foto. Tiga hari foto di dalam amplop itu tergeletak di begitu saja di meja kerja Mas. Sekretaris Mas mengingatkan jika ada yang mengirim foto buat Mas. Lalu Mas membuka foto itu. Foto berisi kamu dan Mas Hardi berpelukan sangat erat. Menggambarkan pada dunia jika kalian itu saling mencintai satu sama lain."

Sita diam. Tapi dalam hati ia terkejut mendengar pernyataan Adrian. Ia tidak pernah mengira jika ada yang mengambil gambarnya dengan Hardi.

"Mas gak percaya pada foto itu. Mas pergi ke lantai atas untuk membakar foto  sialan itu. Lalu Mas menelfon kamu untuk datang, Mas sempat takut kehilangan kamu. Tapi Mas selalu menepis pikiran itu dari dalam benak Mas."

Jadi kejadian Adrian yang menelepon dirinya dengan nada panik itu karena pria itu melihat foto yang entah siapa pengirimnya?

"Selang beberapa hari. Ada orang yang mengirimkan Mas pesan. Dia minta agar Mas pergi ke taman yang kamu dan Hardi kunjungi. Awalnya Mas bingung, untuk apa orang itu memanggil Mas ke taman? Tapi saat Mas hampir pulang. Mas melihat kamu berjalan dengan seorang pria. Mas tidak tau itu Hardi, Mas sama sekali belum mengenal Hardi saat itu."

Adrian mengatur napasnya. Mengambil oksigen sebanyak mungkin dan kembali menjelaskan pada Sita. "Mas marah. Mas melampiaskan semua itu dengan pergi ke bar. Lalu kejadian malam itu terjadinya Ta. Kejadian yang membuat Mas sangat menyesal sudah melakukan hal itu dengan kamu."

"You broke my heart."

"I know."

"And I hate you." lanjut Sita mampu membuat Adrian tertegun. Menatap mata Sita dalam. "I hate you because I still love you."

"Mas kalut Ta. Takut kamu meninggalkan Mas demi pria lain. Mas takut yang terjadi sama Papa juga akan terjadi sama Mas."

"You didn't just break my heart.  but my feeling too. Aku kira aku orang spesial di hidup kamu Mas. Ternyata aku cuma kamu anggap sebagai orang asing yang gak penting keberadaannya. Kenapa Mas gak tanya sama aku?"

"Mas gak bisa berpikir jernih saat itu. Mas juga gak bermaksud ngelakuin hal itu ke kamu."

"Yes you do!" Sita mengusap air mata yang jatuh dari pipinya. Tatapannya menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam. "Aku pernah memberikan kesempatan kedua sama seseorang. Tapi berakhir dengan kisah yang sama. Aku gak yakin itu gak akan berlaku buat Mas."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang