Tiga Puluh Satu

23.2K 1.6K 16
                                    

"Bagaimana? Sudah kamu kirim di kantornya?" seorang laki-laki bertanya kepada orang suruhannya.

"Belum Pak Neo. Istri Adrian selalu bersama suaminya. Saya sulit untuk memberikan foto ini padanya."

Neo menumpukan tangannya di meja. Ia mengusir orang suruhannya menggunakan kode tangan. Ia memandang dua amplop coklat yang berada di mejanya.

Satu amplop berisi foto Sita dan Hardi. Amplop lainnya berisi foto Adrian dan Merry—orang suruhannya yang menyamar menjadi rekan kerja Adrian. Merry sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Tinggal menunggu semua amplop ini nanti yang akan sampai ke tangan Adrian dan Sita.

"Kalau aku tidak bisa menjatuhkan kamu dulu Aland. Setidaknya anak dan menantumu itu yang akan mendapat imbasnya."

Neo mengepalkan tangannya di atas meja. "Setelah kau mengambil Natalie dariku. Kau juga menyakitinya Aland."

Neo tersenyum remeh. Aland dulu memang sahabatnya semasa kuliah. Namun semua itu berubah ketika Aland merebut Natalie darinya, Aland menyetujui perjodohannya dengan Natalie. Dia merebut Natalie padahal saat itu Natalie adalah kekasihnya. Aland bukan sahabatnya. Aland musuhnya!

Neo kira dengan dirinya memalsukan kematiannya, Natalie akan hidup bahagia bersama Aland. Namun ia salah, Natalie diselingkuhi, Aland bahkan bermain tangan pada wanita yang paling dicintainya dulu.

Natalie meninggal juga karena laki-laki itu. Cintanya meninggalkan dirinya gara-gara Aland yang memilih wanita lain. Lalu apa bedanya Aland dengan Natalie?

Natalie memang salah, wanita itu masih berhubungan dengannya walau sudah memiliki Adrian di pernikahannya dengan Aland. Tapi apa tidak cukup hanya dengan perselingkuhan Aland untuk membalas Natalie? Haruskah Natalie mendapat setiap pukulan dan hinaan lagi dari pria itu?

Neo melempar pigura foto Aland ke dinding hingga pecah berkeping-keping. "ARGHH!!!" teriaknya frustasi.

Ketika Neo melihat wajah Adrian. Bayangan Aland saat masih muda kembali memenuhi pikirannya. Bayangan saat dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Aland jalan dengan wanita lain dan pergi ke hotel.

Neo tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Natalie kala itu. Pasti wanitanya menangis di tengah malam menunggu suaminya pulang.

"Kau harus dapat balasannya Aland! Aku pastikan itu!"

****

Selepas mengadakan rapat dadakan di siang hari. Adrian memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Tadi sekretarisnya mengabari jika ada Adrian harus menghadiri pertemuan di sebuah kafe yang terletak di dalam mall dekat hotelnya.

Adrian mengabari Sita jika wanita itu jika tidak harus kembali ke kantor lagi untuk bertemu dengannya. Karena Adrian akan langsung pulang ke rumah sesudah pertemuan dengan kliennya selesai nanti.

"Pak Adrian." Merry menyapa Adrian ketika Adrian sedang menunggunya.

Adrian mengangguk lalu mengeluarkan laptop dan beberapa barang lainnya di atas meja untuk ia tunjukkan pada Merry. Entah hanya perasaan Adrian atau bukan, Merry selalu mencari-cari celah untuk menggodanya.

"Jadi bagaimana Bu?" tanya Adrian sesudah menjelaskan semua rencananya pada Merry.

Wanita dengan baju mini dan berdada melon itu mengangguk, ia mengibaskan rambutnya dengan gerakan yang menggoda. "Saya setuju sama semua usulan Pak Adrian." Merry menyentuh tangan Adrian di atas meja. "Bisa kita bertemu seperti ini di lain waktu?"

Adrian melepas tangan Merry dari tangannya. "Maaf Bu. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Tidak akan ada pertemuan lain jika tidak ada kaitannya dengan pekerjaan."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang