9 - bohong

2.7K 135 1
                                    

Happy reading!

Vania berjalan menyusuri jalanan yang senyap dan dingin, ia membiarkan angin menusuk sampai tubuhnya, ia menatap lurus tanpa memberanikan diri menengok kebelakang, Bi Ningsih malam ini tidak masak karna ia sedang sakit, mau tak mau Vania membeli makanan karna perutnya terasa sangat perih karna belum terisi sedari sore. Vania berniat membeli sate padang di pinggir jalan dekat dengan gerbang kompleks perumahannya, jalannya agak sedikit jauh. Setelah sampai Vania memesan 2 porsi untuknya dan bunda.
"Pak 2 bungkus ya, pake lontong"

Setelah lima belas menit menunggu, pesanannya pun sampai ditangannya, ia memberikan selembar uang kertas berwarna biru. "Nih neng kembalinya" ucap penjual sate Padang sambil menyodorkan kembalian kepada Vania.

Vania berjalan sambil menenteng kantung plastik berwarna hitam di tangan kanannya. Tiba tiba Suara decitan motor terdengar di pinggir Vania. Vania sangat terkejut melihat seseorang menggunakan helm berwarna hitam, jaket kulit hitam dan motonya berwarna hitam juga.

Vania tidak bisa bergerak, seketika tubuhnya menegang, matanya memerah ingin menangis. Laki laki itupun berjalan menghampiri Vania.
Seketika yang tadinya tidak bisa bergerak reflek mundur kebelakang. Jalanan Sangat sepi tidak ada motor yang lewat. "Mau ng.. ngapain lo?" Ucap Vania gugup.

Laki laki itupun membuka helm hitamnya dannn memperlihatkan wajah yang sangat ia kenali. Revan Nathalio.

"Anjir Lo" ucap Vania sambil mendorong tubuh Revan.

"Muka Lo kocag banget sumpah, kaya kerak tai"

Vania menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Memalingkan wajahnya dari Revan.

"Lagian Lo malem malem ngapain keluyuran? Mending Lo jaga lilin aja gua yang kelilingi". Ujar Revan

"Ihhhh oon" Vania memanyunkan bibirnya.

"Jangan manyun gitu, disini sepi". Ucap Revan menyunggingkan senyumnya.

"Dah ah gue mau balik". Baru satu langkah maju, jalannya sudah di jegat oleh tangan kekar milik Revan.

"Balik sama gue, gaada penolakan".

"Bacot, gue bisa balik sendiri" kata Vania sambil menyingkirkan lengan Revan.

"Terserah Lo, disini sepi, gue ga jamin Lo bakal selamat sampai rumah Lo" ujar Revan menakut nakuti vaina.

Wajah Vania berubah panik, ia tidak bisa membayangkan jika dirinya di culik om om ew.

Ting

Notif masuk dari handphone milik Revan. Revan mengambil benda pipih itu di kantong jaketnya. Vania yang kepo akhirnya ia melihat secara diam diam.

Jadi balap ga? Gue udah di markas.

Revan tidak membalas pesan itu dan langsung memasukan kembali ke kantong jaketnya.

Balap? Ucap Vania dalam hati, Vania mengerutkan keningnya dan menatap tajam ke arah Revan.

"Ngapain Lo ngeliatin gue kaya gitu? Iya tau gue imut" Revan menaik turunkan kedua alisnya.

"Ih bating"

"Ayo balik gue anter"

***

Sudah sampai di pekarangan rumah Vania, Revan ingin langsung berpamitan, tetapi lengannya di pegang oleh Vania kencang. "Masuk dulu" ucap Vania.

"Gausah gue mau langsung balik aja" jawab Revan sambil melepaskan cengkraman Vania.

"Gamau ih! Lo harus masuk, kalo Lo gamau masuk gue marah sama Lo dan gamau ketemu muka Lo lagi". Ketus Vania memalingkan wajahnya dari Revan.

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang