58 - Renggang

1.3K 78 44
                                    

Happy reading!

***

Pagi ini awan kelihatan sangat gelap, ia hanya sedikit menampakan cahayanya, di tambah gerimis membuat udara pagi ini semakin dingin.

Vania dengan malas nya bangun dari atas kasur, mengikat rambutnya asal, dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit ia pun keluar dari kamar mandi, ia mengganti pakaian nya dengan seragam sekolah.

"Asli, males banget gue sekolah, hawa hawa gini enak banget buat tidur sampe siang" gumam Vania.

Setelah selesai mengganti pakaian, ia berjalan menuju nakas nya, vania duduk di pinggir kasur, mengambil handphone nya yang sedang di charger.

Ia membuka aplikasi line nya, berharap Revan mengabari nya namun nihil, tidak ada satu pesan pun masuk dari line nya.

Vania menghembuskan nafasnya pelan. "Masih marah ternyata" Vania bangkit dari duduknya.

Ia berjalan mengambil blazer rajut berwana putih dan menenteng tas nya. Ia pun bergegas turun ke bawah untuk sarapan pagi.

"Van, makan dulu" ucap bundanya.

"Vania makan roti aja Bun" ucap Vania.

"Yaudah, Revan kok tumben belum jemput?" Ujar bundanya.

"Vania berangkat sama supir aja Bun, Revan lagi ga bisa jemput" ucap Vania sambil melahap roti coklat nya.

"Kamu ga lagi berantem kan sama dia?" Tanya ayahnya, yang juga berada di sana.

"Hah? Engga yahh" Vania menggaruk tengkuknya.

"Bohong kamu" kekeh ayahnya.

"Eeumm Vania berangkat dulu ya , assalamualaikum" Vania menyalimi kedua orang tuanya lalu bergegas pergi keluar.

"Pak , ayo berangkat" ucap Vania.

Vania berangkat menggunakan mobil, dan saat ini masih hujan.

Vania naik ke dalam mobilnya, ia terus mengecek handphone nya, apakah Revan mengabari nya atau tidak. Ternyata Revan benar benar tidak mengabari nya.

Vania melihat keluar jendela, tak sengaja matanya tertuju pada motor sport berwarna hitam. "Revan?" Vania langsung membuka jendela mobilnya.

"Yaampun, dia kenapa hujan hujanan gitu sih?"

Tak lama, Vania sudah sampai di lingkungan sekolah. satu kata untuk suasana saat ini sepi .

Vania turun dari mobil nya, dan ia berniat untuk berlari, bodohnya ia berlari saat jalanan becek.

Saat berlari ia pun terpleset karna terkena genangan air. Namun sebuah tangan kekar dengan sigap menangkap tubuh Vania yang kecil.

"Bodoh, lari pas jalanan becek, mau jatoh?" Ketus seseorang itu. Saat ini Vania membelakangi lelaki itu, namun Vania sudah bisa menebak siapa orangnya, karna ia mencium parfum yang sangat ia kenali.

Vania langsung membenarkan posisi berdirinya, ia pun berbalik badan, melihat Revan dengan penampilan yang sangat urakan. "Maaf" lirih Vania.

Tak ada jawaban, Revan sudah bergegas duluan dari sana, tidak memperdulikan Vania, padahal air hujan masih turun walaupun tidak sederas tadi.

Vania berjalan pelan menuju kelasnya. Setelah sampai di dalam kelas, Vania langsung mendudukkan dirinya dan menelungkup kan kepalanya di atas meja. "Ah, kangen Revan" gumam nya.

"DORR"

Vania hanya mengangkat kepalanya sebentar, melirik Prisilla yang berada di depannya. lalu ia menelungkup kan kepalanya lagi di atas meja.

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang