Setelah menghabiskan waktu bersama Hardi, ia sudah membelikan hadiah yang akan ia beri pada Adrian. Hardi juga membelikan beberapa dasi dan kemeja untuk suaminya. Kakak tirinya itu memang pengertian sekali.
Sita menata makanan yang sudah ia masak di atas meja makan. Sita beralih ke kulkas, mengeluarkan kue yang sudah di buatnya dan menancapkan lilin angka yang sudah dibeli beberapa hari yang lalu.
"Bagus gak Mbok? Nanti kira-kira Mas Adrian suka gak ya?" tanya Sita pada asisten rumah tangannya.
"Pasti suka banget Nyah. Nyonya disuruh bikin-bikin kayak begini memang paling joss."
"Beneran gak aneh kan Mbok. Aku takut Mas Adrian gak suka."
"Pasti suka Nyah. Mbok tinggal dulu ngambilin jemuran ya Nyah."
"Silahkan Mbok."
Sita melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah jam sembilan. Mas Adrian kok belum pulang juga."
Sita menarik kursi makan. Menyangga kepala dengan satu tangan. Sembari menunggu Adrian, Sita memainkan ponselnya.
Sita menutup mulutnya, jam setengah dua belas malam. Adrian belum menampakan Batang hidungnya di depan Sita. Wanita itu mencoba menghubungi suaminya namun ia tidak ada sahutan sama sekali.
Sita menatap masakannya yang mulai dingin. Sita masuk ke dalam kamarnya, mengambil jaket dan memakainya. Udara juga sudah dingin, Adrian tak kunjung pulang.
Sita memilih menghubungi sekretaris kedua Adrian.
"Halo Bu. Ada yang bisa saya bantu?"
"Emm... Pak Adrian masih ada di sana tidak ya?"
"Bapak sudah pulang dari jam enam Bu."
"Begitu ya, terimakasih ya Yusuf. Maaf menganggu malam-malam."
"Kembali kasih Bu."
Sita kembali memanggil nomor Adrian, tetap tidak terhubung. Sita cemas, ia bangkit dari kursinya dan mengintip dari celah jendela. Tidak ada tanda-tanda mobil Adrian masuk ke halaman rumah.
Cukup lama menunggu, Sita akhirnya mendengar suara deru mesin mobil. Sita mengambil kue dari meja makan dan meletakkan kue tersebut meja tamu di ruang tengah.
Pintu terbuka lebar. Adrian berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah. Hidung Sita berkedut mencium bau asap rokok dan alkohol dari tubuh suaminya.
Sita menghampiri Adrian yang hampir jatuh. "Mas?" panggilnya.
Adrian menempelkan jari telunjuknya di depan mulut. "Diam kamu pembohong."
"Kamu mabuk?"
"Tidak."
"Kamu habis darimana Mas?"
"Kamu gak perlu tau saya dari mana." Adrian mendorong pelan tubuh Sita hingga wanita itu mundur beberapa langkah. "Jangan dekati saya."
"Aku antar kamu ke kamar Mas."
"SAYA BILANG JANGAN DEKATI SAYA!"
Sita terkesiap kaget mendengar bentakan Adrian.
"WANITA PEMBOHONG!" teriak Adrian lagi.
"Maksud kamu apa Mas?" Sita memandang Adrian murung. "Kamu kenapa jadi begini?" Sita maju, menyentuh lengan Adrian. Namun Adrian menepis tangan Sita.
Adrian mengapit dagu Sita dan memaksa Sita agar mendongak ke arahnya. "Wanita tidak berguna. Kamu tau? Aku menyesal menikahi wanita seperti kamu."
Jantung Sita terasa diremas tangan tidak kasat mata. Sakit dan perih. Matanya berkaca-kaca menatap Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sangat mencintainya dan dicintainya. Tidak mudah mendapatkan kepercayaan Sita, gadis itu dikenal sangat...