Tujuh Belas

33K 2.4K 28
                                    

Make You Mine—PUBLIC

Natalia Sita Abigail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natalia Sita Abigail

*****

Sita memandang ke luar jendela apartemennya, ia masih diam hingga saat ini. Untuk pertama kalinya ia memukuli orang hingga membuat orang tersebut tak sadarkan diri secara mengenaskan. Jangan salahkan Sita, pria itu mengingatkannya pada Ayahnya. Laki-laki egois, brengsek, kasar dan tidak bisa menghargai wanita. Sita benci laki-laki seperti itu.

Pintu apartemen Sita yang tidak Sita kunci, terbuka perlahan. Sita tidak menoleh ke arah pintu, ia masih bergeming di tempat. Menatap lurus awan mendung dan lampu-lampu dari bangunan menjulang di Busan.

Pundak Sita di usap lembut oleh orang di belakangnya. "Maaf Mas tadi gak bisa menjaga kamu. Tadi Mas terkunci di toilet." suara Adrian terdengar sangat menyesal, sejujurnya Adrian tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri, ini salah Sita yang memaksa ikut.

Sita menyentuh tangan Adrian di pundaknya, ia memutar badannya menghadap Adrian. "Ini bukan salah Mas, ini salah aku yang tadi maksa buat ikut."

"Coba saja tadi Mas ada lebih cepat datang, pasti semua itu gak akan terjadi sama kamu." ucap Adrian sambil menunduk.

Sita menyentuh pipi Adrian, mengusap pelan pipi Adrian hingga Adrian sedikit mendongak dan pandangan mereka bertemu. "Ini bukan salah Mas. Jangan salahkan diri sendiri. Lagipula laki-laki itu sudah aku pukuli habis-habisan sampai pingsan."

"Dia pantas mendapatkan lebih dari itu."

"Dia sudah mendapat balasannya. Jangan menaruh dendam lagi Mas, gak baik."

Adrian menggenggam tangan Sita, membawa tangan itu ke depan dadanya. "Mas seperti laki-laki yang gak berguna lihat kamu menangis tadi. Mas takut kamu jauhin Mas."

"Aku gak bakalan jauhin Mas." Sita menarik tangan Adrian duduk di sofa, ketika Sita ingin mendudukkan tubuhnya di sebelah Adrian, pria itu malah menarik tangan Sita untuk duduk di atas pahanya. "Mas?"

Tangan Adrian menarik pinggang Sita lebih dekat. "Biar seperti ini." balas Adrian. "Bisa jelaskan sama Mas yang tadi kamu pikirkan sampai kamu masih memukuli Steve yang sudah pingsan?"

Sita menyandarkan kepalanya ke dada Adrian, Sita merasakan elusan di kepalanya. "Aku gak suka laki-laki seperti itu. Dia seperti Ayah, dia kasar, pemaksa dan pasti dia hanya memikirkan kepentingan dia sendiri. Dia tadi tetap maksa aku walau aku udah tolak dia."

Tatapan Adrian berubah, tangan laki-laki itu di pinggangnya terkepal. Sita menyentuh jari-jari Adrian yang terkepal di pinggangnya, ia memundurkan badannya sedikit. "Mas, aku gak apa-apa." ucapnya meyakinkan Adrian. "Mas jangan seperti ini, aku takut."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang