Lima Puluh Satu

25.2K 1.8K 76
                                    

"Apa aku terlalu jahat Mas?" Sita melingkarkan lengannya di perut Adrian. "Aku cuma mau ngeluarin semua yang aku tahan dari SMA. Kenapa Mas Hardi sampai mau mukul aku? Aku sama sekali gak fitnah Mama. Semua yang aku omongin itu kenyataan."

"Kamu mau pulang?" Adrian mencium punggung tangan Sita.

"Aku masih mau di sini."

Di rooftop hotel. Dinginnya malam dan bintang-bintang bersinar bersama bulan, Adrian dan Sita saling merangkul satu sama lain.

"Kakak aku Mas, dia hampir nampar aku." ucap Sita seakan tak percaya dengan kejadian tadi siang. "Kakak yang selalu aku banggakan di depan temen-temen."

Adrian menarik Sita lebih dekat padanya. Tidak ada yang tahu rasa cintanya pada Sita melebihi apapun dan melihat Hardi hampir menyakiti Sita membuatnya ingin sekali memukul wajah Hardi.

Adrian merenggangkan pelukannya sebentar. Membuka jas yang ia gunakan dan menyampirkan jas tersebut ke tubuh Sita.

"Dingin. Mau masuk ke dalam?" ucap Adrian. Ia membawa tubuh Sita kembali ke dekapannya.

Ponsel Sita bergetar. Wanita itu tau siapa yang menghubunginya. Ia mengeluarkan ponselnya dari sling bag, menatap layar ponselnya. Tertera jelas nama Hardi tertulis di situ. Sita mereject panggilan Hardi.

"Coba angkat dulu Ta. Sudah sepuluh kali kamu mereject panggilan Hardi."

Ponsel Sita kembali berdering. Wanita itu mengangkat panggilan Hardi. "Mas Hardi tau kalau Mas itu ganggu?!" sentaknya.

"Mas Hardi? Gue Laras woy!" ucap gadis di seberang sana.

"Kok?" Sita menjauhkan ponselnya dari telinga. Membaca nama yang tertulis di layar ponselnya. "Eh iya. Laras ini Mas." ucapnya pada Adrian. "Kenapa Ras?"

"Rumah lo kosong Ta. Kemana?"

"Jakarta."

"Berarti gue gak bisa ketemu Kepin hari ini." balas Laras lesu.

"Absen dulu Ras. Kepin baru main sama Eyang Kakungnya."

"Ya udah. Gue balik dulu. Bye."

"Hati-hati di jalan."

"Siap."

Panggilan antara dirinya dan Laras, usai. Sita memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Laras butuh sesuatu?" tanya Adrian.

"Enggak. Dia kangen sama Kevin, tadi ke rumah gak ada orang."

Adrian terkekeh. "Laras gak minta ke pacarnya?"

"Lintang fokus kuliah. Laras gak bisa maksa-maksa Lintang. Cowok itu gak mau nikah sekarang. Mungkin beberapa tahun lagi."

"Awas. Nanti Laras diambil orang."

Sita tertawa. Ia mengambil tangan Adrian, diletakkan tangan itu di pahanya dan mengelus jari-jari panjang suaminya.

"Aku cinta kamu Mas." ucap Sita tiba-tiba.

"Pasti mau minta aneh-aneh."

Sita memukul tangan Adrian di pahanya. "Emang salah ngomong cinta ke suami sendiri?" tanyanya sambil merengut kesal. "Udah ah, aku mau ketemu Kevin." ucap Sita lalu beranjak dari duduknya menuju lift terdekat dengan mereka. Adrian mengekor di belakang.

Di dalam lift Adrian menoel lengan Sita. Wanita itu menghindar. "Ngambek?" tanya Adrian.

Sita membuang arah pandangnya. "Gak tuh. Emang aku baperan apa."

Sweet Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang