39 - berakhir??

2.1K 111 27
                                    

Happy reading!!

***

"Vaniaaa!!!" Teriak Dion yang sedang berjalan menghampiri Vania sambil menggendong tas nya di bahu.

Vania hanya menoleh dan menaikan satu alisnya.

"Dih Lo kenape?" Dion duduk di samping Vania.

"Jangan di ganggu lagi galau" ucap prisilla.

"Kenapa? Revan?" Tanya Dion.

"Gue cape, gue pulang duluan ya" lalu Vania bangkit dari duduknya dan memakai tas nya.

"Eh tunggu tunggu" cegah Mala yang memegang lengan Vania.

"Kenapa?"

"Lo ga mau liat Revan tanding bola? Hari ini woi, biasanya Lo paling semangat kalo dia tanding" ujar Mala menggoyang goyangkan lengan Vania.

Vania sempat berpikir seketika ia berlari menuju lapangan, Tak lupa sebelum ke sana ia membeli satu botol air mineral.

Banyak siswa siswi yang menonton pertandingan saat ini. Vania memilih duduk di pinggir lapangan.

Vania melihat Revan sedang berlari menggiring bola, keringat bercucuran di dahinya, dan wajah tampan Revan membuat kaum hawa meleleh.

Hari sudah semakin sore, pertandingan belum juga usai, Vania masih setia menunggu sambil memegang botol air mineral di tangannya.

Tak lama pertandingan berakhir, Revan berlari ke arah Vania, seketika Vania berdiri dari duduknya, bibir Vania merekah, ia senang bahwa Revan tidak marah lagi padanya. Saat botol yang di genggam Vania ingin di berikan kepada Revan, tak di duga Revan malah berlalu mengabaikan Vania.

Seketika Vania menoleh kebelakang, melihat Natasya berada disana bersama temannya, Misya. Revan mengambil air mineral yang di berikan Natasha, dan paling tak disangka Revan tersenyum manis kepada Natasha.

Mata Vania sudah memerah, belum sempat ia berlari, Ramon sudah lebih dulu memegang lengan Vania dan membawanya pergi dari sana.

Ramon membawa Vania ke taman belakang sekolah. "Van, lo gapapa?" Tanya Ramon.

"Gue gapapa" ucap Vania lirih namun masih bisa tersenyum.

"Sini duduk" Vania duduk di sebelah Ramon.

"Gue tau lo ga setegar ini, hati lo runtuh saat Revan tiba tiba berubah, gue udah kenal dia udah lama, gue tau sifat dia, tapi gue gasuka cara dia mainin hati perempuan dengan seenaknya, dia lagi bosen Van, lo harus sabar" ucapan Ramon membuat Vania meneteskan air mata.

"Gue bingun Ram, dia tiba tiba berubah, gue dikatain bocah cuma gara gara gue cemburu, gue Cape" Vania menghapus air matanya.

"Udah mending sekarang lo tarik nafas dulu, hapus air mata lo, lo harus berjuang sekali lagi ya, semoga dia bisa berubah" ujar Ramon menenangkan.

Vania tersenyum, lalu menyodorkan air minum yang di genggam nya di berikan kepada Ramon.

"Eh apani?"

"Buat Lo, makasih yah udah mau nenangin gue, lo udah kaya kakak gue kalo kaya tadi, hehe" ujar Vania sambil tersenyum.

"Sama sama adik, HAHAHA" Ramon menerima air yang di berikan Vania.

"Gue harus bisa buat dia kembali kaya dulu, doain gue ya" ucap Vania.

"Semangat!"

"Eh btw lo mau ikut gue ga ke markas?" Ajak Ramon.

"Ngapain?"

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang