Tiga Puluh Enam

24.2K 1.8K 13
                                    

Adrian terbangun dengan keadaan sakit kepala yang terasa membawa beban sangat berat. Mata Adrian mengerjap beberapa kali. Ia menoleh ke samping. Ada segelas air perasan lemon. Adrian segera meraih gelas itu dan meneguknya pelan.

Adrian menoleh ke samping. Tidak ada siapapun di sampingnya. Adrian berjalan ke ruang makan. Di sana juga tidak ada siapapun.

"Ta." panggilnya pelan.

Tidak ada tanggapan. Adrian duduk di kursi meja makan. Ada sebuah kertas tergeletak di sana. Ia mengambil kertas putih tersebut dan membaca isinya.

Foto seorang laki-laki yang sering Adrian lihat sewaktu ia kecil ada di sana, Mr. Neo. Kenapa foto itu bisa berada di rumahnya? Dan dimana istrinya?

Seakan teringat dengan sesuatu. Adrian membawa kertas itu, naik ke lantai tiga rumahnya. Masuk ke dalam ruang CCTV dan memeriksa setiap sudut di rumahnya pada jam dua belas malam.

Pada saat ia melihat ulang apa yang dia lakukan pada Sita. Adrian menggeleng lemah. Adrian turun dengan tergesa-gesa. Memeriksa setiap sudut rumahnya dengan terus memanggil nama Sita.

"PAK WISNU! MBOK INEM! SEMUANYA TOLONG KE RUANG TENGAH!" perintah Adrian pada semua asisten rumah tangga beserta satpam rumahnya.

"Dimana Ibu sekarang?"

"Saya tidak tau Pak. Daritadi pagi saya belum lihat Ibu." jawab Pak Wisnu yang diangguki oleh lainnya.

"Kenapa CCTV dari jam dua sampai jam tiga pagi, mati tiba-tiba?"

"Kemarin ada gangguan Pak. Padahal biasanya tidak ada gangguan."

Wajah Adrian bertambah kalut. "Kalian boleh pergi. Jangan masuk sebelum saya suruh."

Semua yang berkumpul di sana pergi dari hadapan Adrian satu-persatu. Adrian menelusuri kamar tamu hingga kamarnya sendiri untuk mencari istrinya.

"Ta!"

"Sita!"

Adrian mencoba menghubungi nomor istrinya. Tapi Adrian harus menelan rasa kekecewaannya ketika menemukan ponsel istrinya di atas meja makan.

Adrian mengambil ponsel Sita dan mencoba membuka ponsel itu. Sayang sekali, ponsel itu sudah mati dan tidak bisa digunakan lagi. Karena sang pemilik yang sengaja membanting ponsel itu sampai mati tidak berguna.

Adrian terduduk di lantai. Membaca kembali kertas-kertas yang tadi sempat ia temukan di meja makan. Ini semua bukti kecurangan yang dilakukan pegawainya dan penyebab seluruh kejadian janggal yang dialami oleh hotel miliknya.

Di kertas terakhir. Adrian dapat melihat tulisan tangan istrinya yang rapi.

Selamat ulang tahun suamiku. Maaf aku gak bisa kasih kamu kado yang mahal-mahal. Aku cuma bisa kasih ini. Perlu waktu lama buat ngumpulin semua ini. Aku kerja sama dengan Mas Hardi. Kamu tau kan, Kakak tiri aku.

Maaf selama ini aku bohong sama kamu. Aku bilang ke kamu pergi sama Laras ternyata bareng sama Mas Hardi. Mas Hardi juga kasih kado buat kamu. Kadonya ada di kamar kita.

Aku nulis surat ini karena takut ketiduran waktu kamu pulang. Dan aku juga nanti lupa jelasin ke kamu. Makanya aku tulis di surat biar kamu bisa baca.

SITA.
22:07

Adrian meremas kertas tersebut. Ia mencoba mencari di setiap sudut rumah sekali lagi. Berharap Sita bersembunyi di dalam salah satu ruangan di rumahnya.

Hasilnya nihil Adrian tidak menemukan siapapun di rumah besar ini.

Adrian tidak berhenti mencoba. Ia menghubungi sahabat Sita yang tak lain adalah Laras. Namun jawaban dari Laras membuatnya bertambah panik.

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang