18 - dia kembali

2.5K 105 0
                                    

Happy reading!

"Van, pulang bareng gue yuk" tiba tiba suara bariton terdengar di telinga Vania. Dia Dion.

Vania hanya diam tidak menjawab ucapan Dion. Sejak kejadian tadi Vania lebih memilih untuk diam.

"Heh Lo nape?" Dion menyenggol bahu Vania, sambil menjajarkan jalannya.

"Ga"

Dion sempat kebingungan dengan sikap cuek vania. "Gue kaya ga dianggap sebagai sahabat Lo" Dion memasang wajah sedih.

"Gue gapapa Dion"

"Pulang sama gue!" Suara khas dari seorang lelaki sempat mengagetkan Vania dan Dion.

Vania berhenti lalu menengok ke arah belakang.

"Lo pulang sama gue" Revan mengambil lengan Vania sedikit kasar menariknya ke arah parkiran.

"Woy tunggu!!" Dion menarik baju belakang Revan menghadapkan Revan di depannya.

"APA!" Revan sedikit tersulut emosi menyingkirkan tangan Dion yang berada di baju belakangnya.

"Vania bareng gue!" Ucap Dion

Mereka sedang berada di koridor kelas bawah, siswa siswi sudah pada berhamburan pulang sejak lima belas menit yang lalu. Vania yang berada di tengah tengah mereka hanya bisa diam.

"Biar gue yang anter dia pulang" ucap Revan.

"Revannn" suara centil milik nathasa terdengar mengusik pendengaran Vania.

Nathasa menghampiri Revan lalu memegang lengan Revan manja.
"Revan, anter aku pulang ya" ucap nathasa.

Vania yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. "Dion, ayok pulang, gue udah Cape" suara Vania sedikit melemah. Lalu menarik tangan Dion pergi dari sana.

Revan hanya melihat punggung Vania yang sudah berlalu.

"Revan anter aku pulang"

"Balik aja sendiri gue buru buru" ucap Revan Langsung bergegas pergi.

Nathasa menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Gue pasti bisa dapetin Revan.

***

Cklek

Vania membuka pintu kamarnya, menaruh tas nya kesembarang tempat. Ia berjalan menuju meja belajarnya, menaruh kepalanya di atas meja.

"Van Lo tuh harus sadar diri, Lo itu ga berhak buat cemburu" ucap Vania kepada dirinya sendiri.

"Gue benci! gue benci kenapa gue harus ada di titik membingungkan ini"

Vania yang sudah mulai menyukai Revan membuat hatinya selalu gelisah.

Di tempat lain Revan sedang menyesap rokoknya di balkon kamarnya. "Gue, gamau jadiin Vania pelampiasan gue doang! Karna gue belum bisa ngelupain dia, maafin gue Van" Revan mengacak rambutnya frustasi.

Revan yang masih belum bisa melupakan mantannya, Revan juga kadang bingung kenapa ia sebegitu cintanya kepada dia.

Ting

Suara notif berdering di handphonenya.

Revan, cepet ke markas! Ada gibran!

Revan terkejut kenapa orang itu ada di markasnya.

Dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya Revan berdiri dari duduknya lalu menyambar kunci motor di atas nakas.

ReVanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang