60. Akhir

435 23 12
                                    

disisi lain, Revan menghembuskan asap rokoknya itu dengan mata yang terpejam.

"Maafin gue Van"

"I still love you Vania.."

Revan menginjak sisa rokok nya itu, ia mengusap wajahnya gusar.

Bugh..

"ANJING LO!" Ramon dengan geram meninju perut Revan.

Revan hanya diam, ia mengakui bahwa dirinya memang bersalah.

"Lo tolol apa bego si Van? Di kasih yang spek bidadari kenapa lo sia sia in tolol!"

"Bacot" Revan yang enggan mendengarkan penuturan dari Ramon
ia pun pergi dari sana.

Emang ya, mau setulus apapun lo, sebaik apapun lo, cowo emang ga pernah cukup satu cewe.

***

Vania yang sedari tadi menatap kosong amplop yang berwarna coklat itu.

Cklek

"Vania sayang, kamu udah yakin mau berangkat kesana?" Ujar sang bunda dengan mengelus surai rambut anaknya itu.

Vania mengangguk yakin, beberapa hari lagi, ia akan melanjutkan study nya ke Amerika. Ia akan meninggalkan kota yang penuh kenangan ini. kenangan yang menyakitkan.

Vania hanya mempunyai waktu seminggu lagi untuk membereskan urusan nya di Jakarta.

Bundanya memeluk tubuh vania, ia tau bahwa anaknya kini sedang merasa tidak baik baik saja. "Soon, you will be happy again Vania" ujar sang bunda sambil mengelus ngelus rambut anak kesayangannya itu.

"Bun, i love you"

***

Seminggu berlalu...

"Van, jangan lupain kita ya van, gue gabisa bayangin hari hari gue tanpa adanya lo" ujar dramatis prisilla. Dan Saat ini mereka sedang berada di bandara untuk mengantar Vania.

"Cewe gila" sahur Mala dengan nada sinisnya.

"Ahahaha kaya mau di tinggal selamanya aja lo ngomong begitu, alay tau ga" balas Vania sambil menggelengkan kepalanya.

Kini Vania sudah mulai terbiasa tanpa adanya Revan di hidupnya, walaupun rasa itu akan masih terus ada di dalam hatinya.

"Lo gamau ngabarin Revan dulu Van?" Ujar Prisilla.

Vania menoleh tersenyum simpul lalu membuang nafasnya panjang "ga perlu, gue kan udah bukan siapa siapanya dia lagi, toh lagian dia gabakal perduli"

"Van ayo pesawat kamu bentar lagi mau berangkat" ucap bundanya.

"Iya bun"

"Guys gue berangkat ya, sehat sehat disini, buat lo prisilla kurang kurang in demen brondong ahaha, Mala lo juga jangan galau terus, intinya gue sayang lo berdua" ujar vania sambil merekahkan senyum manisnya kepada kedua sahabatnya itu.

***

Sudah Beberapa jam berlalu keberangkatan Vania pergi menuju US.

Disisi lain.. Dering ponsel Revan berbunyi, ia melihat Mala, teman Vania menelfon nya.

"Ada apa mal?" Ucap Revan.

"Van.. Pesawat yang Vania tumpangi jatuh van." ujar mala dengan isak tangis yg terdengar jelas dari ponsel Revan.

Tubuh pria itu menegang seketika seluruh badannya lemas, tak terasa bulir air sudah membasahi pipinya.

Revan memutus panggilan telfonnya, saat ini pikiran nya kacau, ia seperti kehilangan arah, tatapan matanya kosong.

Seketika tubuhnya ambruk, air matanya sudah tidak terbendung. "Vania, kenapa harus lo van? gue benci sama diri gue!"

"Semesta gue, hilang."




***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang