Sita memotong bawang putih di dapur bersama dengan Mbok Inem dan Mbok Asti. Ketiga wanita itu saling melemparkan lelucon satu sama lain sambil fokus ke tugas masing-masing.
"Saya heran sama suami saya Mbok. Setiap angkat barang, gak berat ya. Ngomelnya kayak kasih Ibu."
"Kok kasih Ibu Nyah?" tanya Mbok Asti.
"Lah sepanjang masa."
"Iya Nyah. Dulu suami saya juga gitu waktu hamil anak pertama. Tapi waktu hamil anak ke lima udah biasa. Gak terlalu kayak Tuan." ucap Mbok Inem menimpali pernyataan Sita.
"Mbok anaknya banyak banget."
"Iya Nyah. Bikinnya seru."
Sita tergelak. "Si Mbok nih ada-ada aja." Sita memukul pelan lengan Mbok Inem. "Rasanya melahirkan gimana Mbok?"
"Sakit Nyah. Tapi kalau anaknya udah keluar be'eh sakitnya ilang seketika."
"Gitu ya Mbok?"
Mbok Asti yang sedang menumis bawang bombai ikut menjawab. "Iya Nyah. Kalau saya sama Mbok Inem kan pakai dukun beranak ya jadinya lebih wah gitu."
"Berarti aku pakai dukun beranak juga ya Mbok?"
"Jangan Nyah!" balas Mbok Asti dan Mbok Inem bersamaan.
"Kenapa jangan?"
"Nyonya punya uang. Mending ke dokter aja yang lebih aman." ucap Mbok Inem sambil menyerahkan susu Ibu hamil yang selesai dibuatnya.
"Sayang. Dasi garis-garis warna biru Mas dimana ya?!" teriak Adrian dari dalam kamar.
Sita meletakkan gelas yang sudah tandas isinya di atas meja. Wanita itu berpamitan pada Mbok Inem dan Mbok Asti untuk pergi ke kamar. Mertuanya sudah menyuruh Sita agar tidak melakukan pekerjaan rumah sendirian. Maka dari itu, Mr. Aland merekrut lima asisten rumah tangga, tiga satpam dan dua sopir untuk membantu Sita agar wanita itu tidak kesulitan.
Mr. Aland benar-benar memperlakukan Sita layaknya seorang putri kerajaan. Tidak boleh luka, sedih, lelah, harus banyak istirahat dan masih banyak peraturan yang dibuat oleh Mr. Aland untuk Sita.
Katanya, cucu pertama keluarga Hendrawan harus sehat.
Terlalu lebay untuk Sita. Bagaimana tidak? Ayah mertuanya beberapa hari yang lalu membawanya ke rumah sakit hanya karena tangannya tergores pisau sehabis memotong daging.
Namun Sita sama sekali tidak keberatan dengan semua aturan Mr. Aland. Ia malah merasa istimewa. Sita jadi tahu bagaimana memiliki seorang Ayah yang overprotektif.
"Bentar Mas." wanita itu berjalan menghampiri suaminya yang frustasi. "Kenapa Mas?"
"Kamu lihat dasi Mas gak?"
"Udah dicari?"
"Udah Ta. Tapi tetep gak ketemu."
"Aku bantu."
Sita melangkah ke walk in closet dan membuka laci besar khusus tempat dasi Adrian nangkring. Wanita itu mencari ke celah-celah diantara ratusan dasi yang ada di sana.
Sita mengangkat sebuah dasi garis-garis berwarna biru sebiru hatiku ke arah tempat Adrian berdiri. "Ini dasinya. Katanya tadi udah cari."
"Kok bisa ketemu Ta?"
"Pakai tenaga dalam aku carinya."
Adrian mengambil dasi sodoran Sita. "Makasih Sayang."
"Giliran gini aja panggil sayang-sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [END]
Romance[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sangat mencintainya dan dicintainya. Tidak mudah mendapatkan kepercayaan Sita, gadis itu dikenal sangat...