Empat Puluh Satu

25.1K 1.8K 13
                                    

Adrian memandang luar padatnya kota Semarang dari balkon kamar hotelnya. Menyisakan sedikit semburat merah di langit  dan secangkir kopi di tangannya. Adrian merasa hidupnya benar-benar kosong. Sita tidak hanya menyandang status Istri. Namun wanita itu adalah separuh dari dirinya.

Kini, semuanya hampa. Hidupnya terasa sangat monoton. Semua sudah Adrian lakukan demi menemukan istrinya. Wanita itu seperti menghilang dari bumi.

Ponsel Adrian berdering nyaring. Adrian tak merespon sampai di dering ke-enam Adrian baru mengangkat panggilan itu.

"Jangan telfon saya jika tidak ada informasi yang penting."

"Maaf menganggu Pak. Saya hanya ingin memberitahu jika beberapa hari ini Pak Aland sering kali pergi ke kota Semarang."

"Hubungannya dengan saya?" tanya Adrian datar. Sedikit terdengar nada geram di suaranya.

"Tidak ada bisnis yang dijalani di sini. Nona Elle pun masih berada di Singapura." jelas orang suruhan Adrian.

Adrian tergegau sejenak. "Dimana Papa sekarang?"

"Sedang memeriksa pusat pabrik pembuatan makanan ringan milik Pak Aland."

"Kirim alamatnya lewat email saya sekarang." perintah Adrian. Pria itu menutup sambungan telefon setelahnya.

Adrian membuka email. Secepat mungkin mengambil kunci mobil, segera berjalan ke mobilnya. Saat ini yang dipikirannya, cara cepat sampai ke tempat Mr. Aland berada.

Rasanya Adrian ingin melempar semua kendaraan yang menghalangi jalannya. Adrian masuk ke dalam pabrik dan menghampiri Ayahnya. Napasnya sedikit tersendat karena tidak sabar mendengar jawaban Ayahnya.

Ketika Adrian berhadapan dengan Mr. Aland. Ia memandang Mr. Aland dari arah belakang. "Pa." panggilnya pelan.

Mr. Aland memutar tubuhnya. "Adrian?" dahi Mr. Aland terangkat bingung melihat Adrian di tempat ini.

"Adrian mau tanya Pa."

"Kamu tau dari mana Papa di sini?" tanya Mr. Aland.

"Itu bukan hal yang penting. Sekarang Papa bisa kasih tau Adrian keberadaan Sita?"

Raut wajah Mr. Aland berubah datar. "Memang Sita kemana?" tanya Mr. Aland balik. Pria itu memutar tubuhnya menghadap pekerjanya, tidak tertarik lagi menatap anaknya.

"Papa pasti tau maksud Adrian."

"Papa tidak mengerti." Mr. Aland memasukkan tangannya ke dalam saku celana. "Sita Istri kamu. Kamu seharusnya tidak bertanya dimana keberadaan dia."

Tidak mungkin Ayahnya tidak tahu di mana Sita saat ini. Dari cara bicara Mr. Aland saja, Adrian tahu apa yang dialami dirinya dan Sita sudah diketahui pria itu. Adrian maju, menyentuh tangan Mr. Aland. "Adrian mohon Pa."

"Semua itu berbuatan kamu sendiri. Lalu kenapa kamu melibatkan orang lain untuk menerima konsekuensinya?" Mr. Aland menoleh singkat ke Adrian.

"Adrian udah coba semua cara Pa. Sita tetap tidak bisa ditemukan. Adrian tau, Adrian salah. Tapi Adrian bakalan rubah semuanya. Nebus semua kesalahan yang pernah Adrian lakuin. Jadi Adrian mohon. Kasih tau Adrian di mana Sita sekarang." Adrian mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Ikut Papa keluar." tanpa menunggu Adrian. Mr. Aland berjalan ke luar. Berdiri di samping mobil Adrian yang terparkir sembarangan.

Adrian mengikuti Ayahnya dari belakang. "Mana kunci mobil kamu?" walau bingung, Adrian tetap menyerahkan kunci mobilnya.

Mr. Aland kembali menyodorkan kunci mobil itu pada Adrian. "Pulang. Kamu tidak pantas untuk Sita." ucap Mr. Aland sarkas. Menyentak Adrian. "Lelaki teraneh yang pernah Papa temui. Laki-laki yang menyuruh istrinya pergi, memaki, bahkan merendahkan harga diri istrinya. Setelah melakukan hal itu tanpa memakai otak dan hati. Kamu minta Papa mendukung kamu?"

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang