Empat Puluh

27.6K 1.9K 23
                                    

"Bagaimana itu bisa terjadi?! Dia menghilang lagi?!" teriak Hardi sambil menggebrak meja kerjanya.

"I-iya Pak. Tiba-tiba Pak Neo menghilang. Kami sudah mencari dimanapun. Tetapi tetap tidak ketemu."

"Kalian dibayar mahal bukan untuk membuat saya berpikir tentang hal remeh temeh seperti ini!" Hardi menendang kursi kali ini.

"M-maaf Pak. Kami akan mencari Pak Neo lagi."

"Harus!"

Semua karyawan Hardi undur diri dari hadapan pria itu. Hardi memijat keningnya pelan. Apa yang harus ia jelaskan pada Sita nanti? Ia sudah berjanji akan membuat hidup Mr. Neo mendekam di penjara. Tapi mengapa saat hari itu tiba. Mr. Neo tiba-tiba menghilang?

Hardi sudah mencoba menghubungi Sita beberapa hari ini. Tapi tak kunjung mendapat balasan dari Adiknya. Sebenarnya, kemana Sita. Dua hari yang lalu Hardi kembali berkunjung ke rumah Adrian. Yang didapati hanya lima orang asisten rumah tangga. Tidak ada Sita maupun Adrian di sana.

Apa ini semua ada hubungannya dengan Mr. Neo? Hardi tidak tahu.

Hardi mengambil tas kerjanya. Ia akan terbang ke Yogyakarta lagi untuk memeriksa  Adiknya di sana. Hardi berharap Sita baik-baik saja.  

Jam terus berlalu. Hardi dijemput oleh taksi online. Hardi mengerang kesal ketika taksi yang dia tumpangi berhenti tiba-tiba. Ia turun dari mobil lalu menghampiri sang supir.

"Ada masalah apa Pak?" tanya Hardi.

"Ketoke kendala ning mesin Mas. Tapi aku wes nelfon koncoku tak kon rene. Masnya tenang wae."

Dahi Hardi mengernyit, ia tidak mengerti. "Maksud Bapak?"

"Masnya bukan orang Jawa?"

Harus di menggeleng.

"Maaf Mas. Saya kira orang Jawa. Jadi gini, mungkin kendalanya di mesin. Saya sudah nelfon teman saya. Sebentar lagi dia ke sini." supir taksi menjelaskan perlahan pada Hardi. Laki-laki itu mengangguk paham mendengarkan penjelasan supir taksi.

Lima menit berlalu. Hardi bisa mendengar suara mesin motor yang cukup memekakkan telinga. Ia menoleh pada supir taksinya. Wajah supir taksi yang ia tumpangi terlihat takut.

"Mas bisa berantem?" supir taksi tua itu bertanya pada Hardi. Pria itu menggeleng sebagai jawab, Hardi tidak terlalu pandai bela diri.

"Saya takut itu begal Mas." ucap supir taksi yang sudah gemetar di tempatnya.

Suara motor itu semakin jelas terdengar. Beberapa gerombolan orang itu mengerubungi mobil dan memandang Hardi dari atas sampai bawah.

"Kalian sudah masuk kawasan kami." ucap salah satu dari mereka.

"Serahkan semua barang yang kalian bawa termasuk mobil ini!" timpal seseorang di belakang orang tadi.

"Memangnya kalian siapa?" Hardi mencoba tetap tenang.

"Kami pemilik jalan ini!" bentak orang tadi.

Orang-orang itu turun dari kendaraannya. Hardi sudah mengambil ancang-ancang jika salah satu dari mereka ada yang menyerang. Hardi memang buta tentang bela diri, tapi ia masih paham beberapa cara memukul manusia.

"Serahin semua barang-barang kalian atau kalian bakalan mati!" teriak orang yang di lehernya terdapat kalung rantai.

"CEPETAN!"

Hardi memandang orang itu datar tanpa menjawab pertanyaan  yang dilayangkan padanya.

"BISU KALIAN?! CEPETAN SERAHIN KE KAMI!"

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang