41 - nyesel ..

2.3K 115 5
                                    

Happy reading!

***

Vania masih menangis memeluk lututnya, hari sudah gelap dan Vania masih berada di dalam gubuk tua.

Vania mengangkat kepalanya, menghapus sisa sisa air matanya, tidak ada penerangan di sana. Vania berusaha bangkit dari duduknya, membenarkan roknya yang sedikit terangkat.

Dengan sekuat tenaga Vania berjalan keluar, kepalanya sangat terasa pusing, Vania berjalan keluar sambil memegangi kepalanya.

"Dimana ini?" Ucapnya lirih.

Banyak ilalang di sana yang mengelilingi gubuk tua itu ternyata Vania berada di tengah tengah pedesaan yang tidak ada orang sama sekali.

Vania mencari jalan keluar dengan pencahayaan dari bulan saja, tidak ada lampu sama sekali, udara yang dingin menusuk nusuk tubuh mungil Vania, Vania menggigit bibir bawahnya karna suasana saat ini sangat sepi, hanya terdengar suara jangkrik.

"TOLONG!!!" teriak Vania sekuat tenaga.

Vania masih terus berjalan mencari jalan keluar, sudah tak sanggup lagi akhir nya Vania berhenti di bawah pohon rindang, tubuhnya semakin melemah, wajahnya yang pucat, dan keringat dingin telah membasahi dahi Vania.

Disisi lain, Revan sedang makan malam dengan Natasha di suatu cafe di tengah tengah kota Jakarta.

Revan hanya menuruti perintah Natasha, sedari tadi ia hanya diam.

"Revan, sini aku suapin, dari tadi bengong aja" ucap Natasha mengambil alih sendok di tangan Revan.

Terdengar suara dering ponsel dari handphone milik Natasha, Revan melirik sekilas, dengan sigap Natasha mengambil handphonenya. "Eh Revan aku angkat telpon dulu ya" ucap Natasha sedikit gugup dan langsung pergi menuju luar.

"Hemm"

Revan yang sedikit curiga membuntuti Natasha dari belakang, pasalnya kenapa raut wajah Natasha sangat panik.

Natasha berada di luar cafe. "Hallo? Ada apa?" Ujar Natasha sedikit berbisik.

Revan hanya mendengar sekilas suara Natasha yang kecil.

"Gue udah bilang, setelah lo nyulik Vania, Lo gausah telpon gue lagi! Uang udah gue transfer!" Ucap Natasha.

Revan mengerutkan keningnya, telinga nya mendengar kata Vania langsung sensitif, ia langsung menghampiri Natasha.

Revan menepuk bahu Natasha sedikit kencang. "Dimana Vania!" Ucapnya pelan namun matanya menatap tajam Natasha.

"Eemm aku gatau Revan" jawab Natasha ketakutan.

"Dimana!" Kini suara Revan semakin meninggi.

Revan mengambil ponsel Natasha dengan kasar, ia membuka aplikasi WhatsApp, melihat alamat dimana Vania diculik, Revan melempar handphone Natasha dengan seenak jidat, dan langsung bergegas pergi dari sana.

Natasha mengepalkan tangannya. "Aarrghh" ia menghentakkan kakinya kesal.

Revan sudah menghilang dari penglihatan Natasha, ia membawa motor dengan Sangat kencang. Matanya terus memancarkan tatapan tajam.

Sudah satu jam Revan di perjalanan akhirnya ia sampai di pedesaan yang jarang di datangi orang, hanya ada beberapa rumah disana.

Revan mampir kesebuah toko kelontong untuk menanyai alamat. Revan turun dari motornya menghampiri seorang lelaki paruh baya sedang membuat kopi.

"Permisi" ucap Revan.

Lelaki paruh baya itu menengok dan langsung menghampiri Revan. "Iya nak?" Ucapnya.

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang